tiga puluh enam

25 3 0
                                    

Emma mondar-mandir untuk melayani tamu undangan yang sudah berdatangan meskipun sedah banyak pelayan yang sudah menyiapkan ini-itu tapi Emma tidak sabaran semuanya harus sempurna acara pernikahan anak sematawayangnya harus berjalan dengan baik sedangkan Harianto sedang asyik bercakap-cakap dengan kerabatnya bahakan teman bisnisnya juga banyak yang datang dari luar Negri.

“Clarine sudah siap belum?  acaranya sebentar lagi di mulai.” Tanya Emma pada seorang pelayan.

“Belum Nyonya, dia masih di ruang meke-up.” Jawab pelayan itu.

“Aduh gimana sih ... sudah jam berapa ini?” gerutu Emma dan langsung naik ke lantai dua untuk melihat persiapan Clarine.

Saat membuka pintu Emma langsung tersenyum melihat Clarine telah memakai gaun pengantin yang sangat indah dan wajahnya sudah di rias sedemikan rupa.

“Clarine ... Coba lihat kamu menjelama seperti bidadari ...” puji Emma.

Clarine melihat Emma dari kaca riasnya dan langsung tersenyum gugup. Dia berdiri susah payah karena gaun pengantin yang dia kenakkan sangat kembang dan berat.

Sejenak Clarine berputar-putar melihat dirinya di kaca besar itu sedangkan para pelayan lainnya menerik gaun yang terseret di lantai supaya tidak terinjak oleh Clarine.

“Eh ... pelan-pelan nanti kamu jatuh.” Tegur Emma.

Emma menyentuh tangan Clarine dan dia terkejut merasakan tangan Clarine yang kedinginan “Tanganmu kenapa dingin seperti es?” tanya Emma.

Clarine mengigit bibirnya dan memaksakan seulas senyum.

“Aku gugup Ma,” jawabanya.

“Loh ... kenapa gugup? Sudah kamu tenang saja jangan gugup seperti ini, ayo tersenyum.” Kata Emma.

Clarine menghembuskan nafas dengan keras dan terseyum lebar pada Emma.

“Nah ... gitu dong ..."

“Betradnya sudah datang Ma?” tanya
Clarine dan Emma pun langsung menepuk dahinya.

“Aduh ... Mama sangat repot sampai Mama lupa menghubungi Betrand. Sebentar ya Mama telpon dulu dia sudah sampai di mana.”

Emma menelpon Betrand beberapa kali tapi anak itu tidak tetap saja tidak mengangkat telponnya. Lalu Emma langsung turun menanyakan pada suaminya.

“Pa Betrand belum datang?”

“Loh ... bukannya dia harus datang dari tadi sebentar lagi acaranya mau di mulai?” Harianto malah bertanya.

Emma langsung merasa gelisah dia terus menghubungi Betrand dan menyuruh beberapa orang untuk mencarinya. Entah kenapa firasat Emma mulai tidak enak.
 
***
Cahaya matahari  terpantul dari kaca kamar itu menyilaukan mata Betrand yang perlahan  terbuka. Matanya menyapu sesisi ruang kamar itu dan langsung meloncat terkejut setelah menyadari dia tidak sedang berada di kamaranya.

“Aku di mana? kamar siapa ini?” Gumamnya.

Di dinding kamar itu ada gambar Tami berukuran besar terbuat dari kramik dan langsung melekat secara menyatu di tembok kamar itu.

“Tami?” gumam Betrand heran “Jadi ini kamar Tami?”  kenapa aku bisa berada di sini?”

Di atas meja  ada segelas air putih yang masih dalam keadaan tertutup sepertinya belum di minum. Tanpa pikir panjang Betrand meminum habis ini gelas itu karena dia sangat haus.

Saat dahaganya segar kembali tereka ulang dalam pikiranya bagaimana dia bisa sampai di kamar Tami.

12 jam yang lalu.

Terjebak Dalam Mimpi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang