C.D-S.B#21 [1 & 3's Talk]

2.2K 179 0
                                    

Selama tiga hari, selama Hyera tidak ada di mansion, Taehyung memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Maka Jimin mengambil alih kamar Jungkook dan membiarkan Soojin tidur bersama Jiyeon.

Kan, yang tertua seenaknya sendiri.

"Ish! Menyingkir, Hyung!!!"

Jimin mendesis ketika tendangan Jungkook mengenai pingganganya. Pria itu hanya menggeser tubuhnya, membiarkan Jungkook berbaring di sampingnya.

"Ah, punggungku," gerutu Jungkook. "Akhirnya, berbaring dengan tenang."

"Pekerjaanmu banyak?"

"Semakin banyak."

"Soojin masih bekerja?"

"Mana tega aku menyuruhnya berhenti. Ada salah satu karyawan yang menjadi temannya," jawab Jungkook sembari membuka kunci layar ponselnya. "Jika mendadak aku menyuruhnya berhenti, bisa menjadi tanda tanya para karyawan."

"Tahu sendiri jika Soojin tidak memiliki siapa-siapa lagi, kan? Dia hanya mempercayai kita, yang sialnya orang diluar sana tidak tahu."

"Tahan, Kook. Ada waktunya."

Jungkook menghela napas. "Aku hampir kelepasan membawa Soojin menemui Ibu."

Jimin tersedak air liurnya. "Hampir, kan?"

"Berujung ke toilet, sebenarnya."

"Dasar, tidak bisa menahannya."

Jungkook mendelik. "Soojin pernah bilang jika Jiyeon selalu saja menghilang setelah latihan. Kan?"

Jimin memutar matanya dengan malas. Tahu saja tabiat tersembunyi yang dilakukannya di sekolah. Soojin berani juga bercerita. Tapi, ya, biarkan saja. Lambat laun, mereka semua pasti tahu.

Tiba-tiba, Jimin terpikir sesuatu.

"Hei, Kook."

"Hah?"

"Bagaimana rencanamu ke depannya nanti?" Jimin menggaruk tengkuknya. "Maksudku setelah Soojin lulus nanti."

Jungkook mengerjapkan matanya. "Ah, itu."

"Pertama, jelas aku harus melamarnya dulu. Urusan diterima atau tidak, aku percaya padanya. Lalu, aku juga akan mengurus kuliahnya. Sekarang, Soojin belum menampakkan minatnya."

"Cukup matang juga."

"Kalau kau, Hyung?"

"Sama denganmu untuk rencana pertama. Berikutnya, untuk kuliah, kuserahkan saja pada Jiyeon," jawabnya. "Dia sudah terlalu banyak menolak beasiswa yang kuberikan. Ada satu, ketika aku mendapatinya mengamuk saat itu, surat yang asli di tanganku."

"Bisa begitu juga."

Jimin terkekeh. "Tapi benar dugaanku, ayahnya Jiyeon menemukan suratnya meskipun sudah disembunyikan. Itu menurut ceritanya."

"Hei, Hyung, aku masih tidak percaya jika Paman Lee yang dulunya sering memberi kita kue bisa seterpuruk itu."

"Wajar, Bibi meninggal dan sebulan kemudian, perusahaan yang menjadi tempat kerja Paman Lee mengadakan pemutusan hubungan kerja secara besar-besaran. Parahnya, Paman Lee termasuk di dalamnya."

Jungkook menelan air liurnya. Begitu santainya Jimin menceritakan hal itu padanya, tapi sorot matanya tidak sesuai dengan keadaan yang dilihatnya. Jimin selalu saja pintar menyembunyikan segalanya.

"Kau tidak ada niat untuk membujuknya?"

"Sebenarnya, Hoseok Hyung sudah tahu akan hal ini. Dia ingin membujuknya."

[3] C. Daddy - S. BabygirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang