5

6.2K 724 118
                                    

Lia berbaring di kasur kamarnya, lelah dengan semua kenyataan yang ia terima. Ia menutup kedua matanya untuk merasakan kenyamanan dari empuknya kasur yang sedang tiduri sekarang.

"LIA!" panggil Sho Hye--Mama Lia--dengan kencang.

"A-apa Ma?" Lia langsung bangun dari tidurnya.

"Bantuin Mama dong!" teriaknya lagi.

"Iya, Ma. Tapi jangan teriak-teriak," Lia turun dari kamarnya dan menghampiri Sho Hye. "Bantuin apa emang, Ma?"

"Bantuin anterin kue ini, ada orang yang pesen kue malem-malem, udah Mama bilang kalau udah malem nggak bisa lagi. Tapi dianya maksa, bantuin ya. Alamatnya juga nggak jauh-jauh dari sini," Sho Hye menjelaskan agar Lia mengerti. Lia adalah orang yang pengertian jika yang dijelaskan juga lengkap dan tidak ditutup-tutupi.

"Ohh mana alamatnya?"

"Nih," serah Sho Hye.

Lia mengambil alamat tersebut dan juga mengambil kue yang ingin diantar. Lia keluar dari rumah dan berjalan. Kata Sho Hye rumahnya tidak terlalu jauh dari sini, berarti bisa berjalankan?

Lia membaca alamat tersebut dan mengikuti arah alamatnya. Tidak terlalu jauh, Lia bahkan tidak mengeluarkan keringat walau setetes pun.

"Ini kali ya," tanpa babibu Lia langsung membunyikan bel.

"Bentar!"

Tunggu, sepertinya Lia mengenal suara itu. Tapi Lia langsung menggeleng mengenyahkan pikikirannya. Ia kebanyakan melamun sedaritadi.

Orang itu membuka pagarnya. Mulut Lia terbuka sedikit melihat pemandangannya di depannya.

"Wah kue yang gue pesan dah dateng, ternyata," Soobin menyengir lebar sambil berjalan mendekati Lia, Lia refleks mundur.

"Hah? Kamu yang pesen kue?" Lia mencoba memasukkan semua kejadian ini kedalam otaknya agar bisa ia cerna.

"Lo liat sendiri emang gimana?"

Raut Lia tampak berubah, ia menyodorkan kue pesanan Soobin dan mengambil bayarannya.

"Gue nggak mau nerima."

"Yaudah," Lia bermaksud pergi meninggalkan tetapi Soobin kembali menariknya ke posisi semula.

"Bukan nggak mau nerima kek gitu, gue bakal terima kalau lo ngasihnya baik-baik. Jangan judes."

Lia menggarut kepalanya ingin protes, tetapi tetap ia tururi, bagaimanapun Soobin adalah pembeli kue Mamanya, ia harus layan dengan benar.

"Ini kue yang anda pesan, Tuan. Bila ada yang ingin di protes silakan telepon nomor yang ada di samping kotak, terimakasih," Lia memberikan kue tersebut sopan dengan sebuah senyum kecil.

"Nah gitu dong, pembeli itukan raja, lo harus inget itu," Soobin menerima kue itu dengan bahagia.

Dalam hati, Lia sudah mengumpat sejadi-jadinya. "Ya. Kalau begitu, saya akan pergi. Terimakasih dan selamat menikmati," Lia mengambil langkah pergi sambil memutar bola matanya malas.

"Lia!" panggil Soobin lagi.

"Kenapa lagi?"

Soobin terdiam. "Eng... nggak mau gue anterin?"

"Makasih, tapi aku bisa sendiri."

***

Lia berjalan di kawasan rumahnya, hari kini semakin malam, tetapi tak membuat Lia takut sama sekali. Rumahnya juga tidak jauh lagi sudah sampai.

"Lia!"

Lia terperonjak kaget ketika tiba-tiba saja ada seseorang muncul dari balik pepohonan gelap dan memanggil namanya.

I'M OK | Choi Soobin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang