DF-7

1K 44 0
                                        


Saat Nayya, Dinda, dan Clara sedang asik mengobrol, tiba-tiba mereka melihat Alwi masuk ke kelas dengan keadaan lesu.

Dimas dan Angga pun langsung menanyakan hal yang sama seperti saat Nayya datang.

"Lo kenapa sih Wi?" tanya Dimas

"Iya, kok kaya nya muka lo kesel gitu?" tanya Angga

"Gimana gue gak kesel coba, soalnya tadi malam orang tua gue bilang kalau gue mau di jodohkan sama Nayya." ucap Alwi dengan nada tidak suka

"Jadi Alwi juga udah di kasih tahu sama orang tuanya? Kaya nya mereka benar-benar mau menjodohkan kami." batin Nayya

"What? Seriusan lo mau di jodohin sama Nayya?" tanya Dimas dan Angga serempak

"Yakali gue bohong sama lo pada. Gue juga bingung kenapa orang tua gue mau ngejodohin gue sama dia, padahal kan gue mau nya sama Dinda." ucap Alwi

"Gue tau kok Wi, di hati lo kan emang selalu ada nama dirinya." batin Nayya sambil tersenyum miris

"Ya terus lo bilang apa sama orang tua lo? Lo terima perjodohan itu?" tanya Angga

Alwi menghela nafasnya pelan, lalu berkata, "Gak tau, gue bingung mau jawab apa. Gue emang gak cinta sama dia, tapi gue gak mau nyakiti hati orang tua gue karena nolak perjodohan ini." jawabnya

"Tapi dengan lo nerima ini karena keterpaksaan justru gue lah yang akan tersakiti." batin Nayya

"Kalau saran gue sih, mending lo terima aja perjodohan ini, lagian si Nayya kan orang nya baik, cantik lagi." ucap Dimas menasihati Alwi

"Gue tau, tapi gue orang yang paling anti berhubungan sama orang yang pernah menjadi masa lalu gue." ucap Alwi

Nayya sudah tidak tahan lagi mendengar percakapan mereka, karena itu lah dia memutuskan untuk keluar kelas.

"Eh mau kemana Nay?" tanya Clara

"Keluar." jawabnya singkat

Saat Dinda hendak menyusul Nayya, tiba-tiba Clara menahan tangannya.

"Jangan Din. Biarkan dia sendiri, kasih dia waktu untuk menenangkan dirinya." ucap Clara dan dengan berat hati Dinda pun menuruti ucapan Clara.

---

Saat keluar dari kelas, Nayya memutuskan untuk pergi ke perpustakaan. Karena di sana, dia bisa menenangkan dirinya sambil membaca buku.

Di perpustakaan Nayya langsung memilih buku yang mau di bacanya, dia tidak lagi peduli kapan pelajaran dimulai.

Setelah mendapat buku, Nayya langsung saja duduk dan membaca bukunya tadi. Seperti nya Nayya terlalu fokus membaca bukunya hingga tidak menyadari kalau ada orang yang memerhatikannya secara diam-diam.

Lalu tak lama kemudian, orang itu berjalan ke arah meja Nayya.

"Hai Nay. Boleh gabung gak?" tanya orang itu, Nayya mendongak dan ternyata orang itu adalah Fahri.

"Eh, boleh kak, gabung aja." jawab Nayya gugup

Fahri menempatkan dirinya tepat berhadapan dengan Nayya, dia sengaja memilih duduk di situ, karena suatu alasan.

Sejak kedatangan Fahri, Nayya menjadi tidak fokus, dia juga menyadari kalau Fahri diam-diam memperhatikannya. Tapi dia tidak ingin menanyakan hal itu lagi.

---

Sudah sekitar 3 jam, Nayya dan Fahri berada di perpustakaan tanpa ada niat untuk kembali ke kelas, karena percuma, sebentar lagi bel istirahat akan berbunyi.

Keadaan perpustakaan yang hening mendukung suasana mencekam diantara Fahri dan Nayya. Mereka diam dengan pemikirannya masing-masing, hingga tidak menyadari ada orang yang memperhatikan mereka berdua.

Orang itu tersenyum miris, lalu bergumam, "Seandainya gue yang ada di posisi lo Nay, gue udah lama ingin berada di posisi lo. Tapi, sepertinya itu tidak akan pernah terjadi."

Setelah mengatakan itu, orang itu pun segera pergi dari sana.

---

Sekarang sudah waktunya istirahat, Nayya pun segera pergi dari sana dan menuju kelasnya. Begitu juga dengan Fahri.

Di kelas, Nayya tidak menemukan keberadaan kedua sahabat nya itu, tapi Nayya tidak terlalu memikirkannya, mungkin saja mereka sedang berada di kantin.

Nayya sama sekali tidak ada niatan untuk menyusul Clara dan Dinda, jadi dia memutuskan untuk tetap berada di kelas.

15 menit kemudian, bel masuk berbunyi. Semua murid sudah memasuki kelas nya masing-masing. Begitu juga dengan Dinda. Tapi anehnya, Dinda masuk tidak bersama dengan Clara.

"Loh Din, Clara mana?" tanya Nayya

"Lagi di toilet." jawab Dinda, Nayya hanya meng-ohriakan saja

"Emm Nay, saran gue mending lo sama abang gue aja deh." ucap Dinda tiba-tiba

"Ha? Kok sama abang lo?" tanya Nayya bingung

"Iya soalnya menurut gue lo sama abang gue itu lebih cocok, daripada lo sama Alwi." jawab Dinda

"Kenapa gitu? Bukannya dulu lo dukung ya kalau gue sama Alwi?" tanya Nayya bingung

Dinda tampak gugup saat ini, lalu sebisa mungkin dia bersikap tenang, lalu berkata, "Iya dulu gue emang dukung lo sama dia karena gue kira Alwi juga suka sama lo, tapi ternyata enggak."

"Tapi kenapa harus sama abang lo? Lagian kan gue juga udah suka sama orang lain, dan orang itu bukan abang lo." kata Nayya

"Terus kalau bukan kak Fahri siapa orang itu?"

"Namanya Albi W. Ramadhan, sahabat abang lo."

"Seriusan lo suka sama kak Albi? Lo tau kan dia itu orang nya dingin?" ucap Dinda tidak percaya

"Iya gue serius. Dan gue juga tau dia orangnya dingin."

"Terus kalau lo tau dia dingin kenapa lo masih suka sama dia?"

Baru saja Nayya hendak menjawab pertanyaan Dinda, tapi guru sudah masuk bersamaan dengan Clara.

Tapi sepertinya ada yang aneh dengan Clara, matanya sembab seperti habis nangis, dan rambut nya yang berantakan.

"Lo kenapa Ra? Habis nangis?" tanya Nayya

"Gak ah. Ini tadi gue kelilipan." jawab Clara

"Kami tau lo bohong. Kalau lo gak mau cerita juga gak apa-apa kok." ucap Dinda

"Iya, tapi kalau lo udah siap buat ceritain semuanya, kami siap dengerin." timpal Nayya

Tidak lama setelah itu, pelajaran pun dimulai.

---

▪TBC▪
Ada merasa aneh dari sikapnya Clara, Dinda, sama Fahri?
Kira-kira ada apa ya?
Maaf kalau alurnya gak nyambung. ✌

Difficult Feeling[HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang