34

3.1K 405 30
                                    

Lia memasuki kawasan tersebut dengan tidak rela, ia sengaja melambatkan langkah agar bisa kabur.

"Lo bisa jalan cepat dikit?!" pelik dia membuat Lia emosi.

"Nggak bisa!"

"Tinggal cepetin langkah apa susahnya sih?"

"Kalau aku nggak mau? Udah dari awal kamu bohong, bawa aku entah kemana, terus ngatur-ngatur aku, nggak sopan banget," sindir Lia sambil memicingkan kedua matanya.

"Ck, emang lo kira gue mau? Ini suruhan bos gue. Makanya nurut kalau lo mau main aman."

"Dih, main aman apaan. Emang kamu pikir aku lagi main-main sama kamu?"

"Keras kepala banget sih lo, bantuin gue kek. Tinggal ngikut apa susahnya?"

Lia memutar bola matanya lengah. "Daritadi kan aku emang ngikutin kamu, buta ya?"

Orang itu menghembuskan nafasnya, lelah menghadapi Lia. "Ya."

Lia sendiri tidak peduli, ia semakin melambatkan langkah kakinya. Di tengah perjalanan Lia mulai memperhatikan daerah tersebut. Tadi ia tidak sempat memperhatikan karena berbicara, tetapi sekarang Lia baru menyadari bahwa tempat yang mereka lalui dipenuhi sawah dan perkebunan.

Cuaca juga begitu dingin, Lia harus merapatkan seragam sekolahnya berharap mendapatkan kehangatan. Lia menatap cowok yang berjarak beberapa meter darinya. Orang itu memang teman Soobin, Lia pernah melihatnya saat sedang bersama Soobin.

"Kenapa nggak naik motor dari gerbang depan tadi?" tanya Lia memecah keheningan.

"Pacar lo yang nyuruh," jawabnya pelan.

Lia terdiam.

Beberapa menit melewati perjalanan, selama itu juga keheningan mengisi mereka berdua. Tempat itu sepi, tidak ada orang sama sekali selain mereka berdua.

"Udah sampe," celetuk cowok itu.

Lia terhenyak, ia menatap gedung kuno dihadapannya dengan heran. "Terus?"

"Hah?"

"Terus apa? Ngapain kita kesini?"

"Terus..... ya gue pergi."

"Hah?" kini Lia yang terbengong.

"Yaudah, lo nunggu disini dulu. Gue pergi ya," cowok itu memutar balik langkahnya menuju jalan yang mereka lalui tadi. Wajah Lia sudah berubah aneh, ia tidak mengerti apa-apa.

"Apasih maksudnya," Lia menggarut kepala belakangnya bingung. Setelah beberapa menit ditinggal cowok tadi, hanya suara angin yang terdengar, tidak ada orang sama sekali di sekitarnya.

Dua menit setelah Lia memutuskan untuk beranjak pergi, tiba-tiba saja ada suara gitar yang berasal dari atas gedung. Suara tersebut begitu jelas, apalagi daerahnya begitu sepi. Kening Lia berkerut ketika melihat secarik kertas yang tertempel di dekat pintu. Karena merasa penasaran, Lia memutuskan untuk menghampiri kertas tersebut.

Penasaran? Silakan masuk ke gedung

Kening Lia tambah berkerut, ia semakin tidak mengerti. Ada sedikit rasa takut dalam dirinya, ingin rasanya ia langsung pergi dan berlari dari tempat tersebut, tetapi ia berusaha menepis keinginan itu.

Karena tidak punya pilihan lain, Lia membuka pintu gedung dengan pelan. Saat sudah terbuka terdengar suara bel kecil dari atas pintu, hal tersebut tentu saja mengagetkan Lia.

"Kayak cafe aja deh," Lia mengelus dadanya berusaha menenangkan.

Lia memperhatikan setiap inci sudut gedung, ada sebuah secarik kertas lagi di atas kursi kayu, Lia mendekati dan membacanya.

I'M OK | Choi Soobin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang