38. I Need To Hide

71 14 1
                                    

"Kyuhee, kenapa kau berdiri di tengah terik matahari seperti ini?! Lihatlah, kau terlihat pucat." Ujar Jangmi sambil memegang kedua bahuku. Jangan katakan orang penting yang dimaksud Ketua Tim Park itu adalah Jangmi. Astaga, aku sempat berpikir orang itu adalah rekan bisnis perusahaan ini.

"Jangmi, apa kau yang meminta Ketua Tim Park untuk menyuruhku kemari?" Tanyaku mengabaikan perkataan Jangmi. Jangmi mengangguk pelan terlihat bersalah. Aku mengehela nafas panjang. Syukurlah, orang itu Jangmi.

"Ayo cepat masuk ke mobil, aku khawatir kau akan pingsan bila berlama-lama disini." Ujar Jangmi ingin menuntunku ke dalam mobil tapi aku menahannya. Hal itu membuat Jangmi terlihat bingung.

"Aku tidak bisa, kau lupa aku masih berada di jam kerja?" Ujarku pada Jangmi. Jangmi justru tersenyum padaku.

"Tenang saja, aku sudah meminta izin pada Ketua Tim Park untuk membawamu. Anggap saja saat ini kau sedang bekerja." Ujar Jangmi sambil terkekeh. Aku terdiam menatap Jangmi. Semenjak tadi malam dimana aku mengetahui ia adalah putri dari bosku, ia mulai bertingkah seperti semestinya. Maksudku, Ia tidak hadir bekerja hari ini dan ia bahkan meminta salah satu karyawan milik ayahnya untuk membiarkanku pergi bersamanya. Aku tau ia sedang bersuka cita dengan pertunangannya dengan.. yah, orang itu tapi bukan berarti ia bisa membawa karyawan yang secara kebetulan adalah temannya untuk membolos bekerja seperti ini. Aku merasa di perlakukan berbeda hanya karena aku adalah temannya dan ini bukan pertama kalinya.

"Jangmi maaf, aku tidak bermaksud menolak kebaikanmu tapi bukankah ini salah? Kau membiarkan aku membolos seperti ini hanya karena aku temanmu. Menurutmu bagaimana perasaan Miran dan Donggu bila mereka tau soal ini?" Ujarku dengan hati-hati, takut jika Jangmi tersinggung dengan perkataanku. Jangmi terdiam. Ia terlihat terkejut dan bersalah dengan perkataanku.

"Kau benar, aku seharusnya tidak seperti ini." Ujar Jangmi terlihat kecewa. Hhh.. kini aku yang merasa bersalah melihatnya seperti ini. Aku yakin ia merasa sangat kecewa. Aku menghela nafas panjang.

"Aku akan ikut denganmu tapi hanya untuk kali ini." Ujarku membuat sebuah senyuman pada wajah cantik Jangmi. Gadis itu mulai terlihat senang kembali. Setidaknya kali ini saja, karena ia sudah bersusah payah menjemputku tapi tidak akan ada untuk lain kali. Aku tidak ingin orang menilai aku memanfaatkan Jangmi karena aku temannya.

Jangmi segera mendorongku masuk ke dalam mobil bagian belakang. Aku membenarkan posisi dudukku sambil memasang sabuk pengaman. Aku mengerutkan keningku saat melihat Jangmi tidak duduk di sampingku melainkan di samping supir. Kedua mataku membulat dengan sempurna saat melihat siapa yang ada di hadapanku.

"Oh ya, aku lupa mengatakan Daniel juga ikut bersama kita." Ujar Jangmi sambil tersenyum. Aku mengalihkan pandanganku ke jendela mobil, berusaha untuk bersikap tenang. Kenapa Jangmi membawaku disaat ia juga membawa Daniel? Bukankah aku akan menjadi pengganggu bila mereka ingin bermesraan? Astaga, aku tidak mengerti lagi dengan jalan pikiran Jangmi.

"Kyuhee?" Panggil Jangmi menoleh ke arahku karena aku tidak meresponnya.

"Uh, kita ingin kemana?" Ujarku segera agar Jangmi tidak menyadari kegugupanku.

"Kita akan makan siang di suatu tempat, aku yakin kau akan suka dengan makanan di sana." Ujar Jangmi dengan semangat. Aku sesekali melirik ke arah Daniel yang sesekali tersenyum melihat Jangmi. Kenapa pria ini tidak protes pada tunangannya untuk membiarkan pengganggu sepertiku ikut?

"Err.. Jangmi, bukankah aku hanya akan mengganggu kalian berdua?" Ujarku lagi. Aku tau niat baik Jangmi tapi apa ia tidak berpikir akan membuat suasana canggung bila membawaku? Ugh, aku tidak tau harus berkata apa. Sepertinya aku memang ditakdirkan menjadi roda ketiga di setiap kencan teman-temanku. Kali ini menyakitkan karena pasangan temanku adalah orang yang kusukai selama empat tahun belakangan ini walaupun sudah ditolak secara tidak langsung.

"Kyuhee, kenapa kau berkata seperti itu? Kau tidak mengganggu sama sekali karena aku memang sengaja membawamu." Ujar Jangmi. Aku menyerah. Mau bagaimanapun aku mengatakannya pada Jangmi, gadis Joo ini tidak akan mengerti. Aku menyentuh keningku dengan lemah. Tanpa sengaja aku menatap ke arah cermin yang ada di depan dan melihat Daniel menekukkan bibirnya. Apa.. baru saja ia sedang menertawakanku?

"Daniel, Apa kau bisa pergi lebih dulu. Aku harus ke toilet bersama Kyuhee." Ujar Jangmi sesaat setelah sampai di restoran yang di tuju sambil menahanku. Daniel terlihat bingung awalnya lalu mengangguk dan pergi meninggalkan aku dan Jangmi. Jangmi menatap Daniel, seperti memastikan pria itu menjauh dariku dan Jangmi.

"Jangmi, ada apa?" Tanyaku setelah melihat sikap aneh Jangmi. Jangmi melepas nafas lega.

"Kyuhee, maafkan aku. Aku tidak bermaksud membuatmu merasa menjadi pengganggu. Aku hanya.. aku hanya berpikir jika kau juga ikut bersamaku akan membuat rasa gugupku berkurang. Kau tahu, aku terlalu gugup untuk makan berdua saja bersama Daniel. Aku takut ia berpikir aku membosankan karena aku hanya diam karena gugup." Jelas Jangmi mengenai kekhawatirannya. Sekarang aku mengerti, Jangmi ingin aku membuatnya menemukan topik pembicaraan saat bersama Daniel. Ia takut Daniel tidak menyukainya. Jangmi benar-benar menyukai Daniel. Ya tuhan, apa yang harus kulakukan?

"Aku mengerti. Berhentilah merasa bersalah, Jangmi." Ujarku pada Jangmi sambil mencoba tersenyum padahal sebenarnya sulit. Aku merasa seperti pengkhianat. Andai aku bisa merubah perasaanku semudah merubah suasana hatiku. Setelah melihat reaksiku, Jangmi segera menggandengku menyusul Daniel.

Aku hanya diam sambil mengaduk-aduk makanan yang ada di hadapanku. Aku tidak berselera untuk memakan makanan asing ini. Aku butuh nasi dan sup untuk makan siangku tapi apaboleh buat. Aku tidak bisa menjadi pemilih saat ini. Hhh.. keadaan semakin membuatku sulit membuka mulutku saat kulihat Jangmi sedang berbincang ria dengan Daniel. Ia tidak terlihat seperti yang ia katakan sebelumnya, lalu apa gunanya aku disini? Situasi macam apa ini? Aku menjadi merasa menyedihkan.

"Kyuhee?" Suara Jangmi menghentikan kegiatan tidak jelasku. Aku melayangkan tatapanku pada Jangmi dan Daniel yang sedang menatapku secara bergantian.

"Apa makanannya tidak enak?" Tanya Jangmi padaku. Kini pandanganku teralih ke arah makanan dihadapanku. Aku menggelengkan kepalaku sambil tersenyum kaku.

"Ah, tidak. Makanan ini tentu saja enak." Celotehku lalu memaksakan diri menyuapkan makanan itu ke dalam mulutku. Ugh, ingin rasanya aku memuntahkannya kembali jika saja Jangmi dan Daniel tidak ada.

"Kau tidak perlu memaksakan diri untuk memakannya jika memang tidak sesuai dengan seleramu." Setelah sekian lama membungkam padaku, kini Daniel sudi mengeluarkan suaranya untukku. Wah, ternyata ia masih menganggapku ada. Aku melirik sejenak ke arahnya lalu menunjukkan senyum palsuku padanya tanpa mau menyusahkan diri untuk membalas ucapannya.

"Daniel, benar. Kau tidak perlu memaksakan diri. Apa kau ingin mengganti menu lain?" Tanya Jangmi. Aku langsung menggelengkan kepalaku dengan semangat. Tidak, bukan itu yang kumaksud. Aku hanya tidak ingin memakan masakan asing ini. Mengganti menu hanya aku menambah makanan yang terbuang.

"Tidak, tidak perlu. Aku sudah merasa kenyang." Tolakku. Jangmi hanya menghela nafas panjang melihatku. Ya tuhan, aku ingin segera kembali ke kantor. Terjebak disituasi seperti ini lebih menyusahkan dari pada terjebak di ruangan Ketua Tim Park. Aku mencoba mengalihkan perhatianku pada pemandangan yang terpapar di sampingku sambil meminum air putih untuk menghilangkan rasa pusingku.

"Oh iya, aku mendengar tadi malam kau pulang karena mabuk. Kyuhee, kenapa kau bisa mabuk? Apa kau tidak sengaja minum minuman yang beralkohol?" Tanya Jangmi tiba-tiba membuatku hampir menyemburkan air yang ada di dalam mulutku. Siapa orang sialan yang memberitahu Jangmi mengenai itu? Ugh, aku merasa malu karena jika Jangmi tau maka Daniel juga. Ia pasti merasa aku adalah orang yang menyedihkan.


***

To be continued...

CONNECTED [Kang Daniel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang