Nayeon-24

1.3K 104 23
                                    

Hai Siders Berjaraklah:)
Mari Vote Sebelum Membaca~
Selamat Membaca💓
Luv Luv

-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-

Setelah pulang dari Cafe saat itu, Jungkook merasa ia sering diikuti oleh seseorang. Entah dari jarak jauh ataupun dekat. Jungkook sedikit merasa terancam. Karena itu Jungkook melaporkan kepada Manager untuk mencari tahu siapa orangnya agar ia merasa aman.

"Mengapa kau ke ruang Manager?" Tanya RapMoon saat Jungkook baru saja masuk kedalam dorm.

"Tidak ada." Jawab Jungkook

"Kau tahu kita adalah keluarga. Tapi mengapa kau tidak ingin berbagi ceritamu? Kurasa sangat serius sehingga kau datang sendiri ke kantor Manager." Ucap Jimin.

"Aku merasa sedang diikuti oleh seseorang. Bukan takut. Hanya sedikit membuatku merasa tidak nyaman." Ucap Jungkook akhirnya.

"Sejak kapan? Kau tidak tahu siapa orang itu?" Tanya Taehyung.

"Tidak. Dia selalu memakai topi hitam, masker hitam, dan bersembunyi. Aku tahu itu, tapi aku pura-pura tidak melihatnya." Jawab Jungkook.

"Apa kau ada membuat orang tersinggung sebelumnya?" Tanya Rapmoon.

"Tidak. Aku baik-baik saja pada orang." Ucap Jungkook.

"Sejak kapan?" Tanya Suga.

"Setelah aku membeli kopi di cafe biasanya." Jawab Jungkook lagi.

"Kau sudah merasa diikuti saat itu?" Tanya Taehyung.

"Belum. Aku merasa diikuti besok nya." Jawab Jungkook.

"Apa itu seorang Sassaeng?" Tebak Jimin.

"Bisa saja." Balas Jin.

"Bertemu seseorang?" Tanya Suga tanpa memperdulikan ucapan Jimin dan Jin.

"Hm.. Ada. Seorang lelaki menghampiriku, bukan meminta foto atau tanda tangan. Dia malah memperkenalkan diri lalu pergi." Jawab Jungkook panjang lebar.

"Bisa saja dia yang mengikutimu." Suga menjawab sambil mengelus dagu nya.

"Tapi untuk apa?" Tanya Jungkook.

"Siapa nama lelaki itu?" Tanya Rapmoon.

"Ah, aku melupakannya." Jungkook menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Aish, bagaimana bisa tahu jika kau saja lupa." Ucap V.

"Aku akan mencari tahu nya." Ucap Jungkook menatap lekat member lainnya.

***

"Bagaimana ini. Mengapa Jungkook berubah padaku? Aku harus apa?" Nayeon mondar mandir di kamarnya seraya berpikir cara agar Jungkook tidak jauh darinya.

"Im Nayeon." Panggil seseorang dibalik pintu kamar Nayeon.

Nayeon membuka pintu, dan terlihatlah sosok Appa nya dengan mata yang menatapnya lekat.

"Ne, Appa." Jawab Nayeon.

"Tidak belajar?" Tanya Appa nya.

"Ah.. I-itu.. A-aku--" Ucapan Nayeon terhenti saat Appanya masuk ke dalam kamarnya.

"Apa-apaan ini!? Kau bukannya belajar malah menggilai seorang Idol yang tidak berguna!?" Suara Appa nya meninggi saat melihat banyak sekali foto dan tulisan tentang Jungkook tanpa ada buku pelajaran satu pun disana.

"Ap-Appa, aku bukan menggilainya Appa. A-aku--"

"Apa? Kau apa? Kau pikir ituada gunanya? Lebih baik kau belajar daripada menggilai seorang Idol. Itu hanya merugikan dirimu sendiri, Appa, dan Eomma!" Sungguh wajah Appa Nayeon saat ini sangat mengerikan. Telinga dan wajahnya memerah seperti terbakar.

"Ne, Appa. Aku akan belajar." Ucap Nayeon.

"Tidak. Aku akan membuang semua ini. Kau tidak akan bisa belajar dengan semua ini." Lalu Appa nya mengambil semuanya, meremukkan dan membuang ke tong sampah kamar Nayeon. Lalu Appanya membawa tong sampah itu untuk dibakar.

"Appa, mau dibawa kemana?" Tanya Nayeon saat melihat Appa nya mengambil tong sampah itu.

"Akan kubakar." Ucap Appa Nayeon.

"Mwo? Appa tidak. Jangan." Nayeon menahan tangan Appa nya. Sungguh untuk mendapatkan fakta-fakta begitu dalam tentang kehidupan Jungkook sangatlah butuh perjuangan.

"Im Nayeon! Lebih baik aku membakar 'sampah' ini daripada kau yang akan ku bakar." Nayeon terdiam mendengar ucapan Appa nya.

"Sekarang kau belajar. Jangan membuat malu Eomma dan Appa mu lagi!" Setelah itu bunyi pintu yang dikunci dari luar terdengar oleh Nayeon.

Nayeon di kunci lagi.

Nayeon meneteskan air matanya. Mengapa hidupnya sungguh keras? Setelah gagal dengan rencananya terhadap Jungkook, kini ia juga gagal dalam mengumpulkan rencana kedepannya. Appa nya benar-benar jahat. Nayeon ingin membenci kedua orang tuanya namun, ia tidak ingin menjadi anak yang durhaka. Bagaimana pun mereka yang sudah merawat dan melahirkan dirinya.

"Bagaimana? Sudah ku bilang kau tidak hanya akan dapat masalah dengan Jungkook, tapi Appa." Ucap Haechan dari luar kamar Nayeon yang terkunci.

"Apa kau yang mengatakan pada Appa?" Nayeon menatap pintu seolah menatap Haechan si iblis.

"Apa kau marah Noona? Ah, mianhe.." Ucap Haechan.

"Kau memang brengsek! Apa mau mu!" Teriak Nayeon.

"Mau ku? Kau ikut hancur bersamaku." Ucap Haechan sedikit berbisik namun masih terdengar oleh Nayeon.

"Brengsek!" Teriak Nayeon.

"Kau memang gila! Penghancur! Kau bukanlah adikku! Adikku tidak gila sepertimu!" Ucap Nayeon.

"Noona.. Itu kasar sekali. Kau benar-benar jahat Noona." Nayeon melihat sebuah pisau di selah pintu nya naik turun seakan memotong kue.

"Mengapa kau memegang benda itu?" Tanya Nayeon setelah melihat pisau itu hilang.

"Kau takut Noona?" Tanya Haechan dibalik pintu dengan senyumannya.

"T-tidak. Tidak sama sekali." Balas Nayeon.

"Wah, Noona ku sudah berani. Aku salut." Haechan bertepuk tangan.

"Pergi kau! Pergi!" Usir Nayeon.

"Baiklah, selamat tidur nyenyak Noona." Ucap Haechan kemudian Nayeon sudah tidak mendengar suara apa-apa lagi.

***

Nayeon mendengar suara piring beradu dengan sendok lalu bunyi kompor serta gelak tawa di lantai bawah dari kamarnya.

"Mereka makan. Aku lapar." Ucap Nayeon menyentuh perutnya.

"Siapa yang bisa menolongku? Aku sungguh lapar." Nayeon berpikir kemudian ia teringat Jungkook.

"Ah, tidak mungkin dia mau." Nayeon berpikir sahabat-sahabatnya bisa saja membantu tapi, dia tidak ingin mereka tahu bagaimana keluarganya dan ia juga tak ingin merepotkan mereka.

"Aku mual." Nayeon berlari ke kamar mandi di kamarnya lalu memuntahkan isi perutnya yang kosong.

***

Luv,Lovenyyx

HEALERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang