-Lima-

3.1K 169 0
                                    

Jangan lupa tekan tombol bintangnya sebelum membaca🌟

***

"Nata!!!" Teriak Lani sembari menggoyangkan tubuh Nata yang masih terbungkus oleh selimut.

"Whoammm, ada apa nek?"

"Liat jam!" Nata menatap jam dinding dikamarnya samar-samar, namun saat sudah melihat dengan jelas Nata langsung menjerit.

Bagaimana tidak, jam dinding sudah menunjukkan pukul setengah tujuh. Dan itu artinya, setengah jam lagi pintu pagar sekolah Nata akan ditutup.

Nata langsung melompat dari kasurnya menuju kamar mandi. Selesai mandi, Nata mengganti baju tidurnya dengan seragam sekolah.

Setelahnya, Nata menyambar tas sekolahnya lalu keluar kamar menuju ke dapur.

Nata yang tidak mau terlambat, hanya meminum susu yang dibuatkan oleh Lani tanpa memakan selembar roti pun.

"Nek, Nata berangkat ya. Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam, hati hati Nata"

"Iya, nek"

Nata memasang kaos kakinya, lalu sepatunya. Ia berlari kecil menuju garasi untuk mengambil sepedanya.

Ia menaiki dan mengayuh sepedanya dengan cepat. Tak lama, sepeda Nata berhenti didepan sekolah yang pagarnya sudah tertutup rapat.

"Yah lambat deh, duh gimana nih" Gerutu Nata, lalu turun dari sepedanya.

Nata mencoba membujuk satpam sekolahnya "Pak ayolah pak, bukain saya pintu. Saya baru telat kali ini loh, pak. Bapak kan tau sendiri, saya sering banget dateng pagi" Bujuknya.

"Kalo sekolah ini punya bapak, bapak bukain pagar buat nak Nata. Tapi sayangnya, ini bukan sekolah milik bapak. Jadi, bapak ga bisa bukain pagar sembarangan, nanti bapak bisa dipecat" Jelas Pak Budi--satpam sekolah SMA Cendrawasih.

"Jangan dong pak, kalo bapak dipecat sapa lagi yang bakal nyapa Nata pertama kali kalo Nata dateng pagi-pagi ke sekolah" Pak Budi terkekeh pelan mendengar penuturan Nata tentang dirinya yang selalu menyapa Nata dipagi hari.

Menurut Nata, Pak Budi ini adalah seorang satpam yang sangat disiplin. Ia tidak pernah melanggar peraturan yang diberikan sekolah padanya.

Pak Budi pernah mengajak ngobrol Nata saat Nata datang pagi sekali. Ia bercerita bahwa ia dulu mempunyai anak perempuan yang jika masih hidup sampai sekarang sudah besar seperti Nata, namun takdir berkata lain. Sang penguasa alam lebih menyayangi anak perempuan satu-satunya milik pak budi, mau tak mau Pak Budi dan istrinya mengikhlaskan kepergian anaknya.

Maka dari situ, Pak Budi bilang bahwa setiap kali ia melihat Nata ia teringat oleh anak perempuannya itu. Dari segi hidung dan mata Nata sama persis seperti anak perempuannya Pak Budi.

Nata pun sama, ia sudah menganggap pak budi adalah ayahnya sendiri. Ia suka dengan sifat Pak Budi yang baik dan ramah pada semua orang.

"Ini belum jam tujuh padahal loh, pak" Ucap Nata sambil melihat jam yang melingkar manis ditangannya.

"Nak Nata lupa kalo hari ini, hari Senin?" Tanya Pak Budi sedikit menaikkan alisnya.

Nata menepuk jidatnya "Astaga, iya ini hari senin. Aduhh gimana bisa lupa coba" Pak Budi tertawa pelan.

"Ih pak Budi mah bisanya cuma ngeledekin!" Ucap Nata, Pak Budi menghentikan sisa tawanya.

"Ya habis kamu tuh masih muda udah mulai pikun, baek-baek nak Nata, coba periksa atuh ke dokter" Saran pak Budi sambil menahan tawanya.

DENATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang