Cerita lebih fresh, banyak adegan tambahan, dan tulisan lebih rapi. Nyesel kalau nggak dibaca lagi😭
Blurb:
Mereka baru kenal dipertemuan kedua, tiba-tiba langsung dijodohkan. Tapi yang perlu digaris bawahi, mereka tidak dijodohkan oleh orang tua, m...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cast : Nana Ouyang as Arnana Kasuari/Nana
*
*
*
*
Beberapa dokumen menumpuk di meja kerja Hadid, belum cukup sampai disitu, Hadid bahkan harus mengetik surat-surat yang dibutuhkan perusahaan di komputer. Tak hanya itu saja, kadang pegawai lain menyuruhnya ini itu tanpa bisa Hadid tolak.
Dari pagi sampai jam kerja akan habis, Hadid terus bekerja tanpa istirahat, ia hanya meneguk air mineral dan roti, itu pun ia tidak selesai memakannya karena sibuk bekerja.
Ini akibatnya karena bolos kerja demi menemani Nana, semua pekerjaan langsung menumpuk. Devi ternyata melemparkan bom atom kepadanya hanya karena pergi tidak bilang-bilang, ia dendam pada Hadid sampai melempar pekerjaan yang begitu banyak.
"Eh, besok perusahaan libur!"
"Iya, katanya spesial, semua karyawan disuruh nonton konser anaknya."
Pergerakan jemari Hadid terhenti, lelaki itu melihat ke arah kalender meja dan melihat ada bundaran kecil yang melingkari sebuah tanggal di bulan ini. Tanggal 17, hari diselenggarakannya konser tunggal Nana.
"Nih lagi!" Perempuan yang selalu jutek pada Hadid menaruh dokumen baru di meja lelaki itu. "Gue titip kerjaan gue buat besok sama lo."
"Tapi ini kan kerjaan, Mbak." Hadid meringis meratapi nasibnya yang selalu ditemani dokumen.
"Ini akibatnya kalo lo bolos. Harusnya tuh kemarin lo selesain dokumen warna kuning karena mau disetor. Gara-gara lo bolos, gue kena marah," omel Devi. "Udah sana kerjain!"
"Iya, Mbak." Pasrah, Hadid pun akhirnya mau.
"Oh iya, karena besok libur. Mending lo kerjain aja besok. Soalnya gue bakalan minta besok paginya." Dengan senyum licik, ia pun berjalan mengambil tas di meja kerja dan keluar dari bagian divisi pemasaran ini.
Hadid menghela napas panjang. Ia sandarkan kepalanya pada kursi sambil memijat kening.
Sebagian orang yang ada di sana tiba-tiba berdiri, menundukkan kepala hormat. Hadid mengernyit dan menoleh ke belakang.
"Pak Nabil." Hadid bangkit, menunduk.
"Banyak kerjaan?" tanya Nabil melirik begitu banyak pekerjaan yang akan Hadid lakukan.