12 : Pesta Pernikahan

164 29 105
                                    

Cast : Chanon Santinanortkul as Hadid Abadi/Hadid

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cast : Chanon Santinanortkul as Hadid Abadi/Hadid

*

*

*

*


Coffe shop yang terletak dekat dengan pusat perbelanjaan tengah ramai dikunjungi oleh pelanggan, aroma khas kopi hitam kental tercium ketika memasuki bangunan berlantai dua berwarna hitam ini.

Pantry yang ada di dekat kasir, tempat yang digunakan untuk meracik minuman, Hadid tengah di sana untuk membantu barista dalam menyiapkan pesanan pelanggan.

Lelaki itu sibuk menghias kue di atas piring dengan serius karena butuh ketelitian saat menyiapkannya. Setelah selesai, Hadid mengelap tangannya di celemek berwarna hitam yang khusus digunakan untuk pegawai. Lelaki itu berjalan ke arah kasir dan memberikannya pada pelanggan yang sudah menunggu.

Suara bel di depan pintu masuk berbunyi, Hadid mengarahkan kepalanya ke pintu, seketika senyumnya melebar.

"Mau pesan apa, Nona?" tanya Hadid ramah.

"Gaya lo pake Nona, nama gue Nana." Gadis itu terkekeh.

"Mau pesan apa nih?" Hadid siap untuk mencatat pesanan di komputer.

"Gue mau Hadid Abadi." Mata Nana tertuju dengan jail ke arah lelaki itu.

"Gue lagi kerja, Na."

"Bentar lagi selesai, kan? Ayolah!" Nana merengek.

"Oke, tunggu di tempat, ya Nona." Hadid pun akhirnya setuju, lagian shif-nya sudah hampir habis sekarang.

Nana pun duduk di salah satu meja, menunggu pesanannya datang bersama Hadid yang telah berganti pakaian. Selagi menunggu, Nana memainkan ponsel, memeriksa sosial medianya.

"Hai, cantik." Seorang lelaki yang tak dikenal tiba-tiba duduk di depan Nana, lelaki itu memiliki rambut klimis dengan rahang berbentuk segiempat, tampilannya juga cukup modis dan gaya mengikuti tren fashion lelaki zaman sekarang.

Nana mendiamkan orang itu, ia paling tidak suka dengan orang yang suka tebar pesona.

"Mau gue temenin ngopi?" tanya si lelaki mengedipkan matanya satu.

Lagi, Nana mendiamkannya.

Tangan lelaki itu mencolek dagu Nana. "Pendiem banget. Jangan jual mahal lah. Gue teraktir kopi deh."

HUGLUVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang