A.

1.2K 70 18
                                    

"Sabar boleh tapi jangan mau dibegoin"
                • • •

Renata menghela nafas dan menghembuskan nya dengan kasar saat Fadly membatalkan janji mereka karena pekerjaan lelaki itu. Padahal Renata juga sudah menolak ikut bersama guru-guru lain merayakan ulang tahun kepala sekolah tempatnya mengajar.

"Del, kalian udah berangkat?"

"Kenapa? Fadly sibuk lagi." Delina, sahabatnya terdengar mendengus diujung sana.

"Jemput aku ya dekat sekolah."

"Ya, udah tunggu aja disana." sambungan terputus. Renata memasukkan ponselnya ke dalam tas dan mulai memperhatikan sekelilingnya sembari menunggu Delina.

Tidak berapa lama Delina datang, Renata membuka pintu mobil dan masuk ke dalam. Mobil melaju setelah Renata memakai sabuk pengamannya.

"Kamu terlalu sabar ngadepin Fadly sekali-kali kamu protes bisa nggak?" Delina langsung menyemburkan kemarahannya. Pasalnya dia capek sendiri saat melihat Renata diperlakukan seperti itu oleh Fadly.

"Dia kerja Del, nggak bisa ninggalin kerjaannya."

"Terus apa kabar kamu yang selalu bela-belain waktu buat dia sesibuk apapun kerjaanmu?" Renata diam tidak menjawab pertanyaan sarkas Delina.

"Ini semua demi masa depan kami Del," Delina hanya menggelengkan kepalanya. percuma nasehatin Renata, nggak bakalan mempan.

"Terserah kamu, yang ngejalanin juga kamu."

Delina bukan tidak sayang sama Renata, dia malah sayang banget sama sahabatnya itu. Tapi Renata terlalu cinta sama Fadly hingga buta dan selalu memaklumi segala kesalahan Fadly.

Tidak berapa lama mereka sampai disebuah rumah berpagar hitam. Delina memaksukkan mobil dan memarkirkannya. Setelah itu mengikuti Renata masuk ke dalam rumah.

"Loh, Renata tadi katanya nggak bisa ikut." heran Ibu Ayu, kepala sekolah mereka.

"Nggak jadi bu daripada bengong sendiri di kost mending saya kesini. Selamat ulang tahun ibu, semoga panjang umur dan tercapai semua goal hidupnya." Renata bercipika-cipiki dengan Ayu sembari menyerahkan kado yang telah disiapkan sejak kemaren.

"Makasih ya doa dan kadonya." Ibu Ayu tersenyum bahagia. Diusianya yang menginjak 40 tahun wanita itu tetap cantik dan semakin berwibawa. Hasil tempahan hidup yang dijalaninya selama ini sebagai single parent yang membesarkan kedua anaknya.

"Sama-sama Ibu."

"Sayang ya Wira masih diluar kota." Renata hanya tersenyum tipis mendengarnya. Bukan rahasia umum lagi diantara mereka sebagai sesama tenaga pendidik di SMA Pelita Bangsa kalau Ayu menjodohkan keduanya.

"Ya, udah aku gabung sama yang lainnya ya Bu." Ayu mengiyakan dan Renata memilih bergabung bersama guru-guru lainnya.

Renata mengambil makanan dan menarik kursi dekat Ilham, rekannya.
"Saya mau ambil minum, Ibu mau juga?" bersama Ilham, Renata memang sangat kaku selain karna Ilham pendiam mereka juga jarang terlibat obrolan santai.

"Boleh pak, kalau bisa yang dingin ya." Ilham mengiyakan. Tidak berapa lama Delina datang sambil membawa makanan.

"Darimana?"

"Tadi ngobrol bentar sama pak Heri." Renata menganggukkan kepalanya. Tidak berapa lama Ilham datang sambil membawa minuman segar dan meletakkannya dihadapan Renata.

"Sama aku nggak ada?" tanya Delina menaikkan alisnya.

"Aku nggak tau kamu ada disini pas mau ngambil minum tadi." mendengar itu Renata tersenyum kecil menikmati perdebatan keduanya.

Bukan hal baru kalau Delina sangat suka mengganggu Ilham yang pendiam dan kaku. Tentunya bukan dihadapan murid-murid mereka.

***

Renata sampai di kost menjelang maghrib. Setelah membersihkan dirinya dan melaksanakan kewajibannya Renata mengambil lembar kertas ujian yang belum selesai diperiksanya.

Renata larut dalam kerjaannya saat tiba-tiba ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk.

Fadly Rajasa:
Besok kita jalan!

Renata Syahbana:
Aku nggak bisa, besok harus ngawas ujian dan meriksa hasil ujian mereka.

Fadly Rajasa:
Kamu bisa izin!

Renata Syahban:
Nggak bisa Ly, ini tuh tanggung jawab aku.

Fadly Rajasa:
Makanya aku nggak suka kamu jadi guru.

Renata diam saat membaca balasan Fadly. Hatinya berdenyut sakit. Dilanjutkannya pekerjaannya tanpa membalas pesan Fadly. Karna dia tau semakin dibalas pertengkaran yang akan datang.

Wira Herlambang:
Aku datang kamu udah nggak ada tadi.

Renata Syahbana:
Udah mau maghrib,

Wira Herlambang:
Wekend ada waktu nggak?

Renata Syahbana:
Kenapa? Mau ajak aku jalan?

Wira Herlambang:
Hahhaha, tau aja. Mau?

Renata Syahban:
Kalau nggak keberatan Delina ikut.

Wira Herlambang:
Nggak masalah.

Renata Syahbana:
Ok

Wira Herlambang:
See you

Renata Syahbana:
See you too

Renata meletakkan ponselnya kembali setelah selesai berbalas pesan dengan Wira. Kebetulan pikiranya sedang semrawut saat ini. Sekedar nongkrong dengan Wira dan Delina nggak masalah pikirnya. Lagipula beberapa hari kedepan Fadly akan keluar kota.

***

Renata memasuki ruang kelas tempat diadakannya ujian setelah apel pagi selesai. Renata mengucapkan salam yang dijawab serempak muridnya.

"Assalamu alaikum anak-anak."

"Waalaikum salam Ibu."

"Ibu bagikan lembar soal dan jawaban ya." Renata langsung berjalan ke arah siswanya dan membagikan soal disusul lembar jawaban.

Setelah memastikan semua sudah mendapat, suasana kelas hening. Semua sibuk dengan soal yang telah dibagikan. Renata berkeliling sebentar sebelum kembali ke mejanya.

Tidak sampai setengah jam suasana kelas terlihat berisik. Ada yang lirik sana lirik sana, ada yang berbisik-bisik dan ada yang menggaruk kepalanya.

"Kalau kalian nggak bisa diam ibu tarik lembar jawabannya, siap tidak siap." suasana yang tadinya berisik mendadak sunyi. Renata berkeliling sambil memperhatikan lembar jawaban muridnya. Ada yang sudah terisi semua ada yang masih sebahagian.

Seperti bernostalgia kembali akan masa putih abu-abunya. Rasanya juga baru kemaren, ternyata sudah 8 tahun berlalu. Waktu berjalan begitu cepatnya.
Masih segar dalam ingatannya akan kenangan saat mereka ujian dulu. Persis seperti ini. Rindunya masa-masa itu,pikirnya.

(836)
*Senin, 24 juni 2019*
*Revisi, Jum'at 5 juni 2020

Apa Kabar Hati?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang