29. New

67 9 0
                                    

"Wah, Perkataanmu sama seperti yang dikatakan Jihyun saat itu. Apa kau reinkarnasi Jihyun?" Ujar Seongwoo berpura-pura kaget. Orang ini.. bisa-bisanya membuat candaan pada orang yang sudah meninggal. Hhh.. walau begitu, aku tau ia bermaksud untuk menghiburku.

"Tentu saja, bukan. Aku terlihat sangat jauh berbeda dengan Jihyun, sunbae." Ujarku dengan nada jengkel. Aku sangat tau aku jauh berbeda dengan Jihyun yang terlihat ceria, ramah, outgoing dan feminine. Sangat bertolak belakang denganku yang serampangan.

"Jadi maksudku menceritakan masa lalu Daniel padamu agar kau mengerti Daniel benar-benar tidak berniat untuk memperlakukanmu seperti itu. Ia hanya.. yah, menurutku merasa takut kejadian seperti dulu terulang kembali, kau akan memilih untuk dekat dengan Minhyun seperti yang Jihyun lakukan." Jelas Seongwoo. Aku menganggukkan kepalaku dengan pelan. Kurasa, aku mulai mengerti. Ia sudah pasti merasa kejadian waktu itu akan terulang lagi. Aku menyadari tatapan Seongwoo yang tengah mengamati reaksiku lalu tersenyum.

"Sunbae.. kau membuatku takut setiap kali kau terlihat mengamatiku lalu tersenyum seperti itu." Ujarku membuat tatapan takut di hadapan Seongwoo. Pria itu justru terkekeh.

"Kupikir aku sudah menjelaskan cukup jelas, tapi kau terlihat masih belum mengerti." Ujar Seongwoo yang justru membuatku bingung. Aku mengkerutkan kening. Apa masih ada yang aku lewatkan? Kurasa, aku sudah mendapatkan semua yang ingin kuketahui.

"Daniel takut kau akan lebih memilih Minhyun dari pada dirinya sendiri, seperti yang dilakukan Jihyun. Bukankah itu berarti ia sudah menganggap kau adalah orang yang penting baginya?" Perkataan Seongwoo membuatku terbungkam. Apa benar begitu? Seongwoo tidak sedang berusaha menghiburku lagi, bukan? Tolong, jangan tinggikan harapanku lagi jika hanya untuk dijatuhkan kembali.

"Sunbae.. kau tidak perlu menghiburku sampai seperti itu. Aku sudah tau bagaimana Daniel sunbae menganggapku." Ujarku lemah lalu tersenyum tipis.

"Ayolah, Kyuhee. Mana yang lebih kau percaya, ucapan atau tindakan?" Perkataan Seongwoo lagi-lagi membuatku terbungkam. Tentu saja aku lebih percaya tindakan. Tidak semua ucapan mengatakan sebenarnya. Tapi... Tidak, aku tidak boleh membuat harapan lagi. Aku tidak mau merasakan sesak itu lagi.

"Aku menghargai niat baikmu, sunbae tapi menurutku lebih baik aku melupakan perasaan itu pada Daniel sunbae. Lagipula, ia sudah tidak disini lagi." Ujarku lagi pada Seongwoo. Pria Ong itu tidak mengatakan apapun setelah itu. Ia sudah menjelaskan semuanya sebanyak yang ia mampu tapi ini pilihanku. Kurasa aku harus merelakan perasaan yang seharusnya tidak pernah ada.

***

Aku memfokuskan mataku pada layar komputer dihadapanku. Jari-jariku dengan lincah mengetik kata demi kata tanpa jeda sedikitpun. Sedikit lagi, maka laporan yang harus kuserahkan akan selesai. Mataku sesekali melirik jam dinding yang terus berputar. Tinggal beberapa menit lagi. Aku harus cepat.

"Kyuhee!" Tiba-tiba seseorang muncul memanggil namaku dengan riang dari sampingku. Aku hampir saja jatuh dari kursiku jika tidak berpegangan pada meja.

"Jangmi.. tolong berhenti membuatku terkejut seperti itu." Ujarku lalu menghela nafas sambil merilekskan kembali jantungku. Gadis yang bernama Jangmi itu terkekeh lalu mengelus kepalaku dengan lembut.

"Maaf.. maaf, kau terlihat sangat serius hingga membuatku tidak tahan untuk tidak menjahilimu." Ujar Jangmi lalu menatap layar komputerku yang penuh dengan ketikan. Aku membenarkan posisi dudukku lalu melanjutkan kembali ketikanku yang hanya tinggal dua baris lagi lalu segera menyimpannya.

"Ayo." Ujarku bangkit dari kursi lalu berjalan bersama Jangmi menuju cafeteria.

Empat tahun berlalu begitu saja, aku berhasil menyelesaikan perkuliahanku lalu segera mencari kerja hingga akhirnya aku berhasil bekerja di salah satu perusahaan terkenal yaitu J&R Corporation. Sudah setahun bekerja, tapi aku masih sulit mempercayai aku bisa lulus dan bekerja di perusahaan besar ini. Hhh.. mungkin ini dinamakan keberuntungan.

Silla memilih untuk bekerja sebagai designer di Haupt Corporation sedang Yoobi sejak awal ia sudah bekerja di perusahaan milik ayahnya. Walau bekerja di perusahaan milik ayahnya sendiri, gadis Min itu tidak langsung berada di posisi atas melainkan memulai dari bawah.

Tidak banyak yang berubah setelah aku memulai kehidupan pekerja. Permasalahan dirumahku perlahan memudar karena aku sudah mencoba untuk memaafkan ayahku tapi tidak dengan status barunya. Aku juga masih sering berkumpul bersama dengan Silla dan Yoobi bila memiliki waktu luang yang sama walau kadang sangat sulit mengajak mereka kembali berkumpul karena mereka juga ingin menghabiskan waktu luang mereka bersama pacar mereka masing-masing. Hhh.. dan tentunya aku masih saja seorang diri. Yah, itu pilihanku. Kurasa, aku masih sulit untuk membunuh perasaan empat tahun yang lalu.

"Apa kau bergadang lagi tadi malam? Lingkaran hitam padamu semakin jelas." Ujar Jangmi setelah meletakkan makanannya di atas meja. Aku mengangkat kedua alisku lalu melihat mataku sendiri menggunakan ponselku.

Dia Joo Jangmi, teman baruku setelah memasuki perusahaan ini. Ia memiliki usia lebih tua setahun dibandingkan denganku dan ia adalah orang yang paling dekat denganku hingga aku sudah menganggapnya sebagai kakak. Ia gadis yang ramah dan gampang bergaul dengan orang lain sehingga tidak sulit baginya untuk dekat dengan banyak orang. Jujur saja, aku iri dengan kepribadiannya yang seperti itu.

"Mau bagaimana lagi? Aku harus menyerahkan laporanku kepada Ketua Tim Park setelah jam makan siang dan laporan itu tidak sedikit." Keluhku pada Jangmi lalu menyuapkan makananku. Tak lama kemudian, dua orang pegawai kantor yang berada divisi yang sama denganku dan Jangmi ikut bergabung.

"Ada apa ini? Kenapa wajahmu terlihat kusut seperti itu, Kyuhee?" Tanya Miran yang berada di sampingku.

"Seperti biasa, kau tau siapa penyebabnya." Ujar Donggu sambil menahan senyum. Miran mengangguk-angguk mengerti. Di antara semua divisi, hanya ketua tim divisi kamilah yang.. hm yah, gila kerja. Walaupun ketua tim divisi lain juga sama tegasnya terhadap setiap tugas yang diberikan tapi Ketua tim Park lebih tegas dan perfeksionis. Ia juga terkadang memiliki sikap yang aneh seperti saat aku menyerahkan laporan harus berdiri tepat satu meter dari mejanya lalu memberi salam yang siapapun yang melakukannya akan merasa sangat malu dan masih banyak lagi.

"Aku tidak mengerti kenapa Kyuhee selalu menjadi targetnya." Ujar Miran terlihat berpikir keras memikirkan alasannya. Tiba-tiba aku melihat Jangmi yang sedari tadi mendengar percakapan rekan kerjanya bangkit untuk menerima panggilan. Sepertinya itu panggilan penting.

"Ah, aku tau. Mungkin karena ekspresi Kyuhee yang terlihat angkuh!" Ujar Donggu bersemangat. Miran segera memperhatikanku dengan serius. Hhh.. kenapa dua orang ini tidak berpacaran saja, mereka selalu tertarik dengan hal yang sama. Aku terus melanjutkan makanku tanpa berniat untuk menanggapi percakapan dua orang rekan kerjaku ini. Aku terlalu lapar.

"Kurasa kau benar. Kalau diingat, aku juga merasa jengkel melihat Kyuhee saat pertama kali di terima kerja di sini. Ia yang paling muda di tim kita tapi wajahnya terlihat angkuh." Ujar Miran lalu terkekeh. Aku tidak terkejut lagi dengan hal seperti itu. setiap orang yang baru mengenalku pasti berpikir aku adalah orang yang angkuh karena ekspresiku. Padahal aku merasa biasa saja dan aku yakin aku adalah orang yang ramah.

"Jangmi, kau ingin kemana?" Tanyaku saat melihat Jangmi kembali sambil mengangkat makanannya kembali dengan terburu-buru. Padahal makanan itu belum tersentuh sama sekali. Tapi aneh sekali, ia justru terlihat senang.

"Maaf, aku tidak bisa makan bersama kalian. Ketua Tim Park, memanggilku." Ujar Jangmi tanpa menghilangkan senyum pada wajahnya lalu pergi begitu saja. Bukankah seharusnya kau kehilangan senyum pada wajahmu ketika di panggil atasan di jam makan siang? Apa ia dipanggil karena sesuatu yang baik seperti mendapatkan bonus karena sudah melakukan kerja bagus?

"Kyuhee, menurutmu apa yang Ketua Tim Park katakan pada Jangmi hingga ia pergi dengan wajah berseri seperti itu?" Tanya Miran sambil berbisik di telingaku.

"Mana kutahu. Aku tidak bisa membaca pikiran seseorang." Ujarku pada Miran lalu kembali menyuapkan makananku yang tinggal beberapa suap lagi. Miran terkekeh lalu juga melanjutkan makannya. Apapun yang dikatakan Ketua Tim Park pada Jangmi, pasti itu sesuatu yang menyenangkan hati.

 

***

To be continued...

CONNECTED [Kang Daniel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang