Begini rasanya ya..?
Rasanya bercinta habis-habisan dengan orang yang sangat kau sukai dan saat kau terbangun keesokan harinya yang kau temukan hanyalah tempat tidur kosong di sebelahmu, yang bahkan sudah dingin.
Sasuke berendam di bathup selama lebih dari lima belas menit. Ia meremas kasar rambut basahnya, bingung dengan apa yang harus ia lakukan.
Ia ingin menegaskan perasaannya pada Hinata, tapi jika itu ia lakukan, ia takut kehilangan. Biar bagaimanapun, Hinata itu wanita yang berpikir dewasa.
Dan ia tidak pernah memikirkan dirinya terlebih dahulu. Mungkin inilah saatnya Sasuke menyelamatkan hidup Hinata.
.
.
.
"Bolt kan sudah janji sama mama kalau main gak boleh nakal." Hinata menasehati Bolt, adiknya sedang mengajak Hima bermain di luar, ayahnya membaca koran di ruang tamu, dan sang ibu sedang membuat sarapan di dapur.
"maaf ma, habisnya tante gak nemenin Bolt main, dia main hp terus." Bolt menjelaskan sambil menundukkan kepala.
"maafin mama ya kak, mama gak bisa sering main kakak, mama sibuk kerja."
"kenapa bukan papa aja yang kerja.? Biar mama bisa main terus sama kakak, sama adek juga."
Mata Hinata berkaca-kaca, dari sudut matanya ia bisa melihat sang ibu mengintip dari dapur sambil menyeka air matanya.
"Bolt, kalau Bolt beneran mau main sama mama terus. Mama bisa, tapi kita harus pindah ke tempat yang jauh, ke tempat yang gak ada KF* nya, tempat yang nggak ada mall nya, tempat yang kemana-kemana kita harus jalan kaki. Gimana.? "
Bolt berpikir, itu berarti ia tak bisa makan burger lagi, tak bisa bertemu dengan Kenta, tak bisa melakukan hal yang ia suka,tapi sisi baiknya ia bisa bersama mamanya setiap saat.
Akhirnya, ia mengangguk.
.
.
.
"apa keputusanmu benar-benar sudah bulat.?" Hikari tengah merajut di ruang tengah, ia mengenakan kaca mata karna matanya sudah tak lagi awas untuk melihat, terlebih di malam hari.
Hinata mengangguk, "Hina sudah menghubungi Kiba dan Shino di desa, rumah yang baru Hina beli juga dekat rumah mereka. Dan lagi, katanya ada sekolah tak jauh dari sana."
"tapi tempat itu jauh sekali, sepuluh jam perjalanan dengan kereta." Hikari rasanya ingin menangis saja, ia tak mengerti dosa apa yang telah di lakukan anaknya di kehidupan sebelumnya, kenapa nasip sang anak begitu buruk.?
"kaa-chan, sebenarnya Hina mau cerita sesuatu."
Hinata menceritakan semua yang terjadi semalam, juga kenyataan ia lupa meminum pil pencegah kehamilan.
Sang ibu menghela napasnya berat, seakan oksigen di sekelilingnya menipis. Ia berjalan ke kamarnya dan kembali dengan sesuatu, itu adalah pil pencegah kehamilan, yang Hikari bawa.
Saat itu juga Hinata meminum pil itu.
"nak, bagaimana jika ini tidak berhasil.?" Hikari menatap putrinya cemas.
Hinata menatap ibunya dan tersenyum, "tentu saja aku akan menyayanginya sepenuh hatiku, seperti yang seharusnya seorang ibu lakukan."
Hikari tersenyum, anaknya telah tumbuh menjadi seorang wanita yng tangguh, baik hati, dan juga bertanggung jawab. Ia merasa bangga pada putrinya.
"kaa-chan, jika hal itu sampai terjadi, tolong jangan bilang pada tou-san. Jangan mengunjungiku juga."
Hikari tersentak, tapi mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
its that why
عاطفيةitulah mengapa, harus ada batasan jelas mengenai pertemanan antara laki-laki dan perempuan yang sudah menikah. Des: Masashi Kishimoto Story by: KR Pair: sasuhina