🛏

4.6K 596 31
                                    

"kyaaa Hinata, kami merindukanmu." empat orang gadis saling berpelukan dan melompat kecil.

"aku juga merindukan kalian." Hinata membalas pelukan teman-temannya tak kalah erat.

"tunggu tunggu." Ino mengurai pelukan mereka dan memeluk Hinata sendiri, tangannya menekan pundak dan pinggang Hinata. "dugaanku benar, kau benar-benar menjadi kurus. Apa kau bekerja keras disini.?" Ino berkata khawatir.

Tenten dan Matsuri pun mulai memandangi Hinata menyelidik, "Ino-nee benar, nee-chan sangat kurus."

"itulah sebabnya kan kita membawakan  banyak makanan untuk Hinata." Tenten  membuka bagasi mobilnya dan mengeluarkan beberapa kardus.

"loh, Sai-san.?" Hinata baru menyadari sesosok pria yang masih berada di kursi pengemudi.

"ah, halo Hinata, lama tak bertemu." lelaki yang dulu adalah manager tempatnya bekerja kini tersenyum, seperti biasa saat menghadapi klien.

"Ino-nee dan pak Sai sudah jadian." Matsuri memberitau Hinata, ia tengah melihat-lihat sekeliling rumah Hinata.

"wah, selamat ne." Hinata mencubit perut Ino yang membuat temannya itu menjerit kecil.

"itu hukuman karna kau meninggalkanku sendirian."  Ino menjawab, membuat mereka tergelak.

.

"masakanmu enak sekali Hinata." Tenten memasukkan potongan besar daging ke dalam mulutnya.

Ino dan Sai duduk bersebelahan, saling menyuapi dan membicarakan sesuatu yang nampaknya kurang menarik bagi mereka yang lain. Matsuri membantu Hinata memotong daging dan sayur.

Mereka tengah sarapan yang hampir menjelang makan siang di halaman rumah Hinata, meja dan kursi tambahan yang Hinata pinjam dari tetangga di atur sedemikian rupa, karna rumah Hinata yang kecil tak memungkinkan mereka semua masuk.

"nee-chan, daun bawangnya kurang."

"ambil saja di sana." Hinata menunjuk pot-pot kecil yang berisi beberapa tanaman. "jangan lupa di cuci dulu."

"ha'i." Matsuri segera melakukan apa yang Hinata instruksikan.

"wah, kau yang menanam semua ini.?" Ino bertanya kagum.

Hinata mengangguk, "meski aku tau kau rajin, tapi semua ini tetap membuatku terpana. Jika aku lelaki, aku tak akan berpikir dua kali untuk menikahimu Hinata." Ino berseru dengan berlebihan.

Hinata tertawa bersama teman-temannya, sesuatu yang sangat ia rindukan. "aku akan mengambil daging lagi di kulkas."

Hinata mengambil beberapa daging di lemari pendingin saat kepalanya tiba-tiba terasa sakit. Ia ingat belum makan apapun hari ini, perutnya terasa perih dan tubuhnya lemas.

Bruuuk....

.

"loh, Hina-nee mana.?" Matsuri bertanya pada Tenten saat ia kembali dari mencuci daun bawang di belakang rumah.

"tadi katanya mengambil daging." Ino yang menjawab.

"bukankah ini terlalu lama.?"

"biar aku yang memeriksanya." Tenten berdiri dan masuk ke dalam rumah Hinata.

"Hinata.!" ia memekik tatkala melihat Hinata yang tergeletak tak sadarkan diri dengan hidung yang mengeluarkan darah.

"ya tuhan Hinata, ku mohon."

"Hina-nee."

Ino dan Matsuri terus menggumamkan nama Hinata serta berdoa dengan kacaunya, sementara Tenten dan Sai lebih bisa mengendalikan diri.

its that whyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang