4. Beginning

99 20 0
                                    

"Kau ingin kemana, hm?" Ujar orang itu yang tak lain adalah Kang Daniel sambil tersenyum mengerikan. Tubuhku seketika membeku.

"Ah, itu.. bukankah sunbae menyuruhku menunggu di gerbang? Aku ingin ke sana, haha." Ujarku beralasan yang kurasa itu tidak berguna. Kang Daniel tidak terlihat seperti ia akan percaya dengan alasan bodoh itu.

"Ikut aku." Daniel menyeretku begitu saja tanpa meminta persetujuanku terlebih dahulu. Pria ini benar-benar. Apa ia tidak bisa mengijinkanku berjalan dengan benar? Bersyukur, tidak terlalu banyak orang di sekitar sini.

"Masuk." Daniel membuka pintu mobilnya lalu mendorongku begitu saja masuk ke dalam. Kurasa ia sudah lupa bahwa yang ia dorong masuk seperti karung beras ini adalah manusia. Aku membenarkan posisi dudukku lalu perasaan déjà vu muncul begitu saja. Ugh, ini adalah tempat kejadian perkara dan tempat itu sudah bersih bahkan terlihat seperti baru.

Saat melihatku yang mulai kembali depresi, Daniel malah menunjukkan senyum miringnya. Orang ini pasti sedang merencanakan sesuatu yang pasti akan menyusahkanku. Hhh.. yang bisa kulakukan hanya pasrah.

Daniel mulai menyalakan mobilnya yang membuat nafasku tercekat. Aku tidak ingin merasakan pengalaman gila itu lagi. aku masih menyayangi jantungku. Aku menggenggam kuat sabuk pengaman, bersiap-siap merasakan pengalaman gila itu lagi tetapi anehnya hal itu tak terjadi.

Daniel mengendarai mobilnya seperti orang normal. Maksudku, ia mengendari mobilnya dengan baik seperti orang yang taat lalu lintas. Aku melayangkan tatapan bingung ke arahnya dan kurasa ia tau. Ia terlihat seperti menikmati ekspresi bodohku.

Cukup lama diperjalanan, akhirnya mobil dikendarai oleh Daniel berhenti di sebuah café yang berada jauh dari kampus. Dari sekian banyak café, kenapa ia harus memilih yang sangat jauh dari rumahku? Ugh, aku harus naik bus dua kali untuk sampai ke rumah.

"Oh, Daniel! Ada apa ini? Kau membawa seorang nona muda, pacarmu?" Tanya seorang pria paruh baya yang terlihat seperti pemilik café ini.

"Tidak, hanya... seorang junior." Jawab Daniel sambil melihat ke arahku. Aku mengerutkan dahiku. Apa maksudnya dengan nada menggantung yang seperti itu?

"Oho? Baiklah, kalian berdua ingin pesan apa?" Tanya paman itu sambil tersenyum ramah.

"Aku Ice Americano seperti biasa." Jawab Daniel santai lalu ia melihat ke arahku seperti -'bagaimana dengan kau?'-

Aku menggelengkan kepalaku. Dalam situasi seperti ini bagaimana bisa aku memesan sesuatu? Lagipula aku tidak bisa membeli makanan atau minuman disini, itu hanya akan menguras uang jajanku. Ditambah, aku pasti harus membayar uang ganti rugi untuk kejadian waktu itu. aku benar-benar harus menghemat uangku.

"...Caramel Macchiato untuknya." Lanjutnya tanpa izinku. Aku membulatkan mataku pada Daniel. Pria ini, apa ia tidak tau arti dari menggeleng? Hhh.. sekarang aku harus membayar sebuah Caramel Macchiato karenanya.

"Um.. sunbae, bukankah kau mengajakku ke sini untuk membicarakan sesuatu?" Ujarku tanpa berbasa-basi sedikitpun. Aku benar-benar tidak punya waktu untuk berbasa-basi.

"Ini dia, Silahkan dinikmati." Tak lama paman pemilik café itu meletakkan pesanan Kang Daniel di atas meja. Tapi itu..

"Cheese cake?" Tanya Daniel.

"Anggap aja sebuah service karena kau pertama kalinya membawa seorang gadis ke sini." Jawab paman itu sambil terkekeh.

Sepertinya paman ini salah paham sama seperti bibi di rumah Daniel dan juga Seongwoo. Kenapa orang-orang terus mengalami salah paham?

"Wah, bukankah kau beruntung?" Ujar Daniel sambil menyeruput Ice Americano di hadapannya.

"T-terima kasih, paman." Aku memaksakan sebuah senyuman kepada pria paruh baya itu. Walaupun sudah salah paham, tapi ia sudah berniat baik memberiku sebuah kue gratis. Setelah memastikan paman itu meninggalkan aku dan Daniel, aku menatap Daniel menantinya untuk berbicara.

CONNECTED [Kang Daniel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang