Setelah selesai makan, Nayya dan Clara langsung kembali ke kelas, sementara Dinda dan Alwi masih berada di kantin.
"Emm Din." Panggil Alwi
"Ya?"
"Gue mau ngomong sesuatu sama lo, boleh?" Ucap Alwi gugup
"Emm ya boleh aja lah, emang mau bilang apa Wi?" Tanya Dinda juga gugup
"Gini, jadi semenjak awal masuk kelas X, gue.. gue udah suka sama lo. Awalnya gue gak yakin sama perasaan ini, tapi setelah gue pastikan, ternyata benar kalau gue emang suka sama lo, buktinya gue cemburu saat ngeliat cowok lain dekat sama lo. Jadi.." Alwi menggantung kan ucapannya yang semakin membuat Dinda deg-degan
"Jadi..?" Tanya Dinda
"Jadi, lo mau gak jadi pacar gue?"
Deg
"Seriusan ini Alwi nembak gue? Haduh gimana dong ini! Nayya kan suka sama dia, masa iya gue nerima si Alwi." Batin Dinda
Melihat tidak ada respon dari Dinda, Alwi menghembuskan nafas nya kasar, lalu berkata, "Kalo lo gak mau juga gak apa-apa kok, gue terima apapun keputusan lo."
Masih tidak ada respon yang diberikan Dinda, saat ini dia benar-benar bingung harus menjawab apa.
"Yaudah kalau gitu gue pergi dulu ya, makasih udah buat gue merasakan cinta setelah lama perasaan ini mati." Ucap Alwi lirih
"Maaf." Akhirnya Dinda bersuara lagi, meskipun bukan kata itu yang diinginkan Alwi.
Alwi berusaha tersenyum tulus, lalu berkata, "Iya gak apa-apa kok, kalaupun kita gak bisa jadi sepasang kekasih, kan kita masih bisa sahabatan ya gak?" Ucapnya berusaha untuk menghibur dirinya sendiri
Dinda hanya bisa menganggukan kepalanya, tidak lama kemudian Alwi pergi dari sana.
"Maaf gue gak bisa terima lo Wi, gue cuma gak mau nyakitin hati sahabat gue, kalau boleh jujur sebenarnya gue juga suka sama lo, tapi gue gak mau jadi orang yang egois." Ucap Dinda setelah Alwi pergi
---
Sakit. Itu lah yang dirasakan oleh Alwi saat ini. Sakit saat mengetahui orang yang dicintainya ternyata tidak mencintainya, tapi apa boleh buat, bukankah cinta itu tidak bisa dipaksakan?
Setelah mengutarakan perasaannya pada Dinda, Alwi tidak langsung pergi ke kelas, melainkan ke roof top. Saat ini dia sedang berusaha untuk menenangkan perasaan nya. Ekspektasi nya untuk bisa memiliki Dinda hancur seketika setelah mengetahui perasaan Dinda yang sebenarnya.
"Akhh.. kenapa lo gak mau sih Din? Gue kurang apa coba? Gak, pokoknya gue harus bisa dapatin lo, gimanapun caranya, ya HARUS." Ucap Alwi di sertai dengan senyum devil nya.
Setelah dirasa sudah tenang, Alwi kembali masuk ke kelas dengan memasang wajah datar nya.
---
"Hah? Seriusan lo di tembak sama Alwi Din?" Ucap Clara tidak percaya. Ya memang setelah dari kantin, Dinda langsung pergi ke kelas dan menceritakan kejadian tadi pada kedua sahabatnya itu.
"Ya iya lah, masa iya gue bohong sama kalian."
"Terus gimana? Lo terima?" Tanya Nayya hati-hati
"Gak." Jawab nya
Ada rasa lega di hati Nayya mendengar jawaban Dinda, tapi dia juga bingung tentang alasan Dinda menolak Alwi.
"Kenapa?" Tanya Clara
"Karena gue tau Nayya suka sama dia, gue gak mau ngelukain hati sahabat gue." Jawab Dinda jujur
Sontak Nayya terkejut mendengar jawaban Dinda, bagaimana bisa dia bilang seperti itu, padahal Clara dan Dinda sudah tau kalau saat ini Nayya sedang berusaha berhenti mencintai Alwi.
"T-tapi kan lo tau kalau saat ini gue lagi berusaha berhenti mencintai dia. Kenapa gak lo terima aja?" Tanya Nayya ragu
"Karena gue gak yakin lo bisa berhenti mencintai dia sebelum lo bisa cari pengganti dirinya di hati lo." Jawab Dinda
"Kenapa lo bisa seyakin itu?" Tanya Nayya
Baru saja Dinda ingin menjawab pertanyaan Nayya, tapi ternyata orang yang saat ini mereka bicarakan sedang berjalan menuju tempat duduknya.
"Sst ada orangnya, nanti aja kita bicarakan lagi waktu istirahat les." Ucap Dinda pelan yang langsung diangguki oleh keduanya
---
Bel pulang sudah berbunyi, semua siswa tidak langsung pulang, karena hari ini mereka ada jadwal les.
Dan sekarang waktunya istirahat sebelum les dimulai pukul 14.00.
"Eh jawab pertanyaan gue yang tadi dong." Ucap Nayya
"Yang mana?" Tanya Dinda sambil berusaha mengingat
"Yang kenapa lo bisa seyakin itu kalau gue gak bisa berhenti mencintai Alwi?"
"Oh yang itu, gak tau juga sih, cuma feeling gue sih gitu." Jawab Dinda
"Oh, itu namanya lo sotoy." Ucap Clara dan Nayya serempak, setelahnya mereka tertawa bersama
---
"Eh gue laper banget nih, beli jajan lagi yuk." Ajak Nayya pada kedua temannya itu
Sontak mereka berdua membulatkan matanya, lalu berkata, "Seriusan lo laper lagi? Bukannya tadi lo udah makan banyak ya?"
"Hehehe iya nih, gatau kenapa hari ini gue lagi selera makan, ayok lah kawani gue beli makanan lagi." Pinta Nayya
"Gak ah, ntar gue jadi ikutan beli jajan lagi, gue kan lagi mau diet." Ucap Clara
"Iya sama, gue juga males ah. Lo aja beli sendiri sana." Ucap Dinda
"Ihss yaudah deh, gue beli sendiri, awas aja kalian minta ya." Ucap Nayya kesal, lalu segera pergi keluar kelas
---
Setelah lama berpikir untuk membeli apa, akhirnya Nayya memutuskan untuk membeli bakso saja.
"Kang beli bakso nya 5 ya." Ucap Nayya pada penjual bakso itu
"Siap atuh neng, ditunggu ya."
Sambil menunggu pesanan selesai, Nayya memutuskan untuk duduk di bangku yang telah di sediakan sambil memainkan Hpnya.
"Kang, saya pesan baksonya 5 ya." Ucap seseorang, lantas Nayya langsung menoleh ke arah orang itu.
Ganteng. Kata itu cocok untuk ditujukan pada cowok ini.
Alis yang tebal, bulu mata lentik, hidung yang mancung, dan juga wajah yang bersih.
Diam-diam Nayya memperhatikan nama cowok itu lewat name tag nya.
"A.."
⚫TBC⚫
Siapa hayo? A? Ayam? Haha😅

KAMU SEDANG MEMBACA
Difficult Feeling[HIATUS]
Fiksi Remaja"Mulut bisa saja berbohong, tapi hati? Tidak bisa di bohongi. Aku tidak pernah memaksa mu untuk mencintai ku kembali. Aku hanya ingin kau belajar menghargai keberadaan ku sedikit saja. Hanya itu, tidak lebih. Bisa kah?" -Nayyana Raini Putri La...