ENAM PULUH ENAM

1.6K 120 26
                                    

"Zila jangan pergi!"

"Tuan, bangun tuan!" Pak Tono mencoba membangunkan Agra dari pingsannya.

Saat mengerjakan beberapa berkas kepala Agra sangat pusing dan tanpa disadari ia pingsan, untung saja sekretaris dan pak Tono ada disana dan segera membawanya ke dokter.

"Zila!" Agra terduduk dan dahinya kini penuh dengan keringat.

"Pak, anda sudah sadar" kata Joshua sekretarisnya.

"Apa yang terjadi?"

"Tadi tuan Agra pingsan saat mengerjakan beberapa berkas dan kami membawa tuan ke rumah sakit" jelas pak Tono.

Agra menatap sekeliling dan sedikit memukuli wajahnya untuk meyakinkan.
"Jadi saya pingsan? Dan Zila masih hidup?"

"Maksud tuan apa? Nona tentu saja masih hidup bahkan sekarang dia sudah sadar dari kritisnya"

Agra langsung menghela napas lega.
"Alhamdulillah, saya mimpi kalau Zila sudah tiada"

"Astagfirulloh, lupakan itu tuan. Sekarang kita harus menjenguk Zila karena dia sudah berada dirumah"

Mereka berdua pergi dan Joshua kembali ke kantor untuk mengerjakan beberapa pekerjaan lagi.

*skip

Agra turun dari mobil dan dia menatap sekeliling rumahnya disana terlihat sepi dan hanya ada beberapa mobil.
"Pak, saya melihat dimimpi saya kalau banyak warga yang datang dan banyak papan bunga. Itu mengerikan pak"

Pak Tono merangkul Agra menuntunnya masuk. "Lupakan saja tuan. Mari kita temui nona Zila dan Rafaela"

Mereka masuk dan disana masih ada Jihan dan Cita. Biel pulang karena ada urusan.
"Agra lo udah pulang? Alhamdulillah Zila udah sadar. Sana temui" suruh Cita.

Agra berjalan ke kamar dan dilihatnya istrinya sedang terbaring sembari menatap keluar jendela.
"Sayang~" panggilnya.

Zila menoleh ke sumber suara.
"Lo siapa?" Tanya Zila.

Agra menutup pintu kamar dan mendekat ke arah Zila. "Zila, aku suami kamu"

"Aku kan masih perawan"

Agra menghela napas kasar.
"Ternyata mimpiku bertanda buruk, Zila amnesia"

Zila menatap bingung Agra.
"Emang gue istri lo? Seinget gue, gue punya pacar namanya Chanyeol Exo. Nama lo siapa?"

"Zila, kamu lagi bercanda kan?"

"Hahahaha, ih Agra. Muka lo tuh ngeselin banget sih, lo kan suami gue" Zila ketawa ngakak walaupun suaranya belum terlalu keras karena keadaannya.

Agra menggenggam erat tangan Zila.
"Zil jangan bikin aku takut, aku frustasi ngelihat kamu kritis kemarin"

Zila mendudukan dirinya dan menangkup kedua pipi Agra.
"Udah jangan sedih, kan sekarang gue udah sadar. Kita bisa urus anak kita"

Agra membalas senyuman Zila dan memeluknya. "Aku sayang kamu"

Zila melepaskan pelukan mendadak.
"Kok aku-kamu sih? Kapan berubahnya?"

"Intinya harus aku-kamu. Kalau enggak kamu aku cium!"

Zila langsung melotot mendengarnya.
"Ih dasar, tapi yaudah deh enggak masalah. Ohiya anak kita siapa namanya?"

"Rafaela Mathew Thomson"

"Panggilannya apa Gra?" Tanya Zila lagi.

"Terserah kamu, mana enaknya aja"

Zila mikir keras.

PANGERAN ES (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang