18. Upset

83 13 1
                                    

"Sunbae, ini untukmu." Ujarku pada Seongwoo yang terlihat bingung. Ia menatap ke arah Daniel lalu menatap minuman yang ada di tanganku.

"Bukankah itu untuk Daniel?" Tanya Seongwoo lalu meminum minumannya kembali. Aku menarik tangan Seongwoo lalu menyerahkan botol minum itu di tangannya.

"Ia tidak menginginkannya, Jadi untukmu saja." Ujarku lalu pergi meninggalkan Seongwoo yang masih terlihat kebingungan dengan botol minuman yang ada ditangannya. Aku langsung melangkah ke Yeoreum dan Pelatih untuk berpamitan lalu pergi meninggalkan lapangan itu. Aku bisa mendengar beberapa pemain berbisik-bisik dibelakangku.

Dua langkah setelah keluar dari lapangan itu aku segera menyandarkan tubuhku pada dinding lalu berjongkok. Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku. Hhh.. apa yang sudah kulakukan? Kenapa aku jadi ikut marah padanya? Aku menghela nafas panjang. Seharusnya tidak seperti ini. Tidak ada pilihan lain, aku harus menunggunya selesai disini lalu mencoba berbicara lagi. Daniel biasanya keluar di saat semua pemain sudah pergi. Hal itu bagus untuk tidak menarik perhatian.

"Oh, Kyuhee. Kau tidak jadi pulang?" Tanya salah seorang pemain yang tiba-tiba saja keluar dengan pakaian rapi. Kurasa mereka sudah selesai berlatih. Aku menatap jam pada ponselku. Wah, benar.

"Er.. itu.." Aku bingung harus memberikan mereka alasan apa padanya. Yang bisa kulakukan hanya mengelus tengkukku. Entah kenapa orang itu justru tersenyum kepadaku. Apa yang dipikirkannya?

"Kyuhee, fighting!" Ujarnya terlihat menyemangatiku? Ah, pasti mereka juga mengira aku sedang bertengkar dengan Daniel sama seperti Yeoreum pikirkan. Tidak mengherankan. Aku terus menantikan Daniel keluar sambil bersandar pada dinding. Jangan lupakan aku harus menerima tatapan para pemain dan Yeoreum yang terlihat seperti menyemangatiku. Tak lama kemudian, akhirnya Daniel keluar sambil menenteng tas nya.

"Sunbae!" Aku segera membenarkan posisi berdiriku setelah itu langsung melangkah mendekati Daniel agar ia tidak lagi mengabaikanku. Tapi ia tetap mengabaikanku dengan berjalan begitu saja.

"Sunbae, berhenti berjalan cepat! Dengarkan aku!" Aku berusaha mengikutinya yang entah kenapa saat itu berjalan begitu cepat hingga tanpa sadar aku menginjak tali sepatuku sendiri lalu terjatuh. Hhh.. aku terlihat seperti orang bodoh. Pria ini benar-benar menguji ke sabaranku.

Aku dengan geram melihat sekitar lalu mengumpulkan tumpukan salju yang berada tidak jauh dariku lalu membentuknya seperti bola. Bola yang besar tentunya. Sebelum Daniel benar-benar jauh, aku melemparkan bola salju itu dan bola itu berakhir tepat di kepala Daniel. Pria itu seketika berhenti lalu berbalik sambil menyentuh kepalanya yang dipenuhi oleh salju.

"Sekarang kau berhenti Kang Daniel! Kenapa sulit sekali membuatmu mendengarkanku sebentar saja!? Aku tidak akan membuang banyak waktumu. Aku hanya ingin kau berhenti marah pada Seongwoo. Jika kau ingin tetap marah, marah saja padaku!" Ujarku menggunakan bahasa informal padanya. Kesabaranku benar-benar habis.

Aku berdiri perlahan sambil menepuk celanaku. Untung saja lukaku tidak bertambah tapi kakiku terasa sakit. Kurasa aku tidak sengaja membuatnya terkilir. Persetan dengan kakiku. Aku berjalan mendekati Kang Daniel.

"Lagipula kau sendiri yang memaksaku untuk bertanya dan sekarang kau marah karena aku bertanya. Lucu sekali. Apa kau itu anak kecil huh!?" Sambungku lagi tanpa ada sedikitpun rasa takut. Tiba-tiba sebuah tawa mengalihkan perhatianku dan Daniel. Seongwoo muncul sambil tertawa geli di hadapanku dan Daniel. Apa yang salah dengannya?

"Aku tidak tahan lagi. Aku menyerah. Gadis ini memang benar-benar sesuatu." Ujarnya lalu merangkul Daniel.

"Hentikan tawamu itu." Ujar Daniel pada Seongwoo sambil menyeka sisa-sisa salju yang masih ada di kepalanya. Huh? Ada apa ini? Kenapa mereka terlihat akur? Apa mereka sudah berbaikan sebelumnya.

CONNECTED [Kang Daniel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang