"KAK VENUS!!!"
Venus yg tadinya sedang minum air putih pun langsung menyemburkan air yg baru saja masuk kedalam mulutnya karena kaget saat Somi yg tiba tiba datang lalu berteriak dan menerjangnya.
"Yaampun Somi, kamu ngagetin aja." Venus menyimpan gelas yg dipegangnya keatas meja makan disampingnya dengan Somi yg masih memeluk tubuhnya dengan erat.
"Huaaaaa aku kangen sama kakak. Kakak kemana aja sih? kenapa kakak ninggalin akuuu." Somi menangis kencang didalam pelukan Venus.
Venus menghela nafasnya pelan, ia kemudian membalas pelukan Somi lalu mengelus rambut adiknya dengan kasih sayang.
"Maaf." hanya itu yg dapat Venus katakan pada Somi. Venus memang tidak pandai dalam merangkai kata kata, apalagi jika kata permintaan maaf.
"Kakak jahat! ninggalin aku disaat aku lagi butuh dukungan karena mama meninggal. Kenapa kakak malah pergi? kakak udah ga sayang sama Somi lagi ya?" Somi berucap dengan terisak dipelukan Venus. Ia ingin mengeluarkan semua keluh kesah yg selama ini dia pendam sendiri pada Venus.
Venus tersenyum tipis mendengar ucapan Somi, "Kakak sayang kok sama Somi."
Tiba tiba Somi melepaskan pelukannya setelah mendengar balasan Venus. Venus sendiri malah mengangkat sebelah alisnya heran.
"Kenapa?"
Somi tidak menjawab. Ia hanya terdiam seraya memandang wajah Venus yg kebingungan, masih dengan air mata yg keluar dari kedua pelupuk matanya. Tapi tak lama, ia kembali memeluk Venus dengan erat. Venus yg kaget hampir saja terjengkang ke belakang karena serangan mendadak Somi.
"Huaaaa aku kangen kakak ngomong gitu sama aku. Kenapa kakak berubah sih? aku kan jadi sedih kak, huaaaaaa." Somi kembali menangis hebat dipelukan Venus.
Venus hanya diam sambil membalas pelukan Somi. Ia juga mengelus lembut rambut Somi berusaha untuk menenangkan Somi. Venus memang bukan ahlinya dalam menghadapi seorang perempuan, karena selama hidupnya, Venus belum pernah dekat atau berpacaran dengan perempuan manapun. Meskipun ia sering didekati oleh banyak perempuan disekolahnya, tapi ia tidak pernah menanggapi itu semua.
Kecuali Bintang. Entah mengapa, Venus merasa bahwa Bintang berbeda dari banyak perempuan diluar sana. Dan Venus selalu merasa nyaman jika dekat dengan Bintang. Tapi ia tidak tau bagaimana perasaannya kepada Bintang, karena ia memang tidak pernah peka terhadap lingkungan sekitarnya. Begitupun dengan perasaannya, ia hanya merasa nyaman jika dekat dengan Bintang. Dan mungkin tidak lebih.
Selama beberapa menit Somi menangis dipelukan Venus, ia perlahan mulai tenang. Venus yg merasa Somi sudah sedikit tenangpun melepaskan pelukannya secara perlahan. Ia menangkup wajah Somi yg merah karena menangis, lalu Venus mengusap sisa sisa air mata dipipi Somi dan mengecup kedua mata Somi secara bergantian.
"Maaf." dan kata itu lah yg kembali keluar dari mulut Venus.
"Kakak hiks.. kenapa mabuk mabukan?" tanya Somi dengan menatap wajah Venus yg kini tersenyum tipis kearahnya.
"Mending kamu mandi trus ganti baju dulu. Kamu bau." Venus menutup hidungnya untuk menggoda Somi yg kini megerucutkan bibirnya.
"Ih kakak! aku wangi tau!" ketus Somi seraya melipat kedua tangannya didepan dada.
Venus terkekeh pelan, "iya iya udah sana mandi." Venus membalikkan tubuh Somi menyuruhnya untuk segera kekamar dan membersihkan tubuhnya.
"Iya ih gausah didorong dorong gini, sakit tau!" Somi melepaskan tangan Venus yg tadi mendorong punggungnya.
"Yaudah sana, yg wangi." Venus terkekeh pelan saat Somi menatapnya tajam karena ucapannya tadi.
Somi lalu menaiki tangga menuju lantai dua dimana letak kamarnya berada. Namun sebelum benar benar dilantai dua, Somi menghentikan langkahnya dipertengahan anak tangga dan menengok kearah Venus yg kini tengah duduk dimeja makan sambil meminum segelas air.
Somi lalu tersenyum tipis melihatnya, "akhirnya kak Venus perlahan bisa berubah sedikit demi sedikit. Ga kayak kak Venus yg dingin dan datar kayak dulu."
Setelahnya, Somi kembali melangkahkan kakinya menaiki setiap anak tangga dan memasuki kamarnya.
☆☆☆☆☆
double update ga nih?
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] My Prince Ice • Hunlice
Fanfiction#39 in exopink #628 in sehun ❝Gravenus Jonathan. Lakilaki yang lebih tua setahun dariku itu menyimpan banyak rahasia. Dia lakilaki misterius. Dibalik wajah datarnya, tersimpan berbagai luka. Dibalik perkataan dinginnya, tersimpan sejuta rasa sakit...