8. Fever

92 14 0
                                    

"Hey Choi Kyuhee, Apa yang salah denganmu?!" Silla mencegahku untuk berdiri. Aku berusaha untuk melawannya. Sayangnya tubuhku sangat lemah hingga untuk berdiri dengan benar saja sudah sangat sulit bagiku.

"Hey, hey ada apa dengan kalian berdua? Kenapa berisik sekali?" Dokter Han membuka tirai dengan wajah jengkelnya. Ia tidak seorang diri saat itu. Kang Daniel muncul bersamanya.

"Sunbae! Kapan kau datang?" Sapa Silla terkejut melihat kehadiran Kang Daniel yang secara mendadak. Daniel hanya membalas sapaan Silla dengan senyuman lalu menatap ke arahku. Aku mengalihkan wajahku darinya.

"Silla kau pulang, sekarang. Aku tau kau memiliki urusan lain." Ujarku dengan nada tegas dan menatapnya dengan serius. Silla terdiam sejenak. Kurasa tebakanku benar. Saat gadis blasteran itu hendak membuka mulutnya, aku melanjutkan perkataanku.

"Aku akan pulang dengan sunbae." Sambungku memutuskan secara sepihak tanpa tau bagaimana tanggapan Daniel. Silla mengalihkan perhatiannya ke Daniel. Aku tau ia sedang meragukan Daniel.

"Tentu saja." Jawab Daniel dengan santai. Tak disangka ia akan setuju begitu saja. Silla terlihat sedikit terkejut. Wajar saja, walaupun Daniel itu orang yang ramah ia tetap seorang senior yang masih asing. Setelah berpikir cukup lama, akhirnya Silla menyerah.

"Baiklah, aku percaya padamu." Ujar Silla membuatku sedikit lega. Gadis itu akhirnya bersiap untuk pergi.

"Awas saja jika setelah aku pergi, kau berani menyuruh sunbae pulang dan mencoba pulang sendiri seperti tadi. Aku akan membongkar semua rahasiamu padaku!" Ancam Silla sebelum benar-benar pergi. Aku tersenyum kaku. Bagaimana ia bisa tau aku berencana seperti itu?

Ruangan kembali hening. Aku tidak mengatakan apapun lagi setelah Silla pergi. Aku mengalihkan perhatianku dengan terus memindahkan alat kompresan di keningku.

"Pantas saja kau tadi tidak datang sambil membawa gelas-gelas Americano dengan ekspresi bodoh seperti biasanya." Ujar Daniel memecahkan situasi canggung. Aku melayangkan tatapan tajamku padanya. Berani-beraninya ia mengataiku bodoh. Ia pikir karena siapa aku terlihat bodoh seperti itu? Aku memilih untuk diam, tidak meresponnya.

"Katakan bila kau tidak suka, mereka tidak akan berhenti jika kau tidak melawan." Lanjut Daniel lalu memberikan jentikan pelan pada keningku.

"Kau tau mereka akan menjual ke-senioritas-an mereka dan terus menindasku dengan alasan itu." Ujarku setelah membungkam beberapa menit. Daniel menghela nafasnya lalu mengacak rambutku pelan.

"Oh, ternyata kalian masih disini rupanya. Daniel sebaiknya kau membawa pacarmu pulang, jam kerjaku sudah habis dan ruangan ini akan dikunci. Atau.. kalian lebih memilih terkurung berdua disini." Ujar dokter Han sambil terkekeh setelah memberikan candaan konyol lalu pergi begitu saja.

"Apa ini saja barang bawaanmu?" Tanyanya padaku. Aku mengangguk pelan. Daniel meraih ranselku lalu mengenakannya dibagian depan tubuhnya.

"Sunbae, aku rasa kau tau bagaimana menggunakan ransel yang benar." Ujarku kebingungan melihat Daniel.

"Lalu?" Tanya Daniel santai. Aku menepuk pelan keningku. Aku menggeleng malas lalu berusaha bangkit dari tempat tidur. Tiba-tiba saja Daniel berjongkok di depanku dengan tangan ditekuk kebelakang. Hal itu semakin membuatku bingung. Apa yang salah dengannya hingga dirinya bertingkah seabsurd ini?

"Naik." Ujar Daniel tanpa merubah posisinya. Huh? Jangan bilang ia ingin aku..

"Apa yang kau tunggu? Naik, cepat." Daniel menoleh ke arahku. Yang benar saja, ia akan menggendongku?

"T-tapi.." Protesku.

"Ayolah, kau membuatku pegal lama-lama seperti ini. Kau tau untuk berdiri saja kesulitan apalagi berjalan." Ujar Daniel yang justru membuatku jengkel. Ia membuatku jengkel karena perkataanya benar. Aku kembali menghela nafas panjang. Aku menyerah. Dengan ragu, aku mulai bersandar pada punggung Daniel lalu mengaitkan tanganku di lehernya. Tak lama kemudian Daniel mengangkatku.

CONNECTED [Kang Daniel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang