(20.) She's a strong woman

1.3K 143 23
                                    

Somi menghembuskan nafasnya pelan, kemudian mulai melangkahkan kakinya memasuki wilayah sekolah yg selama satu minggu ini tidak ia datangi.

Somi berjalan dikoridor sekolah yg sudah mulai ramai karena bel akan berbunyi sebentar lagi.

Saat akan menaiki tangga menuju lantai 2 untuk kekelasnya, tiba tiba ada yg memanggil namanya dari arah belakang.

"SOMI!!"

Somi berhenti berjalan kemudian menengok kearah belakang. Bintang--orang yg tadi memanggil nama Somi segera berlari kearah Somi yg tersenyum kearahnya.

"Kenapa?" tanya Somi saat Bintang telah berdiri dihadapannya.

"Bareng kekelasnya yuk." balas Bintang dengan senyumnya.

Somi mengangguk dan membalas senyum Bintang. Lalu keduanya berjalan bersama menaiki tangga menuju lantai dua dimana kelas 10 ipa ips berada.

"Som."

Somi mengalihkan pandangannya kearah Bintang saat Bintang memanggilnya.

"Kamu sekarang tinggal sama... siapa?" tanya Bintang hati hati karena ia takut menyinggung perasaan Somi.

Somi tersenyum tipis lalu mengalihkan pandangannya kembali pada anak tangga yg tengah ia naiki, "Sekarang aku tinggal sendiri dirumah peninggalan mama."

Bintang mengangguk, "Kenapa kamu ga tinggal sama keluar dari mama atau papa kamu aja?"

"Sebenernya sih kemarin tante aku bilang kalo dia mau ngurus dan juga ngerawat aku, tapi aku gamau soalnya aku harus ke belanda buat tinggal disana sama mereka. Kalo nenek-kakek dari mama sama papa udah meninggal. Papa aku sendiri? hah, dia mana mau ngurus anak yg udah dia buang. Dan kalo urusan" Somi tersenyum miris saat ia mengucapkan kalimat terakhirnya.

Bintang mengerutkan keningnya bingung, "Dibuang?"

Somi kembali mengalihkan pandangannya kearah Bintang, "Iya, aku anak yg dibuang sama papa aku sendiri. Kamu tau kenapa aku cuma tinggal sama mama sedangkan kak Venus tinggal sama papa?"

Bintang nampak berpikir sejenak, namun akhirnya ia menggelengkan kepala tidak tau. Ya karena memang dia tidak tau masalah apa yg menimpa keluar Venus dan Somi.

"Jadi karena suatu masalah, papa nyatain cerai ke mama. Trus untuk hak asuh anak, papa udah nyantumin dihak asuh anak dia kalo dia cuma mau hak asuh anak kak Venus, mama juga awalnya ngajuin hak asuh anak buat kak Venus, dan... diantara mereka gaada yg ngajuin hak asuh anak buat aku." Somi menjeda sejenak ucapannya.

Bintang sendiri, menyimak setiap perkataan yg diucapkan oleh Somi. Ia tidak ingin menyela, bertanya ataupun menjawab ucapan Somi. Karena entah mengapa, ia juga merasakan sakitnya yg diderita oleh Somi setiap ia bercerita.

"Yah... aku sempet nyesel udah lahir didunia ini kalo misalnya aku diabaikan sama orangtua aku sendiri. Bahkan aku sempet berfikir buat ngebenci kakak aku sendiri karena ajuan hak asuh anak itu. Tapi setelah difikir fikir lagi, buat apa aku ngebenci kak Venus? toh, yg salah juga mama papa bukan kakak. Karena aku tau, kak Venus itu selalu ada buat aku, selalu ngejaga aku, bahkan dia rela kalo dia harus dipukulin papa tiap hari karena kesalahan aku sendiri. Dia... sosok kakak yg bener bener menjalankan tugasnya." Somi tersenyum samar dengan mata yg perlahan kabur oleh air mata.

Bintang mengusap pergelangan tangan Somi, mencoba memberikan kekuatan lewat sentuhannya.

Lalu Somi segera mengusap satu butir air mata yg jatuh dipipinya. Ia tidak ingin cengeng, ia yakin ia kuat. Meskipun sebenernya hatinya ragu untuk menjalankan ini semua sendiri.

"Tapi sekarang... sosok kakak yg selama ini selalu berada disamping aku, selalu buat aku bahagia kalo aku lagi sedih, selalu menjaga aku, dan selalu menjadi tameng aku... perlahan lenyap tergantikan dengan sosok kakak yg bener bener ga aku kenalin sama sekali. Bahkan sekarang dia... menghilang gatau kemana." Somi kembali menghapus air mata yg jatuh dipipinya dengan kasar.

"Hah... yaudahlah, itu juga masa lalu." Somi tersenyum tipis kearah Bintang yg dibalas senyum juga oleh Bintang.

"Dan ohya, kenapa aku bisa sama mama? itu karena pengadilan akhirnya mutuskan buat ngasih hak asuh anak aku ke mama, sedangkan kak Venus ke papa. Ya meskipun dari mereka berdua gaada yg ngajuin hak asuh anak buat aku sih." Somi menghedikkan bahunya acuh.

"Kamu emang perempuan terkuat yg pernah aku temuin. Aku salut sama kamu yg meskipun kamu ditimpa masalah berkali kali, kamu masih bisa kuat buat jalanin semuanya. Aku doain, semoga kamu bahagia kelak setelah menempuh segala macam rintangan kehidupan yg menimpa kamu." Bintang tersenyum tulus kearah Somi yg dibalas kekehan.

"Kamu tuh bisa aja." Lalu keduanya tertawa bersama, dan tak lama bel masuk pun berbunyi.

"Eh udah bel tuh, ayo cepetan ke kelas. Kita keasikan ngobrol sampe ga sadar kalo kita masih ditangga ke empat." Somi langsung berlari menaiki anak tangga menuju kelasnya.

Bintang hanya tersenyum seraya menatap punggung Somi yg tengah berlari menaiki setiap anak tangga. Ia sendiri masih tidak menyangka, bahwa dibalik senyum seseorang, tersimpan sejuta luka yg berusaha ia tutupi dan berusaha agar dirinya sendiri yg rasakan.

Somi, perempuan cantik dengan segala macam senyum, tawa dan candaan. Ternyata dibalik itu semua, dia menyimpan banyak luka tentang keluarganya. Dimana semua orang tau, jika masalah sudah menyangkut keluarga, maka akan sulit untuk diselesaikan.

Somi sendiri tidak mengeluh tentang kenapa takdir begitu kejam terhadap dirinya karena menghadirkan berbagai macam cobaan didalam kehidupannya. Jika Bintang menjadi Somi, mungkin ia tidak akan berpikir panjang dan mencoba bunuh diri. Karena menurutnya, tidak ada gunanya lagi ia hidup jika segala yg ia pertahankan perlahan hancur seperti kaca, pecah dan tidak pernah bida diperbaiki lagi.

Tapi mungkin, Somi masih berfikir jika dirinya masih pantas hidup dan bersyukur karena setidaknya dirinya masih diberikan kekuatan untuk berjalan melewati semuanya dengan perlahan.

Dan Bintang berjanji pada dirinya sendiri, untuk selalu membuat senyuman Somi tetap tertahankan dibibirnya, selalu ada untuknya, menjadi teman terbaik untuk Somi, dan merasakan kembali bagaimana hidup bahagia.

"BINTANG! AYO BURUAN UDAH BEL MASUK!"

Bintang tersadar dari lamunannya, kemudian ia mengalihkan pandangannya kearah Somi yg sudah berada dilantai dua. Dengan segera, ia berlari menyusul Somi. Dan setelah berada dihadapan Somi, mereka berbicara sebentar dan berpisah. Somi kearah kiri dimana kelas ipa berada, dan Bintang kearah kanan dimana kelas ips berada.

"SEMANGAT!"


















☆☆☆☆☆

jarang jarang ada orng yg masih berfikir panjang untuk kedepannya meskipun kenyataan pahit selalu menimpa dirinya sendiri.

aku sendiri yg emang pada dsrnya anak brokenhome, selalu berfikir buat mencoba self harm, kabur dri rumah, atau bunuh diri cuma buat ngilangin stres yg dibuat sama kedua orngtua aku. tapi jgn dicontoh ya pemikiran kyk gitu, gabaik.

dan aku lgi kesel karena ig sama wa aku error dari jam 11 gatau knp. pengen banting hp aja rasanya :( klo wa sama ig klian msih bisa dipke ga? ini aku udh stres aja rasanya sama ig wa.

btw, HAPPY SUHOLKAY DAY!! eaaa uri leader kita ulang tahun wkwk😂 wishnya nih dari aku buat suho oppa adalah semoga makin baik lagi, makin rajin ibadah, makin sukses, makin ganteng, makin kaya, cepet punya pasangan, nikah trus punya anak dah😂

awqwq ga kidding. itu yg dua kalimat terakhir buang aja gapapa buat para suho stan ehehe :v

oiya, temen aku ada yg nanya : "ra, itu sibapake jhordan kok masih manggil venus pake nama nathan?"

oke, knp gitu? karena klian psti udah nebak gimana sifat dari seorang jhordan ini😏 masih inget kata kata venus yg, "i'm not nathan. i'm venus. and you're not my dad."

distu bapake jhordan ngamukkan? bahkan sampe mukulin venus. jadi, disini intinya adlh aku buat karakter bapake jhordan yg gampang emosi, egois dan serakah.

udhlah segitu aja, ini author note kepanjangan kalian jadi males bacanya wkwk😂 yg gamau baca boleh skip aja gpp ehe.

[1] My Prince Ice • HunliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang