chapter 14

6K 627 15
                                    

Paling tidak kamu harus menghadapi masalah. Bukan untuk menyerah, tapi untuk melangkah. Abaikan hujatan yang mengantarmu pada kondisi terparah. Lalu teriakan, jika kamu pantang berkeluh kesah.

° Reportalove °

Setelah isakan bernada pilu ia luapkan pada dada bidang Aksa. Imel merasa canggung melingkupi dirinya dan juga Aksa. Keinginan terkuat Imel saat ini untuk kabur dari Aksa hanya menjadi keinginan belaka. Karena hujan mulau turun dan menjebak Imel juga Aksa di sebuah halte depan mall tersebut.

Rupanya, Dewa Zeus sedang ingin mempermainkan nasib Imel malam ini.

"Lo sih, pake acara kabur-kaburan segala. Kejebak ujan, kan!"

Imel tengah menggosok-gosokkan kedua tangannya. Sementara Aksa melingkarkan kedua tangan dan menyelipkan tangan pada ketiaknya, menghalau hawa dingin masuk lebih dalam. Barangkali sela ketiaknya lebih hangat dibandingkan udara yang berhasil mengerutkan kulitnya. "Saya udah lama nggak lari," jawab Imel sekenanya, "Lagian ngapain kamu ngikutin saya?"

"Gue kira lo mau main film bollywood, makanya gue ikutan."

Imel memutar bola matanya. Malas menanggapi omongan Aksa yang tidak berguna itu.

"Jangan dipendem, luapin semuanya. Sebelum jadi jerawat trus meletus nanti lo jadi jelek." Begitu perkataan Aksa yang terdengar di telinga, Imel tertawa pelan. Mengingat jika ia baru saja mengatakan hal yang selama ini ia sembunyikan dari siapapun. Seolah Aksa adalah orang yang paling dekat dengannya.

"Saya tau," ucap Imel, masih dengan gerakkan menggosok kedua tangan. "Nara itu bodoh, tapi saya lebih bodoh karena ngelupain kebahagiaan saya sendiri karena laki-laki kaya dia."

Aksa tidak perlu mengartikan perkataan Imel terlalu lama, laki-laki itu tersenyum kecil kemudian menyugar rambutnya ke belakang.

Bangkit dari duduk dan kemudian menengadahkan tangan menerima rintikan air hujan di telapaknya kemudian membasuh wajah sembari menutup mata.
Walau dingin, Aksa merasa sedikit lebih segar, kemudian menghapus jejak basah pada wajah. Memastikan bila wajahnya tidak sekusut seperti tadi ia melihat Imel menangis.

"Kayanya ujan ngga bakal berhenti sampe malem nanti." Aksa berbalik menatap Imel yang masih anteng duduk di bangku halte paling pojok. "Gimana kalo saya balik ke mall dulu sekarang, trus ambil mobil, baru jemput kamu di sini?"

"Terserah," jawab Imel, "Tapi ... apa nanti kamu nggak akan keliatan kaya anak kucing baru kecebur got?"

"Mana ada anak kucing kecebur got ganteng kaya gue!"

"Ganteng kalo sukanya sama yang ganteng juga buat apa?" Imel memasang wajah tak berdosanya meledek Aksa.

"Fakyuu...." Begitu respon Aksa sebelum berlari ke arah pintu masuk mall.

Sementara Imel, merasa ada yang salah ketika ia mengucapkan jika Aksa adalah penyuka sesama jenis. Sumpah! Setelah diberi tugas oleh Henry tentang kasus Aksa, Imel membaca beberapa ciri-ciri seorang gay. Dan, menurut Imel Aksa tidak memiliki ciri itu sama sekali.

Gimana cara gue mastiin kalo dia gay atau bukan, ya?

Setidaknya itulah yang dipikirkan Imel saat ini. Ini benar-benar tugas yang sulit bagi Imel, dari bibir Aksa sendiri belum pernah menyangkal tuduhan Imel. Tapi, perilaku Aksa tidak sama sekali mencerminkan dia seorang gay.

Apa Aksa benar sengaja buat gimmick itu supaya makin terkenal?

Suara klakson mobil Aksa membuyarkan lamunan Imel tentang kecurigaannya terhadap Aksa.

Reportalove ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang