Baby Matcha 💚

656 62 8
                                    

Disaat semua siswa berbondong-bondong untuk ke kafetaria seusai bel istirahat, Janina malah mengendap-endap meninggalkan kelas dengan hati-hati. Ia mengawasi sekelilingnya dengan waspada. Pesan LINE beberapa menit sebelum bel istirahat sekolah membuat hati Janina loncat tinggi melewati garis kewarasannya. Seorang Vabion Darmawangsa baru saja mengiriminya pesan manis dimana di mata Janina itu malah terlihat horor.

'Hey Cha to the By, ntar ke kafetaria bareng gue. Gue tunggu depan kelas lo. Nggak ada penolakan!  Lo masih utang kopi ke gue."

Setelah mengingat pesan tersebut Janina nampak berpikir lalu mencubit pipinya sendiri.

'Emang gue se-chubby itu apa? Perasaan gue pipi gue sexy ngga gemuk?'-Janina pipi mochi menolak dipanggil chubby.

Karena keasyikan berpikir dan mencubiti pipinya ia tak sadar sedang diperhatikan seorang cowok di sampingnya. Tangan cowok tersebut ikut menimbrung mencubit kecil pipi Janina.

"Adu duh, eh ngapain sih l—" Protes Janina terhenti ketika matanya bertumbukan dengan cowok kharismatik di sampingnya yang dengan cueknya tersenyum pelit namun malah terlihat keren dan imut di mata Janina.

'Duh gimana dong? gue malah jadi pengen bales nyubit pipinya'—Janina yang lagi gemes.

"Ngapain lo jalan kayak nenek-nenek sambil nyubitin pipi? Gusi lo keropos?" Bion dengan nada cueknya membuat kalimat konyol yang membuat Janina memutar matanya jengah. Ia segera memperbaiki postur tubuhnya yang tadi ia pakai untuk mengendap-endap dan memang jatuhnya seperti postur nenek-nenek lagi nyebrang. Jadi Bion tidak salah disini.

"Enak aja lo! gue nyubitin pipi biar pipi gue langsing, biar nggak dipanggil chaby lagi sama lo!" Janina mengerucutkan bibirnya agar lemak-lemak dipipinya ikutan mengempis. Entah sejak kapan Janina mulai membiarkan sisi manjanya terekspos di depan Bion. Tapi Bion menyukai itu, karena sedetik setelahnya Bion tersenyum kecil dan mengambil sesuatu disakunya. Lalu ia tempelkan di jidat Janina.

Janina segera mengambil sticky notes berwarna matcha dari jidatnya. Ketika Janina mulai membaca, Bion berjalan duluan di depannya.

'Have a good day, Baby Matcha. I'll be your bubble tea!'

Janina langsung tertawa setelah membaca notes harian dari Bion. Biasanya Bion menempelkan memo ini di cup coffenya. Janina jadi teringat sesuatu, bukankah perjanjian mereka sudah berakhir pada malam itu? Janina buru-buru mengejar Bion yang mulai jauh.

Sementara Bion didepannya sedang menahan tawa gelinya.

'Lo kira 'Cha to the By' itu Chaby? Ck, panggilan sebagus matcha baby malah lo plesetin buat pipi lo. How cute'—Dalam hati hello kity Bion Darmawangsa.

💚💚💚

Ada yang berbeda di meja Rockester kali ini—oke meja Rockester memang selalu aneh dan berbeda—tapi kali ini perbedaan tersebut membuat janina dari tadi menutup mulutnya menahan tawa. Juna si bad boy nya Rockester ini berdandan rapi, dari kancing kemejanya ia pakai sampai leher, rambutnya ia beri gel hingga terlihat rapi, kemejanya kinclong seperti habis di loundry, jam tangan di tangannya, dan yang membuat janina terpingkal-pingkal adalah dasi kupu-kupu berwarna pink di lehernya. Juna dari tadi terlihat bete terus menerus menyibukkan dirinya dengan semangkuk bakso di depannya.

Usut punya usut ternyata Juna berulang tahun hari ini, dan dasi kupu-kupu tersebut adalah kado pertama di ulang tahunnya ke 17 tahun dari Rosa. Dan Rosa terus menerus memaksa Juna untuk memakai itu sepanjang hari. Juna si preman sekolah ini langsung berubah menjadi bucin bila itu bersangkutan dengan Rosalatte.

"Kalo mau ketawa ketawa aja lo nggak usah dipendem bikin gue enek!" protes Juna sambil memberikan lirikan sebalnya pada Janina yang terlihat seribu kali menyebalkan dimata Juna hari ini. Janina langsung tertawa puas sambil meledek Juna bahkan memfoto Juna sampai puas dengan ponselnya.

"Jen, lo nggak makan?" Yoyo yang sudah menghabiskan setengah sandwich buatannya melirik Janina yang sedari tadi belum pesan apapun. Janina menggelengkan kepalanya dan mengerucutkan bibirnya.

"Gue lagi diet pipi. Makanannya beh ujang berlemak semua. Ntar pipi gue makin chubby" protes Janina yang terdengar lucu.

"Cuiiih!! Sok-sokan diet lo! semalem aja lo nguras dompet gue buat jajanin pipi lo sampe gembul!" Juna langsung protes mengingat tadi malam ia harus membayar pizza pesanan Janina yang sebanyak pesanan Rosa. Dasar cewek!

"Siapa suruh lo kalahan main game sama gue... Wuuuu loseeer!!" Janina kembali meledek Juna. Ditengah ledek-ledakan mereka perut Janina berbunyi. Oke, Janina sudah tidak kuat lagi. Ia melirik sekitar kafetaria, dari pertama menginjakkan kaki di YG High baru tempat Babeh ujang yang Janina masuki itu saja karena ajakan anak Rockester.

Disebrang tak jauh dari tempatnya terdapat kafetaria bernama SuMay, menu makanan populer dari Korea dan Jepang. Banyak dari anak YG High menganggap orang yang makan disitu adalah orang-orang classy. Jelas saja, harga makanan disana membuat dompet kekeringan. Karena makanan disana se-classy itu, namun Janina malah ingin mencobanya. Karena makanan disana benar-benar sehat dan rendah lemak. Janina juga sedang menginginkan sushi. Toh, ia tak pernah membuang uang jajannya di kafetaria selama sekolah. Janina memutuskan untuk pergi kesana.

Janina pun takjub dengan interiornya yang elegan, hanya sedikit siswa yang jajan disini, ya namanya aja kafe eksklusif. Janina langsung memesan sushi sambil membawa nampannya.

"Jenny?"

Janina menolehkan kepalanya ke belakang dan mendapati Excel di belakangnya. Ia tersenyum friendly mendapati Janina di depannya.

"Hey, tumben lo makan disini? Pesan apa?" Excel menghampiri Janina yang tersenyum sambil memeluk nampannya.

"Iyanih, gue lagi pengen makan sushi."

"Oh ya—" Excel menghampiri Om berpipi bulat "Mang sushi yang dipesen noona manis tadi dikasih extra rumput laut ya." Excel memberikan tawanya setelah mendapati kedipan lucu dari om yang dipanggil 'mang' oleh Excel.

"Kenalin tuh, namanya Mang Hoho. Rumput laut olahannya always nomero uno deh! Lo wajib cobain extranya."

Mata Janina langsung berbinar-binar. Diet pipi di kepalanya langsung melayang keluar dari batok kepalanya. Saking tak sabarnya Janina sampai menggigit nampan kayu yang dipeluknya. Membuat Excel gemas dan mengacak rambut Janina sambil berguman.

'Such a baby!'

Mata janina berbinar dua kali lipat melihat sushi dengan extra rumput laut sudah siap dihidangkan didepannya. Namun telinganya terinterupsi dengan suara toa khas milik Babeh Ujang. Babeh ujang itu orangnya koplak, ia suka koar-koar menggunakan toa untuk menyebutkan nomor antrian hidangannya. Walaupun tempat beh ujang tidak classy dan menunya makanan lokal dan 'berlemak' tapi cita rasanya benar-benar joss sampai antriannya selalu panjang dan selalu habis sebelum bel istirahat selesai.

Tapi suara toa nya kali ini benar-benar membuat Janina terganggu sekaligus shock. Karena suara toa bukan berasal dari suara Beh Ujang, tapi suara BION DARMAWANGSA!.

'Cek! Cek! MIC CHECK ONE TWOO!! Yow yow eyoow!! Cewek yang lagi malu-malu disana, yang bernama Janina Matcha! Heey hey Matcha, lo tega ninggalin pacar lo disini. Balik kesini nggak? Lo mau balik ke sini atau gue yang kesana? Dalam hitungan 10 detik kalo lo nggak kesini gue bakal peluk—"

"ASTAGFIRULAH BUKAN MUKHRIM DEN OYOOON!!!" Beh ujang langsung menampol lengan Bion yang membuat anak YG High disana tertawa ngakak.

"Yee beh dengerin dulu, Bion belom selesai ngomong ini. Maksudnya pelukan jarak jauh. JEN JENNIE MATCHA masih dengerin gue kan lo?! Laah ngapain muka lo ditutupin gitu, mana udah merah lagi, sini gue kipasin. Hitungan gue masih berlaku ya pelukan gue juga masih berlaku 10...9..8...7..6—" Janina langsung berlari sambil menutupi setengah mukanya. Semua penjuru mata di kafetaria menonton sosok Janina Matcha yang mukanya sudah merah seperti kepiting rebus. Untung jarak kafe Sumay dan Beh ujang dekat sehingga Janina sudah bisa melihat muka tengil Bion yang masih memegang toa nya. "...3..2 –ADUUUUH!!"

Dia langsung menabok Bion habis-habisan membuat mereka menjadi tontonan. Sadar akan itu, Janina langsung membawa Bion keluar dari kafetaria.

💚💚💚

B I O NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang