43. Avoid

68 7 0
                                    

Aku menatap datar orang-orang di hadapanku lalu menyuapkan makanan tanpa mengalihkan tatapanku. Yah.. jika sudah seperti ini, sudah pasti aku berada disituasi yang tidak menyenangkan. Tunggu, sejak kapan situasi canggung ini terjadi? Kenapa aku bisa terjebak disini? Aku siapa? Aku dimana? Bukankah sejak tadi pagi semuanya terasa berjalan dengan lancar?

"Kyuhee, kau baik-baik saja?" Tanya seorang gadis yang ada dihadapanku. Ah benar, Jangmi datang kemari. Ia mengatakan ingin mengunjungiku karena mengkhawatirkan aku yang sulit berteman ini akan seorang diri dan kekhawatirannya memang benar. Aku masih seorang diri sampai sekarang tapi itu bukanlah masalah karena aku datang kemari berniat untuk bekerja bukan berteman. Lagipula, mengkhawatirkanku bukanlah tujuan utama Jangmi datang kemari melainkan yah... begitulah. Aku tidak berpikiran buruk tapi sudah terlihat jelas.

Haha.. setelah tau latar belakang Jangmi dan hubungannya dengan Daniel membuatku terlihat seperti orang yang tidak tau terima kasih dan tidak tau diri. Percayalah, bukan itu maksudku. Aku hanya merasa semakin hari sikap Jangmi semakin berlebihan dan jujur saja, aku mengkhawatirkan sikapnya itu dapat membahayakan pekerjaanku dan pandangan orang terhadapnya. Oh tentu saja, rasa benci muncul walaupun hanya kecil jika kalian mengerti maksudku. Perasaan yang muncul bila bertemu dengan saingan cintamu.

"...ya, aku baik-baik saja." Jawabku setelah menunggu jeda yang cukup lama. Astaga, apa yang sudah kulakukan? Kelakuanku terlihat sangat jelas tidak menyukai kedatangan Jangmi.

"Benarkah? Kau terlihat tidak memiliki nafsu makan." Sahut Minhyun yang juga ikut menikmati makan siang denganku lagi. Pria ini, bukannya aku merasa tidak nyaman dengannya tapi... yah, ia terlihat sibuk menanggapi Jangmi yang selalu bertanya tentang Daniel dan membuatku terlihat seperti pengganggu. Padahal akulah yang lebih dulu makan disini.

"Kau harus makan lebih banyak lagi, Kyuhee. Terlalu kurus juga tidak baik." Celoteh Jangmi tiba-tiba menasihatiku seperti seorang ibu. Aku tidak mengatakan apapun lagi selain memberikannya senyuman kaku. Aku hanya ingin makan siang dengan tenang.

"....hmm, kenapa Daniel lama sekali?" Ujar Jangmi mulai terlihat gelisah menantikan kehadiran Daniel sambil menatap arloji mahal di tangannya. Sudah kubilang? Jangmi pasti ingin bertemu dengan Daniel. Aku lagi-lagi memilih untuk tidak menanggapi Jangmi. Lagipula, apa yang harus kutanggapi? Aku juga tidak tau dimana keberadaan Daniel.

"Kenapa kau tidak menyusul ke ruangannya saja? Ia pasti melupakan waktu karena sibuk mengurus kertas-kertas yang ada di hadapannya." Ujar Minhyun sambil sesekali melirik ke arahku. Aku tidak tau pasti, tapi Minhyun terlihat seperti berhati-hati untuk tidak membuatku merasa buruk.

"Aku sudah melakukannya tapi ia justru menyuruhku untuk datang kepadamu sembari menunggunya selesai." Eluh Jangmi pada Minhyun membuatku tanpa sadar menggelengkan kepalaku dengan pelan. Aku tidak percaya setelah beberapa tahun berlalu, sikap Daniel yang suka melarikan masalahnya ke orang lain masih belum berubah. Bisa-bisanya ia melakukan itu pada Minhyun setelah melihat bagaimana ia membenci saudara tirinya itu. Memangnya ia pikir hanya ia saja yang sibuk dengan pekerjaan? Minhyun juga memiliki pekerjaannya sendiri.

"Oh, itu dia! Akhirnya ia datang juga." Jangmi yang awalnya terlihat tidak bersemangat seketika terlihat ceria sambil melambaikan tangannya. Tanpa sadar mataku mengikuti arah lambaian tangan Jangmi dan tepat pada saat itu tatapan mataku dan mata orang itu bertemu. Aku segera mengalihkan pandanganku ke arah makananku yang tinggal sedikit dan mengaduk-aduknya untuk mengalihkan perhatian.

"Lama menunggu?" Ujar Daniel setelah datang menghampiri. Aku tidak tau bagaimana ekspresinya saat ini karena aku tetap terfokus pada makananku yang mulai kehilangan rasanya.

"Tidak, Apa pekerjaanmu sudah selesai?" Jawab Jangmi dengan semangat seakan rasa letih karena menanti hilang begitu saja darinya. Aku dapat membayangkan bagaimana senangnya Jangmi saat ini.

"Minhyun, Kyuhee karena Daniel sudah datang aku harus pamit pada kalian. Sampai jumpa lagi.. ah, Kyuhee jangan lupa pesanku untuk makan lebih banyak lagi." Ujar Jangmi yang entah sejak kapan sudah berada di samping Daniel sambil mengkaitkan lengannya.

"Baiklah ibu, kau begitu cerewet." Balasku berpura-pura terlihat jengkel padanya lalu tersenyum. Jangmi membalas senyumanku lalu melambai kepadaku dan juga Minhyun. Tubuhku menegang saat tatapanku kembali bertemu dengan Daniel sebelum ia dan Jangmi benar-benar pergi. Apa-apaan dengan tatapannya itu!

Aku menghela nafas panjang segera setelah Jangmi dan Daniel benar-benar pergi. Tak lama setelah itu aku mendengar Minhyun juga menghela nafasnya. Kurasa ia juga merasa sama lelahnya denganku karena harus menanggapi semua pertanyaan Jangmi mengenai Daniel yang tidak pernah berhenti. Aku yang melihatnya saja merasa lelah. Aku dan Minhyun segera tertawa setelah melihat satu sama lain menghela nafas.

"Sunbae, bersikap baik juga ada batasannya, kau tau? Kenapa kau mau bersusah payah mau menerima masalah orang lain yang hanya sekedar mengucapkan 'terima kasih' saja enggan padamu." Ujarku yang berlagak ingin menasihati Minhyun sementara diriku belum lebih baik darinya. Minhyun tersenyum tipis padaku.

"Mungkin ia tidak akan menunjukkannya dengan ucapan tapi ia akan melakukannya dengan tindakan. Daniel itu juga memiliki tingkat gengsi yang cukup tinggi." Balas Minhyun padaku. Aku terdiam sesaat. Sepertinya sudah terjadi sesuatu yang tidak aku ketahui di antara Daniel dan Minhyun. Apa mereka sudah mulai berbaikan? Kelihatannya seperti itu.

"Aku tidak menyangka hubungan segitiga kalian akan menjadi secanggung ini hingga kau dan dia bersikap tidak saling mengenal sama sekali. Ini pasti berat bagimu, Kyuhee." Ujar Minhyun yang selalu pengertian. Entah kenapa timbul rasa senang di dalam hatiku setelah menyadari seseorang yang benar-benar mengerti situasiku. Aku membalas Minhyun dengan senyuman.

"Aku harus kembali bekerja, Sunbae. Jam istirahat makan siangku sudah hampir berakhir." Ujarku lalu bangkit sambil membawa peralatan makananku kembali.

"Kau benar. Aku harus segera menyelesaikan makananku yang sudah dingin ini." Balas Minhyun sambil menatap makanannya yang sudah dingin akibat sibuk menemani Jangmi berbicara. Aku jadi merasa kasihan padanya.

Setelah berpamitan dengan Minhyun, aku berjalan mengembalikan alat makananku. Tepat pada saat itu, aku merasa beberapa pasang mata tengah memperhatikanku. Tubuhku berhenti dengan reflek lalu menoleh ke arah kananku. Beberapa karyawan yang berkumpul pada satu meja itu mengalihkan pandangannya lalu berusaha bersikap biasa. 

Aku melanjutkan langkahku kembali. Walaupun tanpa melihatnya langsung, dari sudut mataku aku dapat melihat sekumpulan orang itu saling berbisik satu sama lain. Ini bukan pertama kalinya para pegawai lain mulai membisikkanku. Entahlah, aku tidak ingin ambil pusing apa yang mereka bisikkan tentangku. Lagipula, tidak ada hal yang baik yang akan mereka bisikkan tentangku.

***

"Choi.. Kyuhee" Aku mengalihkan pandanganku dari layar komputerku ke asal suara. Ia salah satu teman yang berada di departemen yang sama denganku. Jika tidak salah ia bernama... Kim Chaeyoung. Walaupun sudah bekerja selama hampir satu bulan, aku masih sulit mengingat nama-nama rekanku dan mereka sendiri juga terlihat begitu. Er.. mereka tipe yang sulit untuk didekati dan aku tipe yang sulit berteman. Hhh..

"Ada yang bisa kubantu?" 

***

To be continued...

CONNECTED [Kang Daniel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang