Bahagia itu definisi yang seperti apa? Setiap orang pasti ingin mencicipinya, termasuk aku
***
"Ada cewek bro, kita abisin aja kali ya," susul salah seorang lawan mereka.
"Ide bagus."
Brukk
"Apa-apaan lo semua," umpat Soobin sambil menindih lawannya. "Nggak usah sok-sok mau nyentuh dia, najisin."
Lia membelalak kaget, ia baru sadar bahwa keadaan sedang ricuh disekitarnya. Lia menoleh ke kiri dan kanan, darah terus mengalir di trotoar. Tidak sanggup melihat, Lia memilih mengalihkan pandangannya ke Soobin.
Soobin yang sibuk menendang serta membogem orang yang tadi ingin mencelakai Lia langsung menoleh ketika Lia menarik lengan bajunya.
"Aku mau pulang, anterin aku."
"Hah?"
Wajah Lia memasam. "Anterin aku!"
"Oh oke, tunggu bentar."
Soobin nampak berbicara dengan teman-temannya, tak lama kemudian ia kembali menghadap Lia. "Ayo."
Lia mengikuti langkah Soobin, tenaganya sudah menipis. Pikirannya sudah tidak jernih lagi. Bahkan saat ada seseorang yang memegang tangannya ia tidak sadar.
"Bego!" Tanpa aba-aba Soobin mendorong cowok yang hampir menusuk Lia dengan pisau.
"Udah gue bilang tadi jangan kesini, bahaya! Kemana pikiran lo? Fokus!" tatapan Soobin berkobar seketika. "Kalau seandainya lo kena tusuk tadi gimana? Tolol banget."
Lia terdiam, ia kehabisan kata-kata dan kembali mengikuti langkah Soobin. Sesampai di belakang sekolah, Soobin menghidupkan motornya.
"Naik," titahnya. Lia menurut.
Laju motor lebih kencang dari biasa, karena Lia paham bahwa Soobin akan kembali ke aksi tawuran tadi.
"Mark gimana?" tanya Lia memecah keheningan.
"Ck, dia baik-baik aja."
"Darimana kamu tau?"
"Yeonjun periksa tadi. Nggak usah khawatir."
Tatapan Lia menerawang. "Bohong."
"Keras kepala banget, dia nggak mati asal lo tau. Jadi nggak usah sok-sok nangis cuma gara-gara dia."
Lia membuang mukanya, air matanya kembali terjatuh. Ia menangis dalam diam.
Setelah beberapa menit ngebut-ngebutan, motor Soobin sudah sampai di depan rumah Lia. Tanpa sepatah kata atau ucapan terimakasih, Lia langsung turun dan membuka pagar rumahnya.
Tidak memusingkan hal tersebut, Soobin pun langsung mengegaskan motornya. Ia juga perlu menyelesaikan sesuatu yang membuat harga dirinya naik.
***
Hari-hari Lia tidak lebih dari hari-hari sebelumnya, bedanya sekarang ia lebih merasa sendiri. Sebenarnya tidak jauh berbeda, tetapi sejak Sho Hye meninggal Lia lebih banyak menangis dan melamun dalam kesendirian.
Seperti sekarang ini, karena tidak tahu harus kemana, Lia memilih menghibur diri dengan pergi ke club malam. Ia merasa pikirannya begitu tertekan, sehingga ia merasa butuh waktu luang walau hanya satu jam.
Sebelum pergi Lia sudah memikirkannya matang-matang agar ia tidak keliru dan jatuh ke dalam lubang lebih dalam, ia harus berhati-hati dan memanfaatkan waktu tersebut untuk menenangkan pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M OK | Choi Soobin [END]
أدب الهواة[Privat acak; follow sebelum membaca] Mari kita liat seberapa bisa lo nahan emosi ngebaca ini. ^^ Pernahkan kalian merasakan sakit yang hebat? Pernahkah kalian menduga akan menerima hidup yang kelam? Pernahkah kalian dihadapkan oleh sesuatu yang tid...