Cerita lebih fresh, banyak adegan tambahan, dan tulisan lebih rapi. Nyesel kalau nggak dibaca lagi😭
Blurb:
Mereka baru kenal dipertemuan kedua, tiba-tiba langsung dijodohkan. Tapi yang perlu digaris bawahi, mereka tidak dijodohkan oleh orang tua, m...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cast : Nana Ouyang as Arnana Kasuari/Nana
*
*
*
*
Pernikahan ini memang bukan mau Nana atau Hadid. Tetapi, mempertahankan pernikahan ini adalah kemauan mereka. Jadi, tak seorang pun dapat ikut campur. Nabil tidak bersalah, dia hanya ingin melindungi anaknya, anak perempuan satu-satunya dari Hadid yang terpandang miskin, tidak punya masa depan, dan terlalu jauh untuk Nana yang hampir sempurna ia didik. Cinta pertama seorang anak perempuan adalah ayahnya, oleh karena itu, seegois apapun Hadid, ia tak bisa merebut Nana dari cinta pertamanya.
Beralih ke sebuah kamar yang mewah dengan desain interior yang begitu memukau. Terdapat televisi yang diletakkan di depan sebuah kasur berukuran king, perabotan lain juga mendukung seperti; nakas, lampu hias, sofa dekat jendela, sampai lemari pakaian.
Di atas kasur itu, terdapat dua manusia yang masih menutup mata. Mereka mengenakan pakaian yang bisa dibilang aneh dipakai ketika mereka tengah tertidur.
Dua mata lelaki berjas biru tua itu terbuka, ia mengerjapkan mata berulang kali untuk melihat sekeliling. Hadid mulai bingung, heran kenapa bisa di kamar mewah ini sedangkan tadi jelas-jelas masih berada di depan gedung pertunjukkan.
Hadid lantas menengok ke samping. "ASTAGHFIRULLAHALADZIM!"
Perempuan yang mengenakan dress putih besar itu melenguh. Matanya terbelalak ketika melihat ke arah Hadid. Posisinya adalah ia sedang berada di samping lelaki itu sembari memeluknya. Pantas saja Hadid sekaget itu.
"Lo kenapa bisa di sini?" tanya Hadid.
"Nggak tahu," jawab Nana bangun dari kasur. Ia meneliti pakaiannya dengan raut bingung. "Kok baju gue ganti?"
Hadid menoleh ke semua arah. "Kita dimana lagi?"
"Lo kenapa bisa di sini juga?" tanya Nana penasaran.
"Mana gue tahu, gue aja tadi pingsan habis dipukul orang." Hadid berdiri, berniat membuka pintu.
Namun, pintu itu terkunci. Hadid menggoyangkan knop sekali lagi, tapi masih saja terkunci. Sekarang ia pukul pintu itu dengan keras.
"Ada orang diluar? Permisi! Ada orang?" teriak Hadid sembari memukul pintu menggunakan telapak tangan. Mimik wajah Hadid mulai cemas.
"Percuma," celetuk Nana meneliti seisi ruangan. "Kamar kayak gini tuh kedap suara." Nana pun berdiri, ia sedikit kesusahan karena memakai gaun panjang dan besar ini. "Aish, siapa yang gantiin baju model pengantin gini sih?"
Hadid berbalik, ia duduk lagi di atas kasur. Meraba saku celananya dan tak menemukan ponselnya.
"Hape gue mana lagi?" Hadid mulai panik. "Na, lo bawa hape?"