Aku tahu, kau andal dalam menyembunyikan luka. Yang aku tidak tahu, seberapa dalam kau menyembunyikannya.
° Reportalove °
"Aksaaa!!!"
Imel berteriak tepat di telinga Aksa. Kemudian menjauh, menghindari amukan penyanyi tampan itu yang sebentar lagi akan meledak karena kaget.
"Apaan si?!" responnya lambat, ternyata Aksa melamun sejak tadi. Laki-laki itu masih bersikap tenang seperti tak pernah ada yang membuatnya kesal. Bukan Aksa sekali.
"Lagian, dari tadi kamu dipanggil diem aja. Aku cuma takut kamu kesambet penghuni sini."
Tawa Aksa menyeruak. Ia adalah satu dari sekian manusia di bumi yang tidak percaya oleh hantu. "Gue ngga percaya sama setan."
Imel merotasikan matanya sebagai tanda bahwa perempuan itu malas menanggapi ocehan laki-laki yang sejak tadi pagi bersamanya itu. Ia berjalan mendahului Aksa sambil melipat tangannya. Aksa berlari kecil untuk menyamai langkah Imel dan berdiri bersisian dengannya.
"Abis ini kita mau ke mana?" Imel mengerutkan kening. Mendengar pertanyaan yang diloloskan dari bibir Aksa.
"Mau ke mana apanya? Ya mau ke rumah kamulah! Saya banyak kerjaan, memangnya saya ada waktu buat ngurusin 'bayi' kaya kamu?" Langkah Imel terhenti manakala Aksa berdiri tepat di depan Imel dan menghadang jalan perempuan itu.
"Gue mau buat lagu, lo temenin gue cari inspirasi." Aksa beralasan. Ia pikir Imel butuh hiburan setelah mendengar hal tadi.
Setelahnya mereka berjalan menuju mobil Aksa dan meninggalkan kantor redaksi. Selama perjalanan, ada-ada saja topik yang sengaja Aksa angkat untuk bahan obrolan. Berharap jika Imel bisa segera teralihkan dari hal-hal menyebalkan tadi. Walau harus diakui bahkan obrolan yang Aksa ambil adalah hal receh sekalipun.
"Ini nggak kejauhan, Sa?" tanya Imel dengan alis mengerut ketika mobil Aksa masuk ke parkiran mall yang ada di daerah Tangerang. Aksa diam, laki-laki itu hanya tersenyum dan meminta Imel turun lewat isyarat tubuh tanpa berbicara.
"Saya baru denger kalo orang cari inspirasi lagu di mall." Dengan gaya menyindir Imel berjalan mendahului Aksa. Membuat Aksa mengulas senyum akan tingkah yang menurutnya menggemaskan itu.
Aksa memang sudah gila. Bahkan ia bisa tersenyum walau perkataan Imel sederhana dan tidak lucu sama sekali.
Kini mereka berdua tengah berada di satu buah restoran di mall tersebut. Setelah mengantar berkeliling tidak jelas Aksa memutuskan untuk mengajak Imel mengisi perut.
"Udah ngga usah bete gitu mukanya." Aksa menyeruput es cappucinno yang tadi ia pesan.
Jadi, saat tadi Imel mengajak Aksa untuk pulang karena hari sudah sore. Aksa berpura-pura tidak mendengar ucapan Imel, dan dengan sepihak menarik lengan perempuan itu ke dalam restoran. Bukan karena apa. Tapi, Imel pikir hari ini tidak berjalan dengan lancar. Imel masih belum mendapat informasi apa-apa tentang hubungan Aksa dengan lelaki misterius yang diberitakan sedang dekat dengan Aksa.
Kayanya gue harus cari cara lain untuk korek informasi dari Aksa.
"Mel!"
Sentakan Aksa membuyarkan lamunan Imel. Mata bulatnya mengerjap beberapa kali sembari menatap Aksa.
"Ada apa?"
"Lo ngambek?" tanya Aksa, "Yaudah gue minta maaf, abis ini kita langsung balik deh."
"Ngga, kok."
Imel berdehem demi meluruhkan ketegangan yang secara tidak sadar tercipta di antara mereka. "Aksa, saya boleh tanya sesuatu sama kamu?"
"Tanya apa? Jangan susah-susah, gue belom belajar," jawab Aksa enteng. Tangannya masih sibuk mengaduk cappucino.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reportalove ✓
Romanceʀᴏᴍᴀɴᴄᴇ - ʏᴏᴜɴɢ ᴀᴅᴜʟᴛ Surat tugas dari pimpinan redaksi menyeret seorang perempuan bernama Imel Chelliana, reporter cantik berusia 30 tahun masuk ke dalam pusaran kehidupan seorang Aksa Delvan Arion. Musisi kenamaan yang dikenal dengan rumor gay nya...