33. Preparation

94 9 0
                                    

"Kak.." Suara Minjoo yang memanggil membangunkanku begitu saja. Yah, aku tipe manusia yang gampang sekali terbangun dengan suara kecil sekalipun. Terkadang aku merasa bangga dengan kemampuanku yang membuat kemungkinan untukku terlambat bangun kecil tapi ada juga saat dimana aku merasa kesal dengan kemampuanku itu, aku menjadi sulit tertidur atau terbangun begitu saja padahal aku sangat membutuhkan tidur.

"Kak.." Panggil Minjoo lagi karena aku tidak meresponnya pada panggilan pertama. Aku tetap diam tidak merespon karena saat ini sangat mengantuk dan aku berniat untuk kembali tertidur lagi.

"Kakak..!" Kali ini Minjoo meninggikan suaranya hingga akhirnya membuatku mengacak-acak rambutku dengan gusar. Apa dia tidak mengerti saat ini aku sedang membutuhkan waktu untuk tidur? Padahal ia melihat sendiri aku baru tertidur pukul empat dini hari.

"Ada apa Minjoo! Kau tau aku baru saja tertidur, bukan?" Ujarku jengkel menatap Minjoo. Mataku terasa perih dan kepalaku terasa pusing sekarang. Minjoo menunjukkan wajah jengkelnya padaku. Kenapa ia menunjukkan raut wajah seperti itu? Ia tidak punya hak menunjukkan raut wajah yang seperti itu padaku.

"Kau seharusnya berterimakasih padaku, bukan sebaliknya. Apa kau lupa kau harus bersiap-siap ke acara pertunangan temanmu? Kau sendiri yang memintaku untuk membangunkanmu jika kau tertidur dan apanya yang sedang mencoba tertidur, kurasa kau sudah mendapatkan waktu tidur yang cukup!" Ujar Minjoo dengan nada sama kesalnya denganku. Aku terdiam sejenak lalu melirik ke arah jam bekerku. Sudah pukul tiga sore sedangkan acara dimulai pukul 6. Astaga, kenapa aku seceroboh ini?! Padahal aku sudah mencoba untuk mengantisipasi hal yang seperti ini bahkan sehari sebelumnya Jangmi sudah mengingatkanku.

Aku meraih ponselku lagi untuk menghubungi Silla, tapi gadis itu tidak menjawab panggilanku sama sekali. Astaga, kenapa disaat seperti ini dia tidak kunjung mengangkat panggilanku? Aku harus meminjam gaun padanya. Aku terus mencoba menghubungi gadis blasteran itu tapi ia tetap tidak menjawab panggilan dariku. Aku kembali menatap jam, argghh.. tidak ada waktu lagi. Aku beranjak dari tempat tidurku untuk membersihkan diri dan bersiap menuju rumah Silla sambil menghubungi Yoobi. Jika gadis blasteran itu tidak bisa, maka Yoobi sebagai penggantinya. Urgh, kenapa aku harus lupa meminjam gaun pada mereka sebelumnya.

Jika Silla tidak menjawab panggilanku, maka Yoobi tidak bisa dihubungi sama sekali. Aku menepuk jidatku dengan frustasi, sepertinya memang ada yang salah dengan otakku. Kenapa yang kulakukan belakangan ini hanya lupa, lupa dan lupa? Yoobi sedang berada di luar negeri karena pekerjaannya! Pantas saja tidak bisa dihubungi sama sekali. Astaga, sepertinya aku harus tidur tepat waktu dengan waktu yang wajar jika memiliki waktu libur.

Aku terus menempelkan ponselku di telingaku saat melangkah menuju pintu sambil memasang sepatuku. Tepat saat aku membuka pintu tiba-tiba sudah ada beberapa orang yang berdiri untuk mengetuk pintu rumahku. Aku mengerutkan keningku. Orang-orang ini terlihat membawa barang-barang yang cukup banyak.

"Nona Choi Kyuhee?" Tanya seorang wanita yang berada tepat di hadapanku sambil tersenyum ramah. Aku menjauhkan ponselku dari telingaku lalu menganggukkan kepalaku pada wanita itu.

"Benar. Err.. apa ada yang bisa kubantu?" Ujarku dengan ragu-ragu sambil menatap ke orang-orang yang berada di depan rumahku satu persatu. Apa aku tidak sengaja sudah menjadi nama penjamin pinjaman? Wanita itu tersenyum lagi setelah melihat reaksiku.

"Begini nona, kami di utus oleh nona Jangmi untuk mengantarkan gaun ini pada anda dan juga membantu anda mempersiapkan diri sebelum datang ke acaranya nanti." Jelas wanita itu padaku dengan ramah. Aku mengerutkan keningku lagi. Untuk apa Jangmi bersusah payah memberikanku gaun dan membawa penata rias ini ke hadapanku? Bukankah hal seperti ini akan memakan banyak biaya sementara Jangmi berada di posisi yang sama denganku? Gaji Jangmi tidak akan cukup untuk membeli gaun serta menyewa orang-oran ini. Apa mereka saat ini sedang berusaha menipuku? Tapi dari mana ia tau nama Jangmi dan acara itu?

"Jangan Khawatir, nona. Kami tidak sedang menipumu. Nona Jangmi tidak bisa dihubungi saat ini karena ia sedang bersiap-siap untuk acara nanti maka dari itu nona Jangmi sudah mempersiapkan rekaman ini sebagai bukti" Ujar wanita itu sambil menyerahkan rekaman suara Jangmi yang mengkonfirmasi dirinya memang mengirim orang ini untuk membantuku. Aku kehilangan kata-kata. Bagaimana Jangmi bisa membaca reaksiku seperti ini dari bagaimana aku menebak orang-orang ini sebagai penipu dan kesulitan dalam gaun dan riasan. Dia benar-benar memperhatikanku selama ini seperti seorang kakak.

"Jadi bagaimana nona? Apa anda mengizinkan kami?" Tanya wanita itu lagi. Aku yang semula masih tidak percaya dengan apa yang terjadi kembali pada diriku sendiri lalu menganggukkan kepalaku dengan canggung. Wanita itu kembali tersenyum lalu memerintahkan para pegawainya masuk ke rumahku.

Sampai di dalam, mereka langsung membuka peralatan mereka satu per satu yang membuatku takjub. Aku tidak pernah memikirkan ada begitu banyak alat riasan beserta kosmetik yang digunakan untuk merias satu orang. Wanita yang berada di hadapanku tadi membuka kotak yang ia pegang lalu menunjukkan sebuah gaun berwarna biru langit padaku kemudian disusul dengan sepasang sepatu dan perhiasan. Gaun itu begitu indah.. aku yakin harganya sangat mahal belum lagi dengan sepatu dan perhiasan yang terlihat memang cocok dengan gaun itu. Bagaimana bisa Jangmi membuang uang yang sangat banyak untukku?

Saat orang-orang itu mulai meriasku, Minjoo akhirnya keluar untuk melihat apa yang terjadi. Ia berpura-pura keluar untuk minum lalu kembali ke kamar, anak itu sangat mudah dibaca. Akhirnya rasa penasaran mengalahkannya.

Dua jam berlalu, tapi saat ini aku masih terjebak dengan semua alat-alat dan kosmetik ini. Aku mencengkram kedua tanganku sambil berusaha untuk membuka kedua mataku agar tidak terpejam. Ugh, berapa lama lagi ini akan berakhir.. mataku..

"Nona.. tolong jangan pejamkan mata anda." Ujar salah satu pegawai yang saat ini sedang memasangkan eyeliner pada mataku. Ia terlihat berusaha sabar memasangkan benda seperti spidol itu pada mataku. Aku tidak mengerti, kenapa para wanita itu bisa terlihat biasa saja saat mencoret-coret matanya dengan spidol ini. Ini benar-benar menyakitkan belum lagi sebelumnya mereka memasangkan kontak lensa pada mataku. Aku yakin saat ini mataku bewarna merah.

"Apa sudah selesai?" Tanyaku pada pegawai itu. Wanita itu tersenyum ramah sambil mengangguk lalu mengambil peralatan lain yang terlihat seperti gunting tapi seperti penjepit di bagian atas, argh aku tidak tau namanya yang jelas saat ini penyiksaan terhadap mataku tidak berakhir begitu saja.

"Nona, apa anda mengalami kesulitan?" Tanya wanita yang pertama kali padaku setelah mengetuk pintu. Aku menatap bayanganku di cermin. Walaupun belum sempurna, tapi dengan riasan dan hairstyle-ku ditambah gaun yang aku tidak yakin sudah kukenakan dengan benar ini membuatku takjub. Aku terlihat berbeda hingga aku tidak mengenali siapa yang ada di cermin saat ini. Aku sangat menyukai gaun ini, karena tidak hanya warnanya sesuai denganku tapi desainnya yang tidak terbuka dan simpel sangat cocok dengan tipe pakaian yang kusenangi. Aku melihat ke sisi kanan lalu ke sisi kiriku. Setelah yakin tidak ada yang salah aku membuka pintu kamarku.

"Apa begini cara memakainya? Maaf, aku tidak terbiasa dengan gaun."

***

To be continued...

CONNECTED [Kang Daniel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang