"Eonni! Eonni!"
Haneul menoleh. "Oh, astaga. Kukira kau tidak bekerja hari ini."
Soojin mengatur napasnya. Untung saja perjuangannya berlari menghampiri Haneul tidak sia-sia. "Maaf, jadwal sekolah cukup padat."
"Aku paham," ucap Haneul sambil merangkul Soojin. "Ayo masuk."
Baru saja mereka berdua masuk, keduanya pun membulatkan matanya saat melihat Nyonya Jeon berjalan menghampiri mereka. Sedikit tertatih, namun Soojin membantunya untuk duduk.
"Nyonya Jeon sudah sembuh?" tanya Soojin yang disambut tawa kecil dari Nyonya Jeon.
"Sudah, sayang," jawab Nyonya Jeon. "Ah, iya. Selamat, kau mendapatkan lencana bintang."
"A-ah, itu sudah tiga hari yang lalu," ucap Soojin sambil menundukkan kepalanya.
Bukannya apa, tapi pipi Soojin bersemu. Entahlah, gadis itu memang pemalu. Nyonya Jeon saja sampai gemas melihat karyawan satu ini.
"Kali ini, aku memantau sampai kalian selesai bekerja," ujar Nyonya Jeon yang membuat Soojin dan Haneul mengerjap. "Pergilah."
"Ah, Haneul. Kau harus mengejar Soojin kali ini," lanjutnya yang membuat Haneul tergelak. "Baik, Nyonya Jeon!"
"Ayo, kita bersihkan kafe dulu sebelum karyawan iri itu datang."
***
Dug!
Soojin menaikkan alisnya. Ini masih siang dan kenapa Soojin merasakan sesuatu yang aneh? Buru-buru Soojin melepas sapu tangan plastiknya dan menutup keran.
Suara itu berasal dari belakang dapur. Yang Soojin tahu itu adalah posisi toilet. Gadis itu mulai merinding karena suara kembali terdengar.
"Apa aku harus memanggil Haneul Eonni?"
"Tidak, tidak. Dia pasti sibuk."
"Tapi aku sendiri di sini!"
"Ah, aku takut."
Soojin menggigit bibir bawahnya. "Aish..."
Soojin menoleh, mendapati sebuah sendok sayur yang masih bersih. Tanpa pikir panjang, dia mengambil sendok itu. Kedua tungkainya bergerak untuk mendekati area belakang kafe. Tangannya menggenggam erat sendok sayur yang diambilnya tadi.
Matanya membulat saat mendapati punggung lebar di depannya. Satu langkah, dua langkah mendekati punggung itu. Soojin menunduk karena kakinya menginjak sesuatu. Diangkatnya kakinya, remah-remah biskuit bertebaran di bawahnya.
Karena Soojin menginjak remah biskut, berputarlah punggung di depannya.
"Huwaaa!"
Tak!
"Aduh! Hei, hentikan!"
Sebuah tangan menghentikan ayunan sendok sayur yang Soojin ancarkan. Saat itu juga napasnya terhenti dan maniknya membulat karena mendapati wajah Jungkook tepat di depannya. Jungkook meringis karena bahunya yang menjadi sasaran sendok sayur itu. Manik pria itu membulat saat melihat semburat merah mulai menyebar pada pipi Soojin.
"Kau... tidak apa-apa?"
"Oh, Ibu---"
Brak!
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] C. Daddy - S. Babygirl
Genç Kurgu[BACA TERLEBIH DAHULU TRILOGY = SD + BG] C. Daddy [Cold Daddy] S. Babygirl [Shy Babygirl] Im Soojin -Adik kelas Jiyeon dan Hyera- tidak pernah merasakan pelukan hangat dari orang tuanya yang sudah lama meninggalkannya ke surga. Dia kira, dengan data...