33

3.8K 467 41
                                    

Rasa sakit tercipta karena kesepian, bukan karena kekecewaan. Setelah rasa sakit itu tercipta, maka kekecewaan akan datang

***

Malam ini Lia memiliki banyak tugas, ia harus menyelesaikannya karena mungkin di hari kedepan ujian tengah semester akan segera berlangsung.

Saat Lia baru membuka buku pelajaran, suara panci serta piring berdenting mengusik Lia. Ia menghembuskan nafasnya lugas lalu berusaha fokus untuk mengerjakan. Tetapi suara tersebut terus membuat Lia tidak konsen, bahkan sekarang suara sendok jatuh berdenging di telinganya.

Akhirnya Lia memutuskan untuk menghampiri Mamanya. Ia turun dari kamar dan berjalan menuju dapur.

Dari sini Lia nampak melihat Sho Hye kebingungan, hal tersebut membuat Lia merasa tidak enak hati. "Mama kenapa?"

Sho Hye menoleh. "Eoh? Mama lagi bingung, Lia."

"Bingung kenapa?"

"Malam ini banyak banget pesanan kue, padahal Mama tuh udah buat aturan kalau lewat jam enam nggak ada delivery lagi, tapi mereka kok masih ada yang mesen sih?"

Lia nampak berpikir. "Kalau di abain namanya buang-buang rezeki, Ma."

"Makanya, Mama juga dari tadi mikir gitu. Tapi sekarang udah malam, Mama udah capek juga, Lia," keluh Sho Hye sambil merenggangkan otot tubuhnya.

"Ya udah, kalau gitu, kali ini aku bantuin Mama ya. Jadi Mama nggak perlu repot terus."

"Eh? Kamu serius? Nanti Mama ngerepotin, lagi?" tanya Sho Hye merasa bersalah. "Tapi bagusan kamu belajar aja deh, biar pinter."

Lia menggeleng. "Aku nggak bisa fokus belajar, jadi lebih baik bantuin Mama aja," balas Lia cukup yakin, ia berjalan menuju pantry dan mengambil beberapa panci yang masih tersusun rapi. Bahkan tidak ada bahan-bahan membuat kue serta sendok jatuh yang disebabkan oleh Sho Hye tadi. "Mama tadi megangin apasih? Kok kayak suara panci, padahal disini nggak ada panci atau piring sama seka-"

Ucapan Lia menggantung di udara. Saat ia berbalik kembali ke arah Sho Hye, Mamanya itu sudah tiada. Kosong.

Ruangan ini kosong.

Yang ada hanya dirinya yang sedang memegang panci. Berarti itu hanya halusinasi semata?

Nafas Lia tak beraturan, ia meletakkan panci tersebut ke tempat semula. Ia mengusap wajah frustasi, mengapa pikirannya tidak jernih belakangan ini?

Dengan sekali helaan napas, Lia melangkahkan kakinya menuju kamar. Ia tidak jadi mengerjakan pekerjaan rumah karena merasa dirinya belum tenang. Ia memilih bersandar di tepi kasur sambil mengosongkan pikirannya.

Drttt

Kasur Lia bergetar menandakan ada pesan, dalam lima menit pertama Lia belum melihat. Tetapi ketika getaran tersebut terus masuk dan membuat Lia lengah, akhirnya ia mengambil dan membuka pesan tersebut.

xxxxxx180072
Gue tau siapa lo

Lo Lia kan?

Murid SOPA, kelas sebelas, yang kemarin di bully abis-abisan?

Dan gue tau apa yang lo rasakan belakangan ini

Udah hancur? Atau belum?

Dahi Lia bergelombang, ia tidak mengerti apa maksud pesan tersebut.

Hei

Bales dong

Dalam hati, Lia menggeleng. Ia tidak ingin menanggapi atau merespon apapun, ia pun melempar ponselnya dan mengabaikannya. Baru sebentar merasa tenang, ponsel Lia kembali menyala menandakan pesan baru yang masuk lagi.

I'M OK | Choi Soobin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang