15. Awkward

80 11 1
                                    

"Sekarang apa yang salah dengannya? Kenapa ia tersenyum seorang diri seperti itu?" Ujar Silla melayangkan tatapan aneh kepadaku, diikuti oleh Yoobi.

"Kurasa dia sedang memikirkan seseorang." Jawab Yoobi dengan ekspresi datar sambil menyeruput minumannya. Melihat mereka yang curiga seperti itu membuatku sulit bernafas. Apa yang sudah kulakukan? Kenapa aku bisa-bisanya tersenyum memikirkan Kang Daniel!? Tamatlah riwayatku jika dua orang dihadapanku tau.

"Katakan, apa seseorang itu Kang Daniel?" Tebakan Silla yang tepat sasaran itu membuatku batuk seketika. Kenapa orang-orang selalu mengejutkanku saat minum? Hhh.. untung aku dapat menahan agar minuman itu tidak keluar dari mulutku.

"Sepertinya benar." Ujar Silla santai setelah melihat reaksiku.

"Ah, benar. Aku ingin bertanya tapi sempat melupakannya, saat kecelakaan itu siapa yang mengantarkanmu? Kang Daniel?" Tebak Yoobi juga tepat sasaran membuat batukku tidak berhenti.

"Sepertinya benar lagi." Ujar Yoobi dengan ekspresi datarnya. Silla dan Yoobi tiba-tiba saling bertukar pandang satu dengan yang lain. Hal itu membuatku merasa hal tidak menyenangkan untukku akan terjadi.

"Ayo, ceritakan semuanya. Kami ingin kau menceritakan semuanya detail tanpa ada yang dikurang-kurangi. Jika tidak.." Kalimat Silla yang menggantung itu membuatku semakin merasa tidak enak. Silla menatap Yoobi sambil tersenyum.

"Jika tidak, kami akan bilang pada Kang Daniel bahwa kau tersenyum sambil memikirkannya." Yoobi melanjutkan perkataan Silla membuatku bergidik ngeri. Aku tidak tau bagaimana harus menghadapi Daniel jika mereka berani mengatakan itu semua kepadanya. Daniel akan berpikir aku memiliki perasaan padanya. Tidak, itu semua tidak akan terjadi.

"Baiklah, baiklah. Kalian ingin aku cerita dari mana?" Tanyaku pasrah. Silla dan Yoobi tersenyum penuh kemenangan.

"Semuanya." Jawab mereka serentak. Aku hanya menghela nafas panjang lalu kembali menceritakan awal saat dimana aku tertabrak hingga Daniel mengantarku pulang. Tentu saja, aku melewati bagian dimana Daniel memelukku. Aku tidak akan pernah membiarkan mereka tau, bagaimanapun.

"Aku tidak tau bila menghubungi Daniel saat itu adalah tindakan terbaik yang pernah aku lakukan untukmu. Berterima kasihlah padaku." Ujar Silla terlihat bangga dengan dirinya sendiri. Aku dan Yoobi memutar kedua bola mata dengan malas secara bersamaan. Ya, terima kasih padamu sekarang Daniel menandaiku sebagai pembuat masalah.

"Oh, bukankah itu Seongwoo?" Ujar Yoobi sambil menunjuk Seongwoo yang sedang berjalan menuju kantin. Entah kenapa hal itu membuatku merasa gugup. Jika ada Seongwoo berarti Daniel juga..

"Seongwoo sunbae!" Panggilnya sambil melambaikan tangan. Seongwoo mengalihkan perhatiannya kearah suara yang memanggilnya lalu berjalan kemari. Ia menyapa kami dengan senyumannya pertama kali lalu ikut duduk bersama kami. Huh? Dia hanya seorang diri? Dimana Daniel?

"Mencari seseorang? Maaf mengecewakanmu, tapi ia tidak hadir hari ini." Ujar Seongwoo lagi-lagi menebakku sambil tersenyum. Kenapa orang ini selalu tau apa yang tengah kupikirkan? Entah kenapa aku merasa ia adalah orang yang sama menyeramkannya dengan Daniel.

"Huh? Ada apa dengan Daniel sunbae? Apa ia sakit?" Tanya Yoobi penasaran. Seongwoo menggeleng padanya. Seongwoo menatap ke arahku sejenak lalu berusaha menahan senyumnya. Ada apa dengannya? Apa ia sedang memperhatikan reaksiku? Wah.. benar-benar.

"Tidak, dia baik-baik saja. Ia hanya mengambil izin untuk mengunjungi suatu tempat." Jawab Seongwoo lagi. Silla dan Yoobi terlihat bingung dengan jawab Seongwoo.

"Apa harus mengambil izin hanya untuk mengunjungi suatu tempat? Bukankah lebih efisien bila pergi di akhir minggu?" Tanya Silla mengerutkan keningnya. Apa yang Silla katakan juga masuk akal. Seketika ekspresi Seongwoo berubah drastis. Ia tersenyum lemah sambil menggelengkan kepalanya.

CONNECTED [Kang Daniel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang