Cerita lebih fresh, banyak adegan tambahan, dan tulisan lebih rapi. Nyesel kalau nggak dibaca lagi😭
Blurb:
Mereka baru kenal dipertemuan kedua, tiba-tiba langsung dijodohkan. Tapi yang perlu digaris bawahi, mereka tidak dijodohkan oleh orang tua, m...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cast: Chanon Santinatornkul as Hadid Abadi/Hadid
*
*
*
*
Selesai kuliah, Nana dan dua temannya, Afiya dan Gisel akan jalan-jalan ke mall untuk nonton film Transparency di bioskop. Ketiganya memang sudah merencanakan akan menonton film ini bersama jauh-jauh hari.
Setibanya di mall, tiga gadis ini langsung ke bioskop dan memesan tiket. Mereka sungguh tidak ingin kehabisan tiket film yang tayang perdana serentak seluruh Indonesia.
Afiya dan Gisel sedang melakukan pembayaran, sedangkan Nana memilih keluar bioskop untuk menelpon Hadid. Ia ingin tahu hasil tes wawancaranya.
"Nana!"
Panggilan telepon langsung Nana matikan. Ia terkejut karena Darius ada di sini. Masih memakai pakaian kerja pula.
"Dar, kok bisa di sini?" tanya Nana setelah lelaki itu mendekatinya.
"Habis makan siang sama pegawai yang lain. Lo sendiri ngapain di sini?" Darius menoleh ke bioskop, mencari sesuatu yang tidak pasti apa yang ia cari.
"Mau nonton film sama temen. Mau ikut nggak? Filmnya seru loh," ajak Nana dengan tampang ceria.
"Emang ceritanya soal apaan?"
"Ceritanya soal cowok imut yang ternyata bisa membunuh." Tampang Nana sok misterius, ia cengengesan. "Hayo loh, tapi kalo lo baca bukunya, nggak bakalan bisa ditebak deh, lo bakal ngakak, ngumpat, bahkan nangis. Di filmnya sekarang ceritanya lebih wow banget, ending gak bakalan mengecewakan dari trailer. Sama... pemainnya tuh keren-keren semua! Lo harus tonton deh makanya."
"Boleh tuh. Ceritanya pasti seru, beda lagi sama film lain. Gue juga lagi suntuk nih di kantor."
"Makanya jangan kerja mulu." Kedua kaki mereka pun melangkah masuk ke dalam bioskop.
"Kerja gini kan demi bahagiain seseorang, Na," sahut Darius mengerling ke arahnya.
"Hmm. Gayaan, emang punya?" cibir Nana.
"Oh iya, Na. Gue dapet undangan nikahan nih. Lo mau nggak jadi partner gue?" tawar Darius, tadi pagi ia memang mendapat undangan di meja kerja. Pengantinnya pun Darius kenal karena pernah satu SMA.
Nana bergeming. Lagi-lagi ia dalam posisi seperti ini. Membuat pilihan diantara dua pria yang sangat berharga.
"Nana! Eh, ada Mas ganteng." Afiya berubah jadi kalem dan malu-malu.
"Hai," sapa Darius pada dua perempuan yang pernah ia lihat di kampus.
"Kakak mau ikut nonton? Aku pesenin deh." Gisel menawarkan diri, ia tersenyum.