👁

5.9K 676 63
                                    

"Kaa-chan pasti capek, biar Sasu bantu ya."  Sasuke kecil mengambil beberapa piring dan mulai menatanya di atas meja.

"biar kaa-chan saja, Sasu-kun pasti capek habis pulang sekolah." Mikoto hendak mengambil alih piring terakhir yang di pegang Sasuke, hingga.

Prang...

Mata Sasuke kecil berkaca-kaca, ia nyaris menangis. "Sasu-kun, tidak apa, jangan menangis." Mikoto berjongkok di hadapan putranya dan menepuk-nepuk punggung Sasuke hingga anak itu tenang.

"maaf kaa-chan, Sasu cuma mau bantu." Mikoto tersenyum, "tentu Sasu boleh bantu, tapi yang ringan saja dulu ya, karna Sasu masih capek. Dan jagoan tidak boleh nangis, nanti siapa yang akan melindungi kaa-chan.?"

.

"kenapa kaa-chan menyapu rumah.? Kan sudah ada pembantu." Sasuke berkata heran, ia menaruh tasnya di atas sofa sambil mengibaskan bajunya yang penuh keringat.

Ia baru selesai bermain basket di sekolahnya, dan saat pulang ia mendapati sang ibu tengah bersih-bersih.

"para pelayan kan juga manusia, lagi pula membersihkan rumah bisa membuat kaa-chan sehat."

Sasuke membulatkan mulutnya membentuk huruf 'o'.  "mau Sasu bantu.?"

"tidak-tidak, Sasu-kun istirahat saja ne."

.

"apa sakit kaa-chan.?" Sasuke memandang jemari sang ibu yang berbalut perban, ibunya sedang membuatkan kopi untuk sang ayah dan tak sengaja tersiram. Sang ayah panik bukan main dan menbalutnya dengan perban hingga tangan sang ibu terlihat sangat besar.

"tidak sama sekali, tapi kadang, melihat ayahmu cemas adalah hal yang menyenangkan."

.

"emmm, aku ingin menikah dengan orang yang seperti kaa-chan."

Perkataan itu sudah sangat lama Sasuke ucapkan, bahkan mungkin Sasuke sendiri sudah hampir lupa pernah mengatakannya.

Tapi kata-kata itu selalu terpatri di ingatan Mikoto, hingga ia sadar saat itu telah tiba.
.

.

.

Sasuke bangun dengan kepala yang sangat pusing, ia di bangunkan paksa. Sesuatu melompat-lompat di dekat kepalanya, membuatnya terjaga.

"paman, bangun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"paman, bangun. Nenek menyuruh paman sarapan." Kenta berteriak dan melompat-lompat lagi. Kepalanya memantul ke atas ke bawah berkali-kali. Hingga dengan kesal akhirnya ia beranjak dari tempat duduk.

"Sasu, tumben sekali kau bolos kerja. Kaa-chan sudah menyiapkan sarapan, emm, jika kau mengatakan jam sebelas pagi adalah waktu sarapan."

its that whyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang