Nayeon-8

1.7K 131 4
                                    

Benar-benar gila. Nayeon tidak merasa bahwa ia menginginkan harta Jungkook. Ia tidak lah fans Jungkook. Bahkan ia baru mengetahui BTS detik ini saat ia membuka situs internet dan mengetik nama Jungkook disana. Semuanya tentang Jungkook tertera jelas dilayar laptop Nayeon. Mulai dari keluarga, kisah kehidupan, dan rumor-rumor tentangnya pun berserakan disana.

"Skandal Jungkook? IU? Oh ternyata dia menyukai wanita ini." Nayeon bergumam.

"Disalah satu talkshow Jeon Jungkook mengaku mengagumi seorang IU"

"Terungkap! ternyata Jungkook dan IU telah lama kenal bahkan sebelum Jungkook menjadi seorang idol."

"Jungkook dan IU pernah berpacaran saat masih menjadi trainee?"

Begitulah kira-kira beberapa artikel yang Nayeon baca.

"Kalau terjadi apa-apa padaku apalagi perutku tersayang ini, aku tidak akan diam. Perutku yang sangat malang." Nayeon berbicara sendiri. Entah sejak kapan, tetapi akhir-akhir ini ia merasa seperti orang gila. Mungkin karena tekanan Appa nya.

Nayeon berjalan keluar dari kamar kesayangannya. Ia melihat pintu ruangan Appa nya terbuka. Appa nya sedang sibuk dengan kertas yang berserakan diatas meja. Mungkin file kantor. Entahlah Nayeon tidak perduli.

"Appa." Nayeon berdiri di depan Appanya yang masih sibuk.

"Hm?" Tanpa mengalihkan wajahnya dari tumpukan kertas-kertas.

"Appa.." Suara Nayeon merendah.

"Katakan saja. Kau sungguh mengganggu. Tidak kah kau melihat Appa-mu ini sedang sibuk?" Nayeon memilih diam.

"Ehm? Arraseo Appa. Ini tidaklah penting." Nayeon meninggalkan Appa-nya yang masih sibuk dengan kertas-kertasnya.

Nayeon memilih keluar daripada berada dineraka kecil itu. Ya, Rumahnya.

Nayeon memasuki sebuah minimarket dan memilih snack apa yang akan ia beli.

"Ya! Kita bertemu lagi." Seorang gadis cantik dengan rambut maroon nya tersenyum melihat kearah Nayeon.

"Oh? Rose? Sedang apa kau disini?" Tanya Nayeon.

"Aku hanya bosan dirumah. Tidak ada makanan, dan aku sungguh malas untuk memasak hari ini. Jadi aku memilih untuk membeli makanan instan saja." Rose mengangkat keudara makanan yang ia beli.

"Wah Rose, kau sungguh banyak makan ternyata. Apakah kau membeli setiap jenis makanan dua?" Tanya Nayeon tertawa kecil.

"Eoh? A-ah ne. Terkadang aku sangat malas untuk keluar dari rumahku. Jadi aku membuat stock." Ucap Rose.

"Ah begitu. Apakah kau sudah selesai? Bagaimana kita menuju kasir bersama?"

"Baiklah."

Rose dan Nayeon berjalan keluar dari minimarket. Mereka berjalan menuju kursi yang berada ditaman.

"Jadi kenapa kau mengatakan bahwa dirumah kau juga bosan sepertiku?" Rose menatap Nayeon.

"Hm. Sebenarnya aku hanya tidak punya teman Rose. Aku anak tunggal."

"Hei, bagaimana kau bisa mengatakan itu. Kita adalah teman! Kau menyakitiku." Rose memasang raut sedih di wajahnya.

"Ya! Mianhe Rose." Nayeon tertawa kecil.

"Mari kita bertukar nomor. Jika kau kesepian atau membutuhkan ku kau bisa menelfon ku." Rose menyodorkan ponsel miliknya.

"Baiklah Rose, aku harus mampir kesuatu tempat. Mungkin kita berpisah disini." Nayeon berdiri dari duduknya.

"Ne, Nayeon. Sampai berjumpa. Jangan lupa aku adalah temanmu." Rose tersenyum.

"Ne, Sampai jumpa." Nayeon dan Rose berpisah.

***

"Jadi bagaimana keputusanmu?"

"Bibi, aku belum memutuskannya. Ini pilihan yang berat. Aku harus memikirkannya baik-baik." Jungkook memijat tulang hidungnya.

"Kau harus mengambil keputusan cepat Jung. Sampai berapa lama lagi kau memikirkannya?"

"Aku segera memutuskannya nanti Bibi. bersabar lah, Kumohon."

"Secepatnya, ne?" Tanya Bibi Jungkook.

"Ne."

"Lalu kenalkan gadis itu padaku segera." Ucap Bibi Jungkook sebelum memutuskan sambungan telfon nya.

"Aish! Benar-benar gila."

***

"Ya Jungkook! Ada apa denganmu? Kenapa akhir-akhir ini kau sering melamun? Bahkan kau sudah mendapat gerakan yang terbilang mudah karena kakimu, tapi mengapa kau masih saja salah? Katakan. Apa yang mengganggu pikiranmu. Tidak biasanya kau begini." Ucap Jimin menghampiri Jungkook.

"Tidak ada apa-apa Hyung. Aku hanya kurang fokus karena memikirkan kaki ku ini." Ucap Jungkook masih menundukkan kepalanya.

"Wae? Aku rasa bukanlah itu penyebab kau kehilangan fokus. Aku Hyung-mu tidak ingin kah kau menceritakan pada Hyung mu?" Jimin merangkul Jungkook.

"Aku tak yakin menceritakannya padamu hyung."

"Wae? Kita harus terbuka satu sama lain bukan?" Jimin mengerutkan keningnya.

"Hyung, ini jauh dari apa yang kau bayangkan. Bahkan aku sudah menebak apa yang akan kau katakan setelah aku menceritakannya. Dan apa reaksi semua member." Jungkook melirik Jimin.

"Jung, jika ada masalah maka ceritakanlah. Jika kau bahagia maka bagilah kebahagiaanmu. Jika kau sedih maka luapkanlah. Aku ada disini." Jimin mengelus pundak Jungkook.

"Bukan saatnya Hyung. Aku akan menceritakannya, tapi bukan sekarang." Jungkook memijat pelipisnya."

"Baiklah, aku mengerti. Tapi jika kau merasakan sesuatu kau harus menceritakannya kepada orang yang kau percaya, Ne?" Tanya Jimin

"Ne." Jungkook mengeluarkan ponsel miliknya dari saku celana dan mengetikkan sesuatu.

Jungkook
Mari bertemu IU sunbaenim.

*send*

***

Luv, Lovenyyx

HEALERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang