empat puluh delapan.

46 2 1
                                    


Happy reading

Cruise Genting Dream.

Tami menatap dirinya di kaca riasnya, dia mengambil lipstik dan mengoles perlahan di bibirnya.

perfect.” gumamnya.

Kemudian dia berdiri dan mencari sepatu yang cocok untuk gaunnya yang berwarna putih. Setelah memutuskan untuk memakai sepatu haigh heels yang dia beli di Paris dia pun mengenakannya.

Sekali-lagi dia berputar-putar di depan kaca memastikan dandannya pas dan tidak terlalu mencolok untuk  bertemu seorang special malam ini.

Tami  melirik jam dan entah kenapa tangannya menjadi terasa dingin, jantungnya pun berdegup tak karuan. Susah payah Tami menghirup nafas secara perlahan kemudian dia hembuskan kembali secara perlahan, dia melakukan hal itu berulang kali sampai dia benar-benar merasa tenang kembali dan ternya cara ini benar-benar manjur baginya.

“Ok, ini adalah saatnya.” Gumamnya.

Sebelum dia keluar dari kamarnya dia menutup semua jendela, barulah dia keluar dari kamar itu dengan keadaan siap, sebelum menutu jendela terakhir dia berpesan pada bintang yang ada di lagit,
“Bintang temani aku bertemu dengannya.”

Tami berjalan menuju dek kolam renang, dia berjalan dengan perlahan karena dia tidak ingin buru-buru.

Di dalam perjalanan menuju kolam itu, dia terkejut karena setiap orang yang berpapasan dengannya memberikan sebatang mawar putih yang tangkainya sudah di beri pita. Tami menerima buang itu dengan perasaan bingung  dia pikir di kapal itu sedang ada pesta bunga mawar jadi dia menepis keraguannya dan menerima bunga itu sampai tangannya penuh.

Saat Tami sudah sampai di dek kolam renang, dia melihat kolam renang  sangat sepi tak seperti biasanya. Tami hanya melihat seorang laki-laki bejas hitam berdiri membelakanginya sambil  melamun mentap laut.

Tami berjalan pelahan menghampiri laki-laki itu. Saat sampai di belakang laki-laki itu, dia mengangkat tangannya untuk menyentuh bahu laki-laki itu namun dia menarik tangannya kembali sebab dia sangat merasa deg-degan.

Lalu Tami menelan ludahnya dan berusaha memusnahkan kegugupannya, sekali lagi dia mengangkat tangannya  untuk menyentuh bahu laki-laki itu tapi tangannya terhenti karena laki-laki itu sudah berbalik menghadapnya.

“Kamu datang?” tanya laki-laki itu sambil menyungingkan senyum yang selama ini dia rindukan.

“Betrand.” Bisiknya hampir tak terdengar, matanya mulai berkaca-kaca mendapati Betrand kini telah di depan matanya namun dia dengan cepat mengedipkan matanya beberapa kali untuk menghilangkan kabut yang ada di matanya itu karna dia tidak ingin terlihat sangat merindukan Betrand.

“Kamu sudah menerima bunganya?” kata Betrand lalu mengambil bunga itu dari tangan Tami dan meletakannya di atas meja yang ada di dekatnya.

“Apa itu darimu.” Tanya Tami tapi Betrand hanya membalas dengan senyuman.

Tami mengigit bibirnya dan membuang padangannya entah kenapa dia menjadi sangat gugup berhadapan dengan Betrand saat ini.

“Kamu apa kabar?” tanya Betrand basa-basi sambil kembali menghadap laut.
Tami pun ikut berdiri sejajar dengannya dan juga ikut menatap laut, angin mulai berhembus menerpa wajahnya membuat mulai merasa kedinginan.

“Baik.” Jawab Tami singkat.

Kemudian mereka berdua terdiam cukup lama sampai Tami bertanya-tanya dalam hati, sudah itu saja? Cuma menanyakan kabarku saja?

Betrand menarik nafas, sedangkan pikirannya sibuk mencari-cari apa yang  ingin dia katakan ada Tami, padahal sebelumnya dia sudah menyiapkan seribu kata untuk dia ungkapkan pada Tami mengenai perasaannya  tapi  kini Tami sudah berada di sampingnya dan entah kenapa dia lupa segalanya. Yang dia tau hanya hatinya tiba-tiba merasa teduh dengan kenyataan bahwa saat ini Tami ada di sampinya dan ini bukanlah mimpi seperti malam-malam yang sudah dia lewati sebelumnya.

Terjebak Dalam Mimpi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang