2. The Worst Day Ever

136 21 0
                                    

"Dasar gadis bodoh, begitukah cara meminta tolong yang benar? Memaki orang yang kau harap untuk menolong? Tentu saja ia tidak akan mau menolongmu. Sekarang mari bersenang-senang." Ujar pria preman brengsek ini setelah menyeretku ke dalam gang gelap itu. Aku diam tak merespon apapun lagi. Kali ini riwayat ku benar benar tamat.

"Tunggu!" Seluruh perhatian beralih ke asal suara.

"Ada apa lagi? Bukankah kau tidak kenal dengan gadis ini?" Protes pria preman itu.

"Memang tidak tapi sepertinya kalian harus mengantri untuk berurusan dengannya." Ujar pemilik suara yang tak lain adalah Kang Daniel.

"Apa maksudmu, brengsek?" Ujar salah satu teman preman itu yang mulai kehilangan kesabaran.

"Aku lebih dulu yang memiliki masalah dengannya, jadi kemarikan gadis itu." Perintah Daniel.

"Berisik!" Tiba-tiba teman pria preman yang kehilangan kesabaran itu mulai melayangkan pukulannya pada Daniel dan salah seorang yang lain memecahkan botol yang entah mana ia dapat lalu menodongnya ke arah Daniel.

Sebuah perkelahian antara tiga lawan satu terjadi dihadapanku. Tubuhku membeku. Aku tidak tau apa yang harus kulakukan saat itu tapi jika aku tidak melakukan apapun Daniel akan terluka. Aku menoleh ke sana kemari mencoba mencari sesuatu dan akhirnya menemukan sebuah balok kayu.

Saat dua orang berhasil di tumbangkan oleh Daniel, satu orang yang tersisa berniat menghantam botol kaca yang setengah pecah itu pada kepala Daniel dari belakang. Tanpa disadari, tubuhku reflek dan menghantam kepala orang yang tersisa itu lebih dulu. Alhasil, pria itu kehilangan kesadarannya.

"Nice." Puji Daniel sambil menepuk kedua tangannya. Aku tak meresponnya dan tak lama kemudian kakiku kehilangan kekuatannya untuk menopang tubuhku. Kepalaku akan mendarat dengan mantap ke jalan yang keras itu jika saja Daniel tidak lebih dulu menangkap tubuhku.

"Sial, sudah saatnya." Tutur pria itu dan terlihat kebingungan dengan diriku yang terlihat tidak berdaya.

"Tidak ada pilihan lain. Kau ikut denganku." Lanjutnya lagi lalu menggendongku seperti karung hingga masuk ke dalam mobilnya. Aku tidak memberikan protes apapun padanya. Kemanapun ia pergi aku ikut. Aku tidak bisa membayangkan hal buruk apa yang terjadi bila aku tidak bersama pria ini. Lagipula aku tidak tau harus pergi kemana. Tentunya pulang kerumah adalah pilihan terakhir.

Daniel mengendarai mobilnya seperti orang kesetanan. Kepalaku terasa semakin ingin pecah dan aku ingin benar-benar merasa mual sekarang.

"Kau hampir saja membuatku kehilangan muka jika terlambat satu detik lagi. Kupikir kau melarikan diri setelah menantang lawanmu dengan sombongnya." Ujar temannya yang bernama Seongwoo setelah sampai di tempat yang seperti... kawasan balap liar?

"Aku adalah teman yang baik. Aku tidak akan mengecewakanmu." Ujar Daniel terkekeh pada temannya.

"Dan gadis ini.. Wah, aku tidak menyangka kau secepat ini Kang Daniel" Seongwoo kembali terkekeh. Daniel hanya tersenyum dan tidak mengatakan apapun. Yang benar saja, kau tidak membantahnya Kang Daniel?!

"Ini tidak yang seperti-"

"Baiklah, pergi temui lawanmu dan tentukan kesepakatan kalian." Ujar pria dengan nama keluarga Ong itu tanpa mendengar bantahan dariku. Ugh, tidak heran mereka bisa berteman dekat.

"Kau tunggu disini." Perintah Daniel sebelum keluar dari mobilnya. Dari sini aku melihat Daniel tengah membuat kesepakatan dengan lawannya. Tidak, ia justru terlihat tengah memprovokasi dan memandang rendah lawannya. Pria itu.. sudah kuduga sikapnya di kampus itu palsu.

Er... kenapa mereka menunjuk ke arahku? Apa ada yang salah denganku? Oh, dia berjalan kemari. Apa kesepakatannya sudah selesai?

"Kencangkan sabuk pengamanmu." Perintah Daniel lagi setelah kembali masuk ke dalam mobilnya. aku mengerutkan keningku, tak mengerti.

CONNECTED [Kang Daniel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang