Bittersweet Vanilla Latte ☕

600 66 8
                                    

Bion....ngerokok?

Setelah langkahnya berhenti untuk sesaat, Janina mendekati Bion hingga kini berada tak jauh dari Bion yang memegang rokok sambil menatap ke bawah menikmati angin yang berhembus.

"Ternyata bener ya, yang diam itu yang paling menghanyutkan." Janina berbicara tanpa menoleh ke Bion.

Bion yang berada disampingnya pun cukup kaget menyadari keberadaan Janina. Janina kira Bion akan langsung mematikan rokoknya, memberinya alasan yang logis dan mengembalikan image Bion si cowok sempurna. Tetapi tidak, Bion malah menghisap rokoknya dengan dalam mengisi setiap celah paru-parunya. Janina kini menatap dengan tatapan tak terbaca.

"Karna orang cuma mau melihat apa yang mau mereka lihat." Bion membuka suaranya.

Bion memperhatikan Janina disampingnya. "Ngapain lo ke sini?"

Janina tertawa miris "Gue pikir cowok urakan kayak Juna dan Bobi adalah that BAD BOY. But i'm wrong. You are the BAD one." Janina lagi-lagi tak melihat ke arah Bion. Bion sekarang yang tersenyum miris. "Hanya karena rokok?"

Janina kali ini menatap Bion, tak pernah sekalipun Janina mendapati Bobi dan Juna merokok, apalagi di YGH siswa dilarang keras untuk merokok. Mungkin di sekolah biasa siswa merokok adalah hal yang lumrah, tapi ini YGH, sekolah elit yang menjaga ketat attitude siswanya. Dan rokok adalah barang yang dianggap haram dan dilarang tegas di sekolah.

Di mata semua penjuru YGH, Bion adalah cowok perfect. Genius, tampan, classy, rapi, cowok ber-manner, idaman semua kalangan. Bion is 'It Boy'.  Bahkan banyak cowok yang respect dengan Bion. But why?

"Hanya? Lo nggak sadar apa yang lo lakuin sekarang? You are suiciding yourself!" Bion hanya diam. Namun matanya menatap dalam ke iris Janina. "Lo kaya orang kebanyakan.—" Bion membuang nafasnya dan mengalihkan pandangannya. Bion tersenyum kecut.

"Janina Matcha, what I can expect from you." Bion kali ini mematikan rokoknya dan membuangnya di balik bebatuan. Ia mengeluarkan permen mint dari balik sakunya dan memakannya, Janina tahu, itu untuk menghilangkan bekas bau asap rokok dari mulutnya.

"I hate smoker." Seusai melontarkan kalimat tersebut Janina meninggalkan Bion sendirian di atap gedung. Tanpa sadar perkataan dan kepergiannya menggoreskan luka di lembaran hati Bion yang baru. Janina tak sadar, mulut Bion baru saja ingin bercerita. Baru saja Bion ingin menjadikan Janina perempuan pertama yang mendengarkan sisi hidupnya yang lain.

Bion tersenyum kecil. "Yeah, what i really can expect from you jen? you are the same with most of shitty people outthere."

***

"YOW YOW EVERYBODEEEH!! CHEEEER!!!" Bobi mengangkat gelasnya ke atas diikuti oleh semua orang di meja melingkar tersebut. Mereka merayakan kemenangannya setelah festival berakhir.

"WOHOOO akhirnya gue bisa main PUBG tanpa mikirin tut tut bunyi keyboard!!" Ezra si waketos kesenangan sambil memutar-mutar HP nya. Yah inilah sisi lain Ezra si waketos disiplin, yaitu gamers kronis!

"YOI BROH! Undangan gue buat nge date udah numpuk nih! Rekomen dong film bagus!" Si Juna sudah sibuk meng-scroll kontak di HP nya yang sudah seperti asrama putri.

"Ada yang bagus Jun!! rekomen banget buat LO!! Sumpah dah nggak BOONG!!!" Si Bobi yang tadi asik mengocok-ocok minumannya dengan sambal langsung menggebu-gebu. Juna jadi penasaran dong."Apaan bob apaan??!"

"Azab playboy kadalan mati pas sholat Jumat. WAKAKAKAK!!!!" Bobi langsung tertawa ngakak setelah mendapat lemparan sedotan dari Juna.

"Ada lagi tuh Jun, Nenekku tipe idealku!! Biar lo tambah sayang sama nenek-nenek!" Yoyo si receh ikut menimpali yang langsung dibalas yang lain dengan 'Booo!! Nggak lucu nggak lucu!!'.

Lambe turah mereka tak kalap menggelegar sampai keluar cafe. Ya mereka kaum tidak elit ini nongkrong di sebuah cafe classy yang kebanyak didatangi mas dan mbak mahasiswa. Pantas saja mereka sedari tadi mendapat pelototan dan seringkali di hujat dalam hati mereka. Bahkan beberapa ada yang menyindir

'Ekheem... BRISIK!!. Ekhem aduh tenggorokan gue uhuk!'

Cuma mereka aja yang kagak ada peka-pekanya.

Janina juga berada di situ, walau ia tidak melontarkan recehan yang berisik, tapi dia tertawa paling nyaring karena suara cemprengnya. Disaat Janina masih ngakak sambil menampol Bobi disampingnya, seorang pelayan datang dengan segelas vanilla latte.

"Permisi, dengan Kak Janina Matcha?" Janina tersenyum dan mengangguk. "Special vanilla latte full sweet cream, dari orang special disana." Mbak pelayan menunjukkan telunjuknya ke arah pojok dekat kaca. Ia melambaikan tangannya kecil ketika matanya bersitatap dengan Janina. Bibir Janina reflek memberikan senyuman manis sambil mengucapkan terimakasih.

"UWUUU CUIIT CUIIIT UHUUUY JEJEEEN!!!" Janina yang dikasih tapi Bobi yang hebohnya nggak karuan.

"UTUTUTUUUUU SO SWEETNYA!!" Yoyo ikut menimpali dan memeriahkan suasana. Membuat Janina menutupi mukanya malu sendiri.

"AWAS WOY! ADA YANG PANAS NEEH! HOT SUMMER OH HOT HOT SUMMER!!!" Juna memanaskan suasana dengan pura-pura mengipasi Bion yang malah tampak santai-santai saja meminum ice americanonya.

"BI GIMANA BI?! Mau maju nggak? Gue udah siap nih." Bobi kembali mengompori, kemejanya sudah ia gulungkan sampai lengan atas. "Heh diem nggak lo pada. Malu-maluin gue aja." Jay yang sudah tak tahan dengan kebodoran temannya angkat bicara. Ezra mengisyaraktan temannya untuk diam walau yang lain masih ngikik tertawa sambil menggoda Janina dan Bion.

Janina merasakan tasnya bergetar. Ia mengambil ponselnya dan mendapati ada pesan baru.

'Wanna meet up? setelah urusan sama temen lo kelar, I'll wait.   : )'

Janina melirik Excel yang memeberikan senyum gulanya sambil memegang ponselnya. Lalu mengangkat gelasnya sedikit sambil bertanya 'enak? Lo suka?'

Janina melihat gelas vanilla latte pemberian Excel yang tinggal setengah. Lalu ia tersenyum kecil dan mengannguk. Dibalas Excel dengan tawa kecil hingga menutup matanya yang membentuk bulan sabit. Tawanya pun menular ke Janina, Janina menganggap cowok bernama Excel ini sangat manis hingga ia sering lupa bahwa ia sedang menjalankan misi pacaran dengan cowok alergi cewek di depannya sekarang.

Janina langsung sadar dan menatap ke depannya. Sedetik kemuadian Janina tersedak hingga batuk-batuk ketika matanya bertumbukkan dengan Bion yang menatapnya lekat. Yoyo dengan sigap memberikan Janina minuman di sampingnya yang ternyata bekasnya Bobi. Bion mengganti gelas bobi dengan botol air putih yang baru.

Yo kok lo ogeb?! Bekas minum gue ada sambelnya beh ujang itu!—Bobi yang tidak rela gelasnya melayang.

"Jen,we need to talk." 

Suara rendah nan seriusnya dari Vabion menginterupsi suasana hingga semuanya terdiam.

***

Oh God, Omonaaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oh God, Omonaaa... A man with charisma.

Sekalinya senyum bikin baper lahaula 😭 Im so weak.

Jangan lupa untuk menjadi org yg lebih baik setiap harinya. A self remindet to ourselves.

B I O NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang