DF-22

2.6K 76 16
                                        

Mungkin-Potret(Cover)

Budaya kan vote sebelum membaca ☺

Happy reading
.
.
.

23 Mei 2018

Nayya masuk ke dalam mobil dan duduk di bangku penumpang seperti biasanya, dan disusul Alwi yang duduk di bangku kemudi.

"Huftt.. Capek juga ya." Gumam Nayya sambil menatap sebuah kartu yang di sana tertera nama dirinya dan Alwi. Disana juga terdapat tanggal sakral bagi mereka berdua.

"Kalau gak mau capek, yaudah gak usah nikah." Ucap Alwi ketus lalu menjalankan kembali mobil nya

Nayya hanya diam, tidak menanggapi ucapan Alwi. Dia terlalu lelah untuk menanggapi ucapan Alwi yang tidak terlalu penting seperti itu.

"Habis ini mau kemana lagi?" Tanya Alwi memecah keheningan yang menyelimuti mereka.

"Tinggal ke rumah Dinda, habis itu pulang." Jawab Nayya pelan

Alwi hanya menganggukan kepalanya, lalu melirik ke arah Nayya sebentar dan berkata, "Cie yang senang mau ketemu sama mantan terindah." Sindir Alwi sambil terkekeh sendiri

Nayya mendongak, menatap Alwi dengan tatapan tajam lalu menjawab, "Apaan sih. Siapa juga yang senang. Bukan nya lo yang senang mau ketemu sama Dinda? Lagian nih ya yang namanya mantan itu gak ada yang terindah, kalau terindah pasti gak akan jadi mantan." Ucap nya dengan nada tegas

Alwi tertawa sejenak mendengar penuturan Nayya, lalu menjawab, "Oh jelas dong gue senang, secara kan udah satu minggu sejak hari kelulusan kemarin gue gak ketemu sama dia. Satu minggu aja rasanya kaya gak ketemu satu tahun tahu gak. Kangen banget gue sama dia." Jawab Alwi berlebihan

"Lebay lo. Baru seminggu doang, gimana kalau bertahun-tahun gak ketemu?" Ucap Nayya sinis

"Dih. Napa lo yang sewot? Terserah gue dong. Emang nya kenapa? Lo cemburu?" Goda Alwi

"Dih. Geer. Siapa juga yang cemburu. Gak usah kepedean jadi orang." Balas Nayya sinis yang hanya mendapat gelak tawa Alwi.

Tak terasa, setelah lama berdebat akhirnya mereka telah sampai di pekarangan rumah Dinda. Setelah membuka sabuk pengaman nya, Nayya segera keluar dari mobil, diikuti Alwi dari arah belakang.

Tok.. Tok.. Tok

"Assalamu'alaikum." Ucap Nayya sembari mengetuk pintu utama rumah Dinda

"Wa'alaikumussalam. Bentar." Sahut orang dari dalam rumah.

Ceklek

"Eh. Kalian? Ayo silakan masuk." Ucap Dinda mempersilakan Nayya dan Alwi masuk

Nayya mengangguk lalu segera masuk dan duduk di salah satu bangku diikuti Alwi yang duduk di sampingnya.

"Bentar ya, gue buatin minum dulu." Ucap Dinda lalu segera pergi menuju dapur untuk membuat minum

"Iya. Buruan ya Din. Kebetulan, tenggorokan gue kering banget ini." Sahut Nayya sambil terkekeh sendiri

"Gak tau malu banget lo." Desis Alwi

"Terserah gue dong. Lagian ini juga rumah sahabat gue, kenapa harus malu? Ya gak Din?" Tanya Nayya pada Dinda yang baru saja datang sambil membawa nampan yang berisi minum untuk Alwi dan Nayya.

Dinda mengangguk lalu meletakan nampan itu di meja dan menjawab, "Yoi. Kalau lagi sama sahabat itu gak perlu malu, karena sahabat lah yang membuat urat malu kita putus." Ucapnya sambil terkekeh sendiri lalu duduk di samping Nayya. Jadi posisi duduk mereka saat ini adalah Alwi-Nayya-Dinda, ngerti kan?:v

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Difficult Feeling[HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang