30. Again?

70 10 1
                                    

Aku segera duduk saat bus datang. Aku menghela nafas lalu menyandarkan kepalaku pada jendela. Seperti biasa, hari ini melelahkan seperti biasanya. Pekerjaanku yang semula sedikit bertambah karena saat itu Jangmi tidak berada di kantor. Tidak mengherankan, aku sudah yakin Ketua Tim Park akan melarikan tugas itu padaku. Setelah kupikir, pemikiran Donggu dan Miran ada benarnya. Mungkin karena Ketua Tim Park, tidak menyukaiku. Oh benar, aku juga tidak melihat Jangmi hingga pulang. Barang-barangnya juga tidak berada di mejanya. Apa Ketua Tim Park memberinya tugas di luar kantor?

"Oh, itu..." Aku mengernyitkan mataku saat melihat sebuah café yang tidak asing. Aku segera menekan tombol berhenti dan segera turun di halte yang tidak berada jauh dari café itu. Aku melangkahkan kakiku ke café itu lalu berhenti mencoba untuk memastikan. Tanpa pikir panjang aku melangkah masuk ke dalam dan semakin yakin aku tidak salah mengingat.

Aku segera menyunggingkan senyumku saat melihat paman pemilik café yang berada di counter sedang mengajarkan salah satu pegawainya. Sudah lama sekali tapi tidak banyak yang berubah pada café ini selain pegawainya.

"Lama tidak bertemu, paman." Ujarku setelah menghampirinya. Paman itu berhenti lalu menoleh ke arahku. Semula ia terlihat berusaha mengingatku lalu membulatkan matanya lalu tertawa.

"Ya tuhan, aku hampir lupa denganmu nona. Lama tidak bertemu! Sudah lama sekali.. Oh, kau ingin memesan apa?" Ujar paman itu terlihat senang. Ia seperti sudah lama mengenalku padahal aku hanya bertemu sekali dengannya itu juga karena.. karena Daniel yang membawaku kemari.

"Caramel Macchiato seperti dulu." Ujarku setelah terdiam sesaat lalu tersenyum. Paman itu mengangguk lalu segera menyiapkan pesananku. Padahal ia sudah memiliki pegawai tapi ia secara pribadi membuatkan minuman itu untukku. Aku melangkahkan kakiku lalu duduk di salah satu meja yang kosong. Walaupun sudah malam tapi café ini masih ramai pengunjung. Lalu di meja itu..

"Ini dia.." Lamunanku terhenti saat paman pemilik café itu datang membawa pesananku. Aku mengerutkan keningku. Aku menemukan cheese cake lagi pada mejaku padahal aku tidak memesan itu sebelumnya. Tiba-tiba paman itu terkekeh melihatku.

"Ekspresi heranmu saat ini masih sama saat kau pertama kali kemari, nona. Sama seperti dulu saat pertama kali aku mentraktirmu dengan kue ini." Ujar paman itu padaku lalu tersenyum.

"Paman, itu tidak perlu. Kau tidak harus mentraktirku setiap kali aku kemari." Ujarku tidak enak. Aku tau paman ini baik tapi aku tidak bisa membiarkannya terus seperti ini padaku. Ia akan mengalami kerugian bila terus seperti ini dan aku juga merasa tidak enak.

"Aih, tidak apa-apa. Lagipula kau sudah lama tidak kemari." Ujar paman itu lalu ikut duduk di hadapanku.

"Oh ya paman, waktu itu aku belum sempat mengenalkan diri. Namaku Choi Kyuhee." Ujarku setelah mengingat bahwa aku belum mengenalkan namaku pada paman itu dan aku hanya terus memanggilnya dengan paman saja sementara dia sudah dua kali mentraktirku.

"Ah, kau benar nona. Panggil saja aku Paman Kim. Daniel juga memanggilku seperti itu. Oh ya, apa Daniel tidak datang bersamamu kali ini? Anak itu sudah lama sekali tidak datang kemari." Ujar Paman Kim terlihat penasaran. Tubuhku membeku sejenak saat Paman Kim menyebut nama Daniel. Sudah lama sekali aku tidak mendengar nama itu.

"Sunbae.. ia sudah tidak negara ini lagi, paman. Aku juga tidak tau bagaimana detailnya, aku hanya mendengar dari temannya." Ujarku lalu tersenyum tipis. Paman Kim terlihat terkejut sekaligus khawatir. Ia lalu terlihat memikirkan sesuatu.

