👭

6.2K 662 47
                                    

"apa yang akan kau lakukan setelah lulus nanti.?" Karin bertanya pada Sakura yang masih melihat raportnya.

"hmm, entahlah. Bekerja mungkin." Sakura adalah seorang yatim piatu, ibunya meninggal sejak ia kecil. Sedang ayahnya meninggal setahun yang lalu karna kecelakaan di tempat kerja.

"kau itukan pintar, kenapa kau sia-siakan otakmu itu.?" Karin bertanya lagi.

"kau tau kan aku tidak punya uang."

"hei, ayo nanti kita makan siang bersama." Sakura hanya mengangguk.

Mereka berjalan keluar kelas, tak lama mereka melihat murid-murid wanita mengerubungi sesuatu.

"ah, i-itu Sasuke-kun." wajah Sakura memerah, dari dulu sekali ia memang sangat menyukai pemuda itu. Sayangnya, sepintar apapun dia, tetap tak bisa mencapai kelas Sasuke.

Tentu saja, bukan hanya pintar tapi yang memiliki jabatanlah yang bisa mencapai kelas Sasuke.

Sementara ia hanya murid dengan beasiswa. Hanya saat SMP saja ia pernah merasakn satu kelas dengan Sasuke, itupun tanpa ada reaksi berarti di antara keduanya.

"lupakan dia, sekaya apapun dia, itu bukan uangnya. Lebih baik sekrang kau berusaha agar selevel dengannya." Sakura hanya mengangguk, diam-diam ia memotret wajah Sasuke dan menyimpannya.

.

"kakak.! Disini." Karin melambai penuh semangat ke arah kakaknya yang tengah menoleh sana sini.

"oh, kau sudah lama datangnya.?" Naruto bertanya pada sang adik yang di depannya sudah ada minuman dan beberapa camilan yang belum tersentuh.

"belum kok, oh kenalkan. Ini Sakura, sahabatku."

.
👭👭


"

apa yang terjadi denganmu.?" Sakura bertanya pada karin yang seluruh tubuhnya basah.

"ini semua gara-gara Hinata." karin melepas semua pakaiannya dan mencari baju hangat dari lemari Sakura, sementara Sakura membuat coklat hangat dan mengambil beberapa snack.

"oh, kakak iparmu itu. Kenapa lagi dia.?"

"mantan kakak ipar! , mukanya sangat menyebalkan. Melihatnya saja bikin aku kesal." Karin membuka sebungkus snack dan mulai memakannya.

"dan sepertinya dia itu pegawai kesayangannya Sasuke."

Sakura terpaku sejenak, "benarkah.?"

Karin mengangguk, "oh ngomong-ngomong mana kakak.?"

"dia di tugaskan keluar kota, besok baru pulang."

"oh begitu, bagaimana magangmu.?" Karin mengganti topik dengan cepat, ia tidak terlalu menyukai topik pembicaraan yang terlalu bertele-tele.

"lancar, dengan koneksi kakakmu mungkin aku bisa menjadi dokter tetap di RS Konoha secepatnya."

"ah, baguslah kalau begitu."

.

.

.

"nanti paman belikan es krim jumbo deh, mau kan.?" Sasuke tengah mengunjungi keponakannya yang lagi ngambek itu. Sejak tadi ia membujuk dan merayu, tapi ekspresi Kenta masih sama.

"lagian kenapa kau marah, Bolt mungkin gak mau temenan sama kamu lagi karna kamu tukang ngambek." kata Sasuke agak kasar.

"paman pasti nggak punya teman, makanya nggak tau rasanya di musuhin sama temen sendiri." dengan mata yang melirik ke atas, Kenta benar-benar membuat ekspresi yang sangat menyebalkan di mata Sasuke.

its that whyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang