31. Remain

70 12 2
                                    

"Ada apa dengan hidungmu, Kyuhee?" Tanya Jangmi saat melihat hidungku yang di tempeli dengan plester. Aku dengan reflek menyentuh hidungku yang sesekali berdenyut.

"...Aku tidak sengaja menabrak seseorang saat terburu-buru ke halte bus." Ujarku santai. Tiba-tiba tawa Jangmi pecah. Aku sudah menduga ia akan menertawakanku. Tidak mengherankan, kejadian konyol selalu terjadi padaku.

"Astaga, maafkan aku. Kupikir akan mendengar alasan seperti kau habis berkelahi dengan seseorang dan tidak sengaja melukai hidungmu." Ujar Jangmi berusaha menahan tawanya. Terkadang aku tidak mengerti dengan imajinasi Jangmi. Imajinasinya terlalu ekstrem. Kurasa aku lebih senang hidungku terluka karena alasan konyol dari pada seperti yang Jangmi bayangkan. Aku akui, aku memang terlihat angkuh dan tidak ramah tapi bukan berarti aku orang yang senang dengan kekerasan setiap kali merasa buruk. Aku hanya melakukan kekerasan jika sudah pada waktunya.

"Lalu kau? Apa yang membuat wajahmu merona dan tersenyum seorang diri seperti itu?" Tanyaku yang langsung membuat Jangmi salah tingkah. Tingkah lakunya kentara sekali. Sejak tadi pagi ia selalu menatap ponselnya seperti menantikan pesan dari seseorang lalu setelah menerima pesan itu ia tersenyum seorang diri.

"Oh, kau menyadarinya?" Ujar Jangmi terkekeh. Aku membalasnya dengan mengangguk sambil menopang kepalaku dengan tangan.

"Seseorang yang special bagiku baru saja pulang. Aku sangat senang hingga ke tahap membuatku selalu tersenyum sendiri setiap mengingatnya." Ujar Jangmi terlihat seperti mengenang sesuatu. Gadis ini sedang jatuh cinta. Hmm.. aku tidak menyangka hal seperti ini juga terjadi pada Jangmi dalam waktu dekat ini. Kapan hal seperti ini terjadi... ah, tidak, tidak. Ada apa denganku? Aku seharusnya tidak berpikir untuk merasakan hal itu lagi. Aku tidak siap.

"Kyuhee, Menurutmu aku harus memberikan apa padanya? Aku ingin sekali memberikan sesuatu padanya. Semacam hadiah selamat datang karena sudah pulang?" Celoteh Jangmi padaku.

"Jangmi, kau salah bertanya pada seseorang seperti aku. Aku belum pernah berpacaran sebelumnya, kau ingat? Aku tidak memiliki petunjuk mengenai hal seperti ini. Bagaimana jika kau menanyakan hal ini pada Miran, kurasa ia akan memberikan saran yang lebih dipercaya." Jelasku pada Jangmi sambil tertawa canggung. Pengalamanku mengenai percintaan adalah nol besar. Aku tidak ingin hubungan Jangmi dan pacarnya berubah menjadi buruk karena saran dari seseorang yang tidak pernah berpacaran sepertiku.

"Oh, Kyuhee.. kau tidak seharusnya berpikiran seperti itu. Apapun saranmu aku akan menghargainya." Ujar Jangmi sambil menyentuh bahuku dengan senyuman. Aku membalas senyumannya. Bagaimana bisa aku tidak terbuka dengan orang sepertinya? Dia orang yang sangat baik.

"Baiklah, tapi jangan salahkan aku jika saranku membuat pacarmu kecewa." Ujarku pada Jangmi. Gadis itu terkekeh lalu mengangguk padaku.

"Kalau begitu kau harus menemaniku untuk mencarinya setelah jam kerja kita selesai." Ujar Jangmi dengan semangat. Aku tertegun sejenak. Sepertinya aku melupakan sesuatu.

"Astaga, aku hampir saja lupa. Jangmi, bagaimana jika besok saja? Aku sudah memiliki janji dengan temanku untuk bertemu nanti." Ujarku tidak enak. Tiba-tiba Jangmi memasang wajah cemberut. Astaga, apa ia akan marah padaku?

"Baiklah, tapi besok kau harus benar-benar mengosongkan jadwalmu untuk menemaniku." Ujar Jangmi tersenyum lalu berpura-pura marah padaku. Aku terkekeh lalu mengangguk padanya.

***

Aku duduk sambil melipat kedua tanganku dengan malas. Aku juga sudah beberapa kali mendengus melihat situasi yang kuhadapi saat ini. Aku mengalihkan pandanganku ke kanan tapi pemandangan yang menyebalkan  menyambut mataku. Ku alihkan pandangan ke depan hal yang sama juga terjadi dan saat ku hadapkan ke kiri, seseorang yang menyebalkan mengusikku tidak hentinya. Urgh, kenapa aku bisa berada di situasi seperti ini?

CONNECTED [Kang Daniel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang