Memang begitu sejati manusia, mereka pandai menyembunyikan luka. Berpura-pura bahagia, sehingga betah bermain dalam topeng belaka.
° Reportalove °
Hal yang paling Imel tidak suka di dunia adalah kebohongan dan orang yang suka mengulur-ngulur waktu. Perempuan itu lebih suka mengerjakan semuanya langsung, agar cepat selesai dan pulang ke rumahnya. Di rumah, Imel bisa leluasa menjadi dirinya sendiri tanpa harus bersembunyi di balik topeng ketegaran. Lain halnya di luar ia harus berpura-pura baik-baik saja akan semua ucapan orang yang selalu merasa dirinya benar.
Ketenangan Imel itu harus tertunda, mana kala Aksa justru memaksanya ikut ke tempat yang seharusnya tidak ia datangi. Imel baru tahu jika laki-laki yang pandai bernyanyi dan memainkan musik itu memiliki kelebihan lain. Yaitu memaksa orang.
Imel menatap langit yang sudah menggelap seutuhnya. Apalagi bintang sama sekali tidak terlihat, sudah bisa dipastikan akan turun hujan malam ini. Ia mengembuskan napas lelah, ketika harus mengikuti Aksa yang malah asik berselfie di ratusan lampu yang membentuk Sakura Park.
"Aksa kalo kamu masih lama saya pulang duluan, ya?" ujar Imel, matanya menyalang pada Aksa yang tengah membidiknya dengan kamera ponsel.
"Yah jangan ngambek dong, sini! Fotonya keren-keren loh." Aksa seperti tak menghiraukan ucapan Imel. Ia justru sibuk mengambil gambar Imel yang tengah kesal padanya. Sebelum kemudian Aksa berbalik arah dan mengambil gambar sebuah air mancur.
Tapi ketika Aksa berbalik sebuah benda mendarat tepat di belakang bahunya. Sontak membuatnya mengaduh. Untung saja, benda itu tidak mengenai kepalanya.
Aksa kembali membalikkan badannya dan mendapati sebuah sepatu berada di dekat kakinya dan dari kejauhan ia lihat Imel berjalan menjauh dari area Sakura Park tersebut dengan hanya memakai sebelah sepatunya.
Imel sendiri tidak tahu, keberanian apa yang merasukinya hingga nekat melempar sepatu ke arah Aksa. Bisa dipastikan besok ia akan menerima ocehan Henry karena managemen Aksa menuntut prilakunya. Namun, tidak disangka Aksa justru menghampiri Imel dan membawakan sepatu yang tadi ia lempar. Tidak hanya itu, Aksa meminta Imel duduk di kursi dan memasangkan sepatu itu kembali.
"Jangan pernah ngelempar sepatu lo ke sembarangan orang. Karena mereka ngga akan dateng buat makein balik, kaya gue." Napas Imel tercekat, ketika sepasang manik obsidian milik Aksa bersibobok dengannya.
Dengan cepat Imel memutus kontak mata di antara mereka. Ia tidak ingin, semakin menyukai pancaran cahaya dari kedua netra itu.
"Saya pulang, ya." Imel berdiri dan mencoba menghindari kontak mata dengan Aksa.
"Ayo! Gue anter lo balik."
Imel tidak bisa mengontrol degup jantungnya saat ini, Aksa dengan mudah menggandeng tangan kecilnya dan mengajaknya jalan beriringan. Tapi, bukan itu yang membuat Imel merasa jantungnya ingin meledak. Melainkan ketika mereka berdua justru berpapasan dengan laki-laki dan perempuan yang Aksa duga adalah sepasang suami–istri. Karena penampilan wanita cantik itu tengah hamil menatap Imel dengan senyum cerah.
"Imel! Astaga nggak nyangka banget bakalan ketemu di sini!" seru wanita dengan gerakkan pelan, menjaga perutnya yang terlihat besar ke depan.
"Gila! Ke mana aja, lo? Gue kira ilang dibawa Alien."
Aksa sedikit terperanjat, mana kala laki-laki di depannya menghampiri Imel dan mengacak-acak rambut perempuan itu tanpa rasa canggung sedikitpun.
Naratama Adhyaksa, laki-laki bodoh yang hingga kini masih betah menetap di hati Imel. Walau Imel tahu, laki-laki itu tidak akan pernah jadi miliknya. Lihatlah! Laki-laki itu sedang menggandeng seorang perempuan cantik yang tengah berbahagia karena akan segera menjadi seorang ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reportalove ✓
Romanceʀᴏᴍᴀɴᴄᴇ - ʏᴏᴜɴɢ ᴀᴅᴜʟᴛ Surat tugas dari pimpinan redaksi menyeret seorang perempuan bernama Imel Chelliana, reporter cantik berusia 30 tahun masuk ke dalam pusaran kehidupan seorang Aksa Delvan Arion. Musisi kenamaan yang dikenal dengan rumor gay nya...