"Um.. paman? Apa ada yang salah?" Tanyaku melihat sikap Paman Kim yang terlihat aneh. Paman Kim menghentikan pemikirannya lalu tersenyum padaku. Ia pasti sedang memikirkan sesuatu yang berkaitan dengan Daniel mengingat mereka sebelumnya terlihat sangat dekat.

"Oh ya, Bagaimana kabarmu? Melihat dari penampilanmu, aku yakin kau sudah bekerja saat ini." Ujar Paman Kim. Ia terlihat sedang mengalihkan pembicaraan. Aku tersenyum lalu menganggukkan kepalaku.

"Iya, Paman benar. Aku sudah satu tahun bekerja di J&R Cooporation." Ujarku malu-malu. Aku takut aku terkesan seperti sedang memamerkan tempat kerjaku. Yah, walau sejujurnya aku memang bangga bekerja di perusahaan itu tapi aku tidak berniat untuk memamerkannya.

"Wah, benarkah itu? Bukankah itu termasuk ke dalam perusahaan terbesar? Yahh.. Kyuhee, paman bangga padamu." Ujar Paman Kim terlihat takjub. Lagi-lagi hal yang kulakukan tersenyum malu. Aku tidak menduga, Paman Kim akan seheboh ini hingga menarik perhatian para pelanggannya. Percakapan Paman Kim terus berlanjut begitu saja. Padahal sebelumnya aku merasa cemas akan kesulitan berbincang dengannya.

"Astaga.." Ujarku saat mataku tidak sengaja menatap jam yang bertengger di dinding. Aku tanpa sadar sudah terlalu lama disini hingga lupa waktu. Bagaimana bisa aku melupakan kalau aku masih membutuhkan jasa kendaraan umum untuk pulang? Aku segera bangkit dari tempat dudukku lalu berjalan dengan tergesa-gesa menuju kasir. Paman Kim sudah tidak bersamaku sebelumnya karena ia harus membantu karyawannya untuk membuat pesanan. Setelah berhasil membayar, aku pamit dengan Paman Kim lalu melangkah menuju pintu. Tiba-tiba ponselku berdering dan disaat aku fokus menatap layar ponselku..

Bruk!

Tubuhku terpental kebelakang. Aku segera menyentuh hidungku yang terasa sakit dan berdenyut. Tidak lagi, jangan katakan aku menabrak seseorang. Astaga, Aku yakin tulang hidungku akan benar-benar patah jika hal seperti ini terjadi lagi untuk ketiga kalinya. Ponselku yang masih berdering membuatku langsung memungutnya tapi hal yang menyebalkan terjadi. Dering itu berhenti tepat saat aku berhasil memungut ponselku tanpa peduli dengan orang kutabrak. Hal yang lebih menyebalkan lagi, orang yang menghubungi itu adalah Silla Oh sialan. Ini pertama kalinya aku benar-benar berniat ingin membunuh gadis blasteran itu.

"Ah, benar!" Aku membalikkan tubuhku kebelakang untuk meminta maaf pada orang yang kutabrak tapi orang itu sudah tidak ada. Aku mendengus kesal. Aku tau posisiku yang salah karena sudah menabraknya tapi seharusnya ia tidak pergi begitu saja. Mengatakan 'apa kau baik-baik saja?' tidak akan membunuhnya sama sekali. Aku penasaran apa yang terjadi jika seluruh orang di dunia memiliki sifat seperti itu. Aku memutuskan kembali melangkahkan kaki lebar menuju halte bus saat aku mengingat bus akan benar-benar meninggalkanku jika sibuk memikirkan keburukan orang lain lebih lama lagi.

Aku menatap ponselku lalu menghela nafas panjang. Kaca pelindung layar ponselku retak, padahal belum lama ini aku menggantinya. Ugh, walaupun hanya segaris saja tapi hal itu sudah membuat mataku sakit. Aku tidak terbiasa melihat ponselku seperti ini.

Tiba-tiba hidungku kembali berdenyut membuatku langsung menyentuhnya. Kupikir saat itu hidungku akan mengeluarkan darah. Hhh.. kenapa aku senang sekali menabrak seseorang? Hal ini membuat ingatan empat tahun lalu terputar dengan jelas di otakku. Hal seperti ini juga pernah terjadi sebelumnya. Awal pertemuanku dengan Daniel. Setelah empat tahun ini, apa Daniel masih sama seperti dulu? Oh, tentu saja tidak. Sikap manusia selalu berubah setiap waktunya. Jika aku diberi kesempatan untuk bertemu dengan Daniel lagi, ia pasti sudah berubah menjadi seseorang yang tidak kukenal lagi.

***

To be continued...

CONNECTED [Kang Daniel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang