12

1.4K 61 0
                                    

Tania membuka matanya perlahan, ia mengedarkan padangannya ke penjuru ruangan. Mata Tania sukses melotot setelah ia menyadari bahwa ia sekarang berada di kamarnya.

" Kenapa gue ada di kamar ya ? " Tanya Tania

Ceklek

" Kamu udah bangun dek " Andika menghampiri Tania dan duduk disebelahnya

" Ho'oh, eh bang kenapa Tania bisa dari di rumah ? "

" Tadi pacar kamu yang nganter "

" Kenapa aku gak ngerasa ya ? " Tania bingung, kenapa ia bisa tidak bangun saat Angkasa membawanya pulang. 'Mungkin gue terlalu capek' pikirnya.

" Orang kamu tidurnya pules gitu mana bisa bangun " Andika terkekeh mendengar penuturan adiknya itu

" Emm bang Tania laper " Tania mengelus perutnya pertanda bahwa ia memang sedang laper.

" Kamu ini ya " Andika mengacak gemas rambut adiknya " Yaudah abang ambilin dulu, kamu tunggu di sini "

Setelah Andika keluar dari kamar, Tania berjalan menuju meja belajarnya. Tania mendudukkan badannya di kursi, lalu ia mengambil catatan kecil yang tersimpan di laci meja belajarnya. Tania pun membuka dan mengecek isi buku itu.

" Sekarang waktunya gue kontrol, tapi gimana caranya keluar ya ? Abang pasti gak ngijinin " gumam Tania 

Ceklek

" Kamu ngapain jalan - jalan sih de "

" Eh abang " Tania dengan cepat menaruh buku itu kembali " Itu Tania bosen aja, lagian cuma jalan sedikit doang ko " Tania berjalan menuju tempat tidur diikuti oleh Andika

" Hemm terserah kamu aja, nih abang udah bawa pesenan kamu. Sekarang kamu makan, abang mau ke bawah dulu " ucap Andika

" Eh tunggu dulu bang " cegah Tania,

" Kenapa ? "

" Jadi gini " Tania menjeda perkataannya " Tania nantik mau ke rumah Cantika, boleh kan bang ? " bohong Tania

" Kamu kan lagi sakit, gak gak abang gak ngijinin " tolak Andika

" Boleh ys bang, Tania gak bakalan kenapa napa kok " Tania membujuk Andika agar mengijinkannya.

" Huft... Tapi kamu harus hati - hati oke " jeda Andika " Tapi abang anterin kamu ya ? " tanya Andika

" Ehh gak usah bang nantik Cantika malah curiga lagi " bohong Tania lagi

" Yaudah terserah kamu aja, abang mau ke bawah " ucap Andika pasrah, ia tau adiknya ini sangat keras kepala.

" Makasii abang ku sayang " Tania memeluk erat abangnya yang dibalas juga oleh Andika.

" Abang juga, kamu makan gih abang turun dulu " Andika melepas pelukaannya kemudian pergi dari kamar Tania

" Maafin Tania udah boong sama abang " kata Tania lirih

Tania sebenarnya tidak tega membohongi abangnya, tapi apa boleh buat, Tania juga tidak tega melihat abangnya sedih.

" gue harus sembuh " ucap Tania tegas

Setelah selesai makan, Tania menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Sesudah dari kamar mandi, Tania memakai pakainnya lalu ia mengambil tas dan turun ke bawah.
Tania menghampiri abangnya yang berada di sofa.

" Bang Tania pamit ya " pamit Tania

" Iya, kamu hati - hati di jalan " kata Andika

" Siap abang " Tania keluar lalu ia menyetop taksi dan pergi menuju rumah sakit.

~~~~~~

Tania menaiki brankar yang berada di ruangan itu, kemudian ia merebahkan badannya. Akhir - akhir ini memang ia meresa kurang sehat. Bahkan ia sering pusing dan mimisan.

" Kamu udah rutin minum obat kan ? " Tanya dokter yang memeriksa Tania.

Tania turun dari brankar setelah dokter itu selesai memeriksanya.

" Udah kok tan, tapi kenapa akhir - akhir ini Tania sering ngerasa pusing sama sering mimisan ? " tanya Tania

Dokter itu memang merupakan tante Tania. Dokter yang kerap di panggil dengan sebutan Kania. Tania bersyukur karena yang memeriksanya adalah tantenya sendiri. Tania memang menyuruh tantenya untuk tidak memberi tahu siapapun tentang penyakit yang ia derita.

" Hufft " Kania menghembuskan nafasnya gusar " Kanker darah kamu sudah menginjak stadium 2 " ucap Kania pelan

" Sta-dii-um 2 tan ? " tanya Tania tak percaya

" Tante harap Tania bersedia menjalankan kemo "

" Tania hiks gak mau hiks tan, Tania hiks takut " Tania tidak bisa menahan tangisannya lagi.

Kenapa takdirnya seperti ini. Tania hanya ingin hidup seperti dulu. Tania ingin berkumpul lagi dengan keluarganya. Tapi takdir berkata lain, Tania malah mendapatkan penyakit yang sulit untuk disembuhkan.

" Kamu mau ya " Kania berjalan menghampiri Tania kemudian ia memeluknya " Tapi kalo sekarang kamu belum siap, tante gak bisa maksa. Tante kasik kamu obat dulu "

" Maafin hiks Tania tan " Tania melepaskan pelukannya " Tania memang belum siap untuk ngelakuin kemo "

" Iya tante tau, kamu gak usah sedih lagi, tante yakin kamu pasti sembuh. Kamu kan orangnya kuat " Kania memberi resep obat kepada Tania dan menyuruh Tania untuk membelinya

" Makasih tan " Tania menghapus air matanya " Yaudah Tania pamit dulu " pamit Tania lalu ia pun pergi dari ruangan tersebut.

" Semoga tante bisa nyembuhin penyakit kamu " ucap Kania


































Inget vote and komen :)

Strong GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang