Hujan itu hebat, dia rela jatuh berkali-kali walau tau kalau jatuh itu sakit
***
Sebelum pergi sekolah, menjemput orang di rumah sakit tidaklah terlalu lama, apalagi jika jarak rumah sakit dengan sekolah tidak terlalu jauh. Bukanlah suatu yang serius. Yang menjadi masalahnya adalah jalan menuju sekolah yang diambil Lia sekarang harus ditutup karena acara tawuran kemarin, sehingga membuat Lia mau tidak mau harus memutar jalur.
Hal tersebut menyebabkan Lia terlambat dan akan segera dihukum. Lia meletakkan ranselnya di lantai dan mengikuti orang-orang yang sama nasib seperti dirinya, terlambat.
Lia terdiam cukup lama, ia mengikuti arahan Kakak Kelasnya untuk mengangkat satu kaki sambil memegang telinga. Hingga beberapa menit berlalu tangan Lia pegal, ia menurunkan sebentar dan langsung ditegur, refleks Lia kembali memegang telinganya.
Hal tersebut terus dilakukan, lama-kelamaan lapangan semakin banyak dipenuhi oleh murid yang terlambat. Lia menghela nafas ketika sudut matanya menangkap seseorang yang selalu membuat dirinya lengah.
"Soobin, kenapa lo terlambat?" tanya Yunjung--Kakak pembina ketertiban.
"Gue tadi abis nongkrong bentar, nggak taunya malah telat," jawabnya enteng.
Yunjung menghela nafas. "Yaudah, bagi semua yang terlambat, kalian bersihin seisi sekolah ini sampai bersih sebersih-bersihnya. Mulai dari taman, ngumpulin daun, ngepel lantai, ngepel tangga, bersihin kaca, benerin daun pohon, nyiram tanaman, nyapu halaman, dan lainnya. Gue nggak mau sampe belum selesai semuanya. Kalian bagi tugas masing-masing, gue nggak peduli tugasnya adil apa nggak, yang penting abis pulang nanti semua harus udah beres. Ngerti lo semua?"
Para murid yang terlambat melengos malas, sebagian dari mereka mengumpat karena merasa tidak adil.
"Gue bilang ngerti nggak lo semua?!" ulang Yunjung lebih keras.
"Ngerti Kak," balas mereka ogah-ogahan.
"Yaudah apalagi, mulai dari sekarang!"
Barisan bubar, mereka berjalan menuju pinggir lapangan untuk memikirkan kerjaan apa yang paling mudah untuk dilakukan.
"Oh iya satu lagi," celetuk Yunjung membuat semuanya menoleh. "Kalau mau ngepel, nyiram tanaman, atau yang berhubungan dengan air, gue nggak ngijinin pakai selang, kalian angkat air sendiri dari kamar mandi."
Seusai mengatakan itu Yunjung berlalu meninggalkan para murid yang terus menyerocos menyumpah-serapahi Kakak Kelas mereka.
Lia sendiri hanya menghembuskan nafas, lagian ini salahnya sendirikan? Ia tidak punya berhak menyalahkan seseorang hanya karena ia dihukum sekarang.
Lia mulai bergerak menuju kamar mandi, ia memilih untuk mengepel lantai, karena pekerjaan yang paling ia sukai dirumah selain membuat kue adalah membersihkan rumah. Ia suka bagian dimana lantai rumahnya bersih mengkilat ketika sudah dipel.
"Lo milih ngepel?"
Lia terpelonjak kaget, ia refleks melempar ember yang ingin diisi dengan air.
"Dari sekian banyaknya orang, cuma lo yang mau ngepel."
"Yaudah, itu kan terserah aku," Lia mengambil ember yang terlempar lumayan jauh dan mengisinya.
Soobin manggut-manggut. "Kenapa bisa telat?"
"Aku tadi jenguk Mark dulu."
"Ck, cuma gara-gara dia lo harus ngepel gini."
Mata Lia terpicing. "Nggak harus disini, dirumah juga aku sering ngepel."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M OK | Choi Soobin [END]
Fanfiction[Privat acak; follow sebelum membaca] Mari kita liat seberapa bisa lo nahan emosi ngebaca ini. ^^ Pernahkan kalian merasakan sakit yang hebat? Pernahkah kalian menduga akan menerima hidup yang kelam? Pernahkah kalian dihadapkan oleh sesuatu yang tid...