Venus terbangun dari tidurnya. Keringat dingin membasahi tubuhnya, nafasnya tak beraturan, dan matanya terasa memanas karena mimpi itu.
Mimpi dimana kehidupannya mulai hancur dan tak bisa terbentuk lagi. Mimpi yg selalu hadir dikala ia mengingat nama itu, nama yg dibencinya. Juga mimpi yg membuat Venus makin membenci papanya.
"Arghhh!!" teriak frustasi keluar dari mulut Venus.
Ia mengusap wajahnya kasar. Kemudian ia melihat jam yg berada didinding kamarnya.
02.35 pagi.
Venus bangun sepagi ini karena mimpi itu, dan ia tidak bisa tertidur lagi karena mendengar kalimat Jhordan pada mimpinya tadi yg membuat mata Venus perlahan memburam karena tertutup oleh air mata.
'Cengeng.'
Batin Venus yg kemudian ia menghapus air mata yg berhasil jatuh dipipinya.
Karena Venus tidak bisa tidur lagi, jadi Venus memutuskan untuk bangkit dari tempat duduknya dan menyambar jaket juga kunci motor kemudian keluar kamarnya.
Saat berada dilantai bawah, langkah Venus terhenti karena mendengar suara papanya yg berasal dari dapur. Karena memang, posisi tangga akan melewati dapur terlebih dahulu.
"Mau kemana kamu malam malam, Nathan?" tanya papanya yg sedang duduk dimeja makan, lengkap dengan laptop juga beberapa berkas.
"Main." jawab Venus seadanya kemudian melanjutkan langkahnya.
"Kamu ngapain main jam 3 pagi hah?" Langkah Venus kembali terhenti karena ucapan papanya yg kini sudah menaikkan satu oktaf suaranya.
Tanpa berbalik, Venus menjawab, "Terserah. Yg penting ga dirumah, dirumah bikin stres mulu bawaannya."
Venus kembali melangkahkan kakinya setelah ia berkata seperti itu, dan tanpa menghiraukan panggilan serta teriakan Jhordan yg memanggil namanya, Venus menaiki motornya kemudian menjalankannya tak tau kemana.
Karena yg saat ini ia ingin hanyalah pelepasan dan ketenangan.
"Maaf kak, dikelas.. ada kak Venus ga?" tanya Bintang yg saat ini telah berada didepan kelas Venus, berniat untuk kembali mengantarkan kotak bekal.
"Venus? dia ga masuk hari ini. Gatau kemana deh, soalnya gaada keterangan." jawab orang yg tadi dicegat oleh Bintang.
Bintang tersenyum tipis, kemudian mengucapkan terimakasih pada orang tadi dan berbalik hendak kembali menuju kantin. Bintang lalu menghela nafasnya pelan.
'Kak Venus kemana sih? dan kenapa dia ga masuk sekolah? apa aku tanya Somi aja ya?' batin Bintang sambil menatap kotak bekal dengan motif panda dikedua tangannya.
"Padahal aku udah rela bangun pagi pagi kayak kemarin. Eh taunya kak Venusnya gaada. Yaudahlah," gumam Bintang lalu melanjutkan langkahnya menuju kantin.
Saat berada dikoridor menuju kantin, Bintang melihat Rio dan Kai yg sedang berjalan berlawanan arah dengannya. Tapi, Venus terlihat tidak bersama mereka.
Dengan segera Bintang menghampiri keduanya dengan sedikit berlari.
"Kak!" Bintang memanggil keduanya saat jaraknya dengan Rio dan Kai sudah sedikit dekat.
Rio dan Kai yg sedang berbincang pun sontak menghentikan langkahnya dan melihat kearah Bintang yg sedang mengatur sedikit nafasnya.
"Kenapa?" tanya Kai dengan alis yg terangkat satu.
"Ah.. itu kak, kak Venus ga masuk sekolah?"
Rio dan Kai nampak saling bertatap muka, tapi dua detik kemudian mengalihkan pandangannya kearah Bintang yg melihatnya dengan tatapan ingin taunya.
"Iya, Venus gamasuk hari ini." jawab Kai yg membuat Bintang mengubah ekspresinya menjadi kecewa.
"Kenapa emangnya? tumben nyariin Venus? perasaan kemaren kemaren, lo rada jauhin dia deh." Kai langsung menyikut perut Rio saat Rio berbicara seperti itu, membuat Rio mengaduh kesakitan.
"Apaan sih anjir." bisik Rio seraya mengusap perutnya yg disikut oleh Kai tadi.
"Gausah ngomong gitu, lo gatau apa yg sebenernya terjadi. Jadi mending diem." Kai membalas bisikan Rio kemudian kembali menatap Bintang yg memasang wajah murung.
Rio sendiri bingung sebenarnya, tapi itu tidak ia ambil pusing. Jadi setelah Kai berbicara menyuruhnya diam, ia langsung diam dan menurut.
"Yaudah kalo gitu, makasih ya kak. Maaf aku ganggu waktu kalian. Permisi." Bintang yg awalnya akan melangkah pergi, langsung berhenti saat tangan Kai menahannya.
"Lo mau nganter bekel buat Venus kan?" tanya Kai setelah ia melihat kotak bekal yg dipegang oleh Bintang.
Bintang sedikit menangguk kemudian tersenyum tipis. "Tadinya sih iya kak, tapi berhubung kak Venusnya gaada, jadi yaa mungkin aku bakalan makan aja bekelnya."
"Eh jangan!"
Bintang dan Kai menatap heran kearah Ro yg tadi berteriak. Rio sendiri langsung menunjukkan cengirannya saat ditatap seperti itu oleh Bintang juga Kai.
"Ngapa si? kok jangan?" tanya Kai bingung.
"Jangan dimakan sama lonya Bin. Mending buat gue aja, biar gue yg abisin bekel lo. Ehehehe.. boleh ya?" setelah berbicara seperti itu, Bintang langsung terkekeh pelan, sedangkan Kai menggelengkan kepalanya. Didalam hati ia berkata, 'kenapa gue bisa temenan sama orang modelan Rio? bikin malu aja.'
"Yaudah nih kak, lagian aku udah kenyang juga. Diabisin ya kak." Bintang menyerahkan kotak bekal yg tadi ia pegang dan disambut ceria oleh Rio.
"Ahay! Makasih ya eneng Bintang cantik. Pasti kok, pasti diabisin. Kan masakan eneng Bintang pasti enak, ya ga?"
Kai langsung menjitak kepala Rio setelah Rio berbicara seperti itu. Rio sendiri langsung mengaduh kesakitan dan mengusap kepalanya.
"Apa sih ih! Ngajak ribut aja lo item!" sewot Rio.
"Gausah malu maluin bisa kagak lo tiang?" balas Kai dengan datar.
"Bodoamat!"
Bintang tertawa pelan mendengar perkelahian dua lakilaki dihadapannya. Tak ingin berlama lama, Bintang langsung pamit dan kembali melanjutkan jalannya kearah kantin.
Dijalan menuju kantin, entah mengapa perasaan Bintang merasa tidak enak. Seperti ada sesuatu yg terjadi, namun ia sendiri tidak tau apa itu.
'Semoga kak Venus ga kenapa kenapa.'
☆☆☆☆☆
cek work sebelah aku ya, judulnya 'ketos' dengan cast osh dan (y/n) alias kamu. jangan lupa vote dan komennya ehe.
oiya, kalo besok aku ga update, berarti kuotaku abis. dipake streaming yt si ini jdinya abis😂
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] My Prince Ice • Hunlice
Fanfiction#39 in exopink #628 in sehun ❝Gravenus Jonathan. Lakilaki yang lebih tua setahun dariku itu menyimpan banyak rahasia. Dia lakilaki misterius. Dibalik wajah datarnya, tersimpan berbagai luka. Dibalik perkataan dinginnya, tersimpan sejuta rasa sakit...