Logika adalah logika, seberapa keras prasangka memengaruhi. Tetap saja, di benak ialah yang paling benar.
° Reportalove °
"Atas dasar apa kalian bilang kalo laki-laki itu yang jadi pacar Aksa?"
Empat orang yang ada di ruang redaksi terhenyak saat suara Imel berserta debam pintu terdengar tiba-tiba. Perempuan itu berjalan menuju meja dengan sekat kubikel berwarna abu-abu.
Anggi mengode Imel agar tenang sebelum mendapat masalah lebih banyak dari Rinto. Imel menggeleng. Ia mulai mengatur napas kemudian duduk di samping Anggi. Beruntung Rinto sedang tidak ada di ruangan.
"Mel, jangan ngelawan Rinto, lah."
"Hah?" Imel membulatkan mata ketika suara seorang laki-laki yang duduk di sebrang kubikel Anggi menginterupsi.
"Lo tau, kan. Dia orangnya kaya gimana?" Begitu kata laki-laki dengan kemeja biru tua dengan name tag yang dimasukkan ke dalam saku.
"Gue cuma nggak mau kita dapat masalah sama managemen Aksa, Fan. Lo tau Aksa bukan penyanyi ecek-ecek! Dekengannya gede."
Laki-laki itu tertawa. Matanya menatap Imel dengan sedikit pandangan mengejek. "Masa sih? Atau jangan-jangan lo jadi suka sama 'si cowok gay' itu?" Fandy-nama laki-laki yang berstatus redaktur foto-mengerlingkan matanya pada Imel.
"Gila, lo!" Hanya itu respon yang Imel berikan.
Sementara Anggi hanya bisa tertawa melihat interaksi keduanya. Yang tak ubahnya seperti Tikus dan Kucing yang selalu bertengkar. Sampai, pintu ruangan redaktur kembali terbuka dan menampilkan sosok yang sejak tadi mereka bicarakan.
"Ngapain lo ada di sini?" Laki-laki yang tengah berdiri menjulang di ambang pintu mendekati Imel. Matanya menatap tajam Imel. Yang lebih pendek darinya dengan aura mengintimidasi.
"Saya sudah dengar perihal berita yang dibawa Surya ke Bapak." Imel mencoba bersikap profesional. Kali ini, emosi tidak akan memenangkan perdebatan dengan Rinto, pikirnya.
"Terus?" ujar Rinto seolah apa yang dikatakan Imel bukan hal penting. Ia melewati Imel dan duduk di kubikel miliknya, kemudian mengetikkan sesuatu pada keyboard nirkabel yang ada di hadapannya.
Lambat laun, Imel terpancing emosi karena sikap yang ditunjukkan laki-laki berusia 39 tahun itu. Ia menggebrak meja membuat sang empunya berjingkat kaget.
"Pak Rinto yang terhormat, ini masalah serius!"
"Imel! Bukan karena lo deket sama Henry. Trus lo bisa seenaknya sama gue!" Rinto kembali berdiri. Tatapannya terhunus saat bersibobok pada iris Imel yang juga menatapnya tajam. "Kerja lo lama! Makanya gue ambil tindakan sendiri."
"Asal lo tau, dia itu nggak 'gay' dia normal!" Imel menekankan kata gay agar Rinto sadar jika apa yang akan ia tulis perihal Aksa itu salah.
Rinto mengernyit bingung. Pasalnya, pemberitaan soal Aksa memang masih simpang siur. Tapi ia mendapat angin segar mana kala Surya mengatakan jika dirinya mengetahui identitas laki-laki misterius yang bersama Aksa malam itu.
"Bukan cuma lo, tapi kita semua bakal dapet masalah kalo sampe nyebarin berita nggak bener. Kita bisa dituntut dengan tuduhan pencemaran nama baik sama managemen Aksa."
"Imel bener, Pak. Aksa bukan penyanyi sembarangan. Fans-nya di mana-mana, backingan dia juga bukan orang sembarangan." Fandy ikut menyahuti. Rupanya 'Sang Kucing' di serial kartun tengah berbaik hati melihat tikusnya diganggu 'Kucing' lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reportalove ✓
Romanceʀᴏᴍᴀɴᴄᴇ - ʏᴏᴜɴɢ ᴀᴅᴜʟᴛ Surat tugas dari pimpinan redaksi menyeret seorang perempuan bernama Imel Chelliana, reporter cantik berusia 30 tahun masuk ke dalam pusaran kehidupan seorang Aksa Delvan Arion. Musisi kenamaan yang dikenal dengan rumor gay nya...