16 : Untuk Nana

160 28 104
                                    

Cast: Chanon Santinatornkul as Hadid Abadi/Hadid

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cast: Chanon Santinatornkul as Hadid Abadi/Hadid

*

*

*

*

Minimarket tempat Hadid bekerja tidak terlalu ramai walau masih adaeberapa orang yang akan membeli. Hadid saat itu tengah merapikan rak sembari menempel label harga.

Nana juga ada di sini, gadis itu ngotot pengen ikut supaya mereka bisa pulang bersama. Ya walaupun Nana datang dua jam kemudian karena masih harus latihan. Sekarang, gadis itu ada di depan minimarket yang menyediakan kursi dan meja istirahat sembari memakan snack kentang.

Saat Hadid sibuk menata barang, tahu-tahu saja ada yang meneriakinya.

"Hadiiiid!" pekik Yunita.

Badan Hadid tersentak kaget karena gadis itu tahu-tahu saja memeluknya. Wajah sumringah yang masih belum tahu Hadid sebabnya apa lantas membuat lelaki itu bingung. Posisi Hadid yang letaknya ada di rak kiri, berhadapan langsung dengan dinding kaca tebal yang menembus area parkiran, langsung terlihat oleh Nana.

Lelaki itu melepaskan pelukan dengan wajah tegang. Ia tiba-tiba merasa ada aura dingin. "Ada apa, Ta?"

"Oke, gue ambil napas dulu." Gadis dengan rambut panjang dan badan ramping tersebut lantas mengambil napas panjang dan mengembuskannya. Ia menatap Hadid lagi dengan sumringah. "Did, lo bakalan diwawancara."

"Wawancara?" Kening Hadid mengerut memikirkan hal itu. Namun sedetik kemudian ia ingat. Matanya melotot. "WAWANCARA DI GABE?"

Yunita dan Hadid langsung memekik sembari loncat-loncat, mereka berpelukan seperti anak SD.

Dibalik kaca tebal, ada mata laser yang sudah siap menghanguskan Hadid saat itu juga. Nana bersedekap dada sembari menguyah kentang goreng dengan perlahan dan penuh emosi.

Hadid langsung melepaskan pelukan dengan raut takut saat mata itu seperti menembakkannya peluru berulang kali. "Ma-makasih, Ta."

"Kita bakalan kerja sama-sama, Did!" Yunita memekik sembari mengangkat tangan, ia memeluk Hadid lagi.

Mulut Hadid melongo, ia menggeleng tegas pada Nana yang ada diluar bahwa bukan dia yang memulai. Tapi Yunita. Hadid berani sumpah bukan dia yang mengundang gadis itu kemari.

Lagi, Hadid melepaskan pelukan dengan wajah panik bercampur takut. Ia lirik Nana yang tengah menguyah kentang dengan mata menajam.

"Sorry, gue terlalu seneng." Yunita jadi tidak enak. "Oh iya, pokoknya lo harus bisa jawab pertanyaan dengan sebaik mungkin. Kayaknya lo harus belajar dari gue supaya nggak kagok pas wawancara entar."

HUGLUVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang