dua puluh lima

75 3 0
                                    

Hay

Hay

Hay

Happy reading

Keluarga Tami duduk mengelilingi meja makan panjang itu dan aneka makanan terhidang di sana. Suara denting sendok di piring dan canda tawa keluarga itu menambah indahnya malam syukuran ulang tahun Jerry anak pertama kakak sulung Tami.

Perayaan ulang tahun Jerry yang ke delapan ini, di buat agak berbeda dari biasanya. Dari pada merayakan ulang tahun di hotel mewah dan mengundang banyak orang, lebin baik makan malam bersama keluarga besar dan besoknya mereka akan ke panti- panti asuhan untuk memberi hadiah pada anak-anak itu disana. Dan juga akan memberi donasi untuk Panti Asuahan tersebut. Dengan begitu ulangtahun Jerry akan lebih bermanfaat buat banyak orang.

Jadi tidak usah ditanya lagi kenapa ruang makan itu sangat ramai malam ini. Mata Hardi berbinar-binar melihat istrinya, kelima anaknya, empat orang menantu dan kesebelas cucu-cucunya yang masih kecil, lucu dan imut berkumpul makan bersama sambil bercanda satu sama lain.

"Jadi kapan Tami mau memperkenalkan calon menantu Papa ke kita semua?" tanya Hardi tiba-tiba pada anak ke-4nya itu.

Dan jelas saja semua mata mengarah pada Tami menuntut jawaban. Tami hanya tersenyum samar tiba-tiba otaknya tiba blank entah jawaban apa yang akan dia berikan pada ayahnya

"Jangan bilang kamu masih belum punya pasangan" kata Hardi lagi

"Kamu sama Gio masih jalan kan?" tanya Ningsih ibu Tami

"He-eh ..." Tami menggelengkan kepala "Gak Ma, kami memang tidak pernah jalan, aku dan Gio hanya sekedar teman saja"

"Loh ... jadi?" kening ningsih berkerut samar

"Jadi yang sekarang jalan siapa, masak gak ada ..." desak Rendy

"Pasti ada. Taminya aja yang belum mau kenalin" sela Arga

"Kenalin saja, kita juga pengen tau dia pantas gak jadi menantu keluarga ini" sahut Checil

"Kok jadi mengintrogasi begini sih?" kata Tami kewalahan

"Gak apa-apa loh... Tami, tadi kami pikir kamu mengajak patner mu untuk dinner bersama malam ini." kata Rena kakak iparnya

"Udah ah ... bicarakan yang lain saja. Kasihan anak-anak gak mengerti apa yang kita bicarakan." Ujar Tami mengelak

"Hmm ... mengelak lagi" sahut Heron kakak sulung Tami "Ajak kek sekali-sekali kerumah, kayak Checil dulu waktu masih pacaran, jadi kakak kan bisa nilai dia pantas jadi pendamping mu atau tidak."

Tami hanya memutar bola matanya dan tidak menyahut lagi.

Itu terlalu berlebihan bisiknya dalam hati

Saat semua asik makan tiba-tiba handphone Tami berdering kencang, Tami terkejut karena dia lupa non aktifkan dering handponenya.

Biasanya Ayahnya akan marah jika handphone mereka berbunyi saat makan.

Cepat-cepat Tami mengambil handphonenya dari atas meja tapi Checil merebut benda itu dari tangannya

"Betrand? " Checil membaca nama yang muncul di layar handphone itu.

"Iih.... sini handphonenya!" Tami berusaha merebut handphonenya kembali tapi Checil tidak memberikanya.

"Jadi ini calon ipar ku?" ujar Checil cekikikan melihat wajah Tami yang berubah jadi merah

Terjebak Dalam Mimpi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang