p r o l o g u e

16.1K 1.1K 31
                                    


BANYAK yang bilang, obat terbaik untuk hati yang patah adalah dengan menyibukkan diri pada pekerjaan. Kata-kata itulah yang selama ini ia pegang teguh.
Bertahun-tahun setelah saat itu, perempuan berparas cantik dengan rambut panjang hitam legam yang selalu nampak rapi dalam satu ikatan simpul, selalu berusaha menghindari kenyataan bahwa dirinya kini berbeda dari sekelilingnya. Tidak memperdulikan cemoohan orang lain akan status yang mungkin di kalangan dirinya adalah satu buah kesalahan. Dia bukan perempuan spesial dengan seribu kelebihan, dia hanya perempuan rapuh yang bersembunyi dalam topeng ketegaran.

"Kalian harus sampai di sana jam tujuh nanti."

Perempuan itu meloloskan helaannya ke udara. Matanya terpejam beberapa detik guna menghilangkan lelah yang bersarang dalam pikirannya. Penat. Atmosfer di sekelilingnya seakan berubah menyesakkan. Belum lagi suara decitan dari printer tipe LX-310 di atas meja sudut ruangan pimpinan redaksi yang entah sejak kapan mengganggu ketenangannya.

Ditariknya napas dalam-dalam sebelum beranjak dari kursi dan keluar melewati pintu berwarna putih gading tersebut.

"Seperti biasa. Jangan pernah ada kesalahan."

Perempuan itu merotasikan matanya. Malas menanggapi peringatan berulang dari atasannya. Bibirnya membentuk lengkungan tipis yang nyaris tak terlihat. Di otaknya memikirkan bagaimana cara menyumpal mulut besar yang tiap kali meremehkannya.

"Iya, Pak."

Walau pada akhirnya, hanya dua kata itu yang mampu keluar dari bibirnya.


-kimnurand

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-kimnurand

Reportalove ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang