** Selamat membaca **
"Balik lagi?"
Imel tidak bisa tidak terkejut, mendengar perintah Henry yang memintanya untuk meliput proses pembuatan album baru Aksa.
"Gimana kalo kita buat live shot aja? Jadi nanti ada Anchor yang bimbing Aksa buat ngomong di depan kamera," kata Imel mencoba mengalihkan tugas pada orang lain.
"Ngga perlu, gue cuma masih penasaran sama status Aksa aja. Masa iya... Kalian berdua ngga nemuin apa-apa di rumah itu." Henry melipat tangannya di atas meja. Menatap Imel dengan intens.
"Kita sudah ngerjain semuanya sesuai outline." Imel tersenyum, membuat Henry sedikit berdecak kesal.
"Ayolah, Mel...."
Imel tetap pada pendiriannya. Menurut perempuan cantik itu, sia-sia mengintai Aksa. Laki-laki itu sama sekali tidak memiliki ciri-ciri seorang gay. Walau dalam benaknya masih bertanya, bagaimana bisa rumor itu tersebar? Apa mungkin Aksa memiliki musuh atau semacam haters.
"Lo tau, tadi Dhanu, manager Aksa nelpon, dia bilang bakalan ngasih ijin buat lo ngeliput Aksa lagi. Bahkan, dia kasih akses lo untuk ikut kemanapun Aksa pergi." Henry mengangkat gagang telpon di sisi meja sebelah kirinya. "Ini kesempatan yang bagus buat kita."
Imel menarik napas panjang kemudian melepaskan perlahan. Dari dulu, memang susah berbicara pada Henry. Tapi ada satu hal yang mengganjal di pikiran Imel. Kenapa juga Dhanu mudah sekali memberikan akses untuk mereka meliput Aksa? Bukankah selama ini Aksa terkenal sulit didekati?
****
Sepulang kerja, Imel menyempatkan diri untuk pergi berbelanja. Mengisi kulkas dengan beberapa sayuran dan telur untuk persediaan selama seminggu.
Imel mendorong troli yang berisikan beberapa kantong belanja ke arah parkiran. Ketika matanya tak sengaja menangkap sosok mencurigakan yang tengah bersembunyi di belakang mobilnya.
Ngapain tuh orang? Jangan-jangan maling. Imel bergumam dalam hati, seraya menyipitkan matanya dan mengambil botol kecap dari salah satu kantong belanja yang ia bawa.
Sosok itu kembali mundur perlahan sambil terus memperhatikan ke depan tanpa tahu di belakangnya Imel bersiap memukulnya.
"Maling, ya!" Imel menepuk pundak sosok yang berdiri di belakang mobilnya.
Sosok laki-laki dengan tinggi 176 cm, dengan hoddie berwarna hitam juga masker di wajahnya itu berjingkat. "Astagfirullah hal adzim." Dia membulatkan matanya kaget. Terkejut bukan main melihat sosok Imel yang menatapnya galak.
"Loh, Aksa?"
"Ya ampun Imel, gue kira siapa. Ternyata lo," ucapnya seraya menghela napas. Tangan kirinya mengelus dada berusaha mengatur napasnya yang masih terengah.
Kelamaan Aksa sedikit lebih tenang setelah mengetahui siapa yang menangkapnya. Laki-laki itu mengembuskan napas panjang sekali lagi untuk mengurangi rasa lelah. Sekilas ia melirik Imel yang masih setia memegangi botol kecap.
"Itu botol kecap buat apaan? Lu kira gue sate?"
Imel menyembunyikan botol kecap yang ia niat gunakan untuk memukul maling di belakang tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reportalove ✓
Romanceʀᴏᴍᴀɴᴄᴇ - ʏᴏᴜɴɢ ᴀᴅᴜʟᴛ Surat tugas dari pimpinan redaksi menyeret seorang perempuan bernama Imel Chelliana, reporter cantik berusia 30 tahun masuk ke dalam pusaran kehidupan seorang Aksa Delvan Arion. Musisi kenamaan yang dikenal dengan rumor gay nya